|o|

974 79 25
                                    

Umpatan kasar tak berhenti Rain lontarkan tatkala sadar bahwa dirinya tersasar entah kemana. Kalau bukan karena berisi kartu-kartu penting, Rain mungkin tak perlu bersusah payah untuk kembali masuk ke dalam gedung, mencari keberadaan dompet miliknya yang malah mengantarkannya kepada salah satu kesialan. Gadis itu sangat sangat optimis jikalau Vero dkk kini sedang mencak-mencak sebal menunggu Rain yang tak kunjung datang. Rain hanya bisa berdoa semoga sekembalinya ia tidak dicincang jadi tujuh bagian oleh Vero dkk dan dijual ke pasar ilegal.

Sementara benaknya sibuk berkelana liar, Rain yang tidak lagi memperhatikan hal-hal di sekitarnya, menabrak bahu seseorang cukup keras hingga orang yang ditabrak oleng sebab tak siap. Untung sikap cepat tanggap Rain berhasil menahan tangan orang tersebut agar tidak terhuyung jatuh.

"Neo gwaenchanayo?" (Kau tidak apa-apa?)

"Rain-ssi?"

Mata Rain sukses membuka penuh saat bersitatap langsung dengan mata sipit yang ia tahu betul siapa pemiliknya. Tanpa sebab apapun, kedua iris Rain mendadak berlapis air mata, menahan gejolak rindu yang sekejap menguar.

Lantas teringat perihal rencananya bersama Vero dkk, Rain menghiraukan jauh perasaannya dan buru-buru beranjak pergi. Meninggalkan Yoongi yang terpaku diam.

Mereka benar benar ada disini.

Dia ada disini.

Yoongi segera mengejar langkah Rain yang belum seberapa jauh. Sebelum Rain sempat mengetahui, Yoongi sudah lebih dahulu mencekal tangan Rain dan menarik Rain dengan paksa.

"Yak! Beoseoyo!" ronta Rain keras sebelum berakhir dikungkung oleh Yoongi ke sudut tembok. Kini Rain tidak bisa berkutik apa-apa sebab tubuh Yoongi secara sempurna menutup akses untuk dirinya keluar. (Lepaskan aku!)

"Yeogiseo mwohayo?" (Sedang apa kau disini?)

Jantung Rain bertalu-talu cepat saat mendengar suara sedatar gletser es kutub itu menyapa pendengarannya. Meskipun begitu, Rain tetap memberanikan diri membalas dengan nada datar yang sama. "Kau tidak perlu tahu, Yoongi-ssi."

Yoongi mengendurkan cengkraman di tangan Rain sembari menelisik setiap jengkal wajah yang sekarang pun sedang balik menatapnya dalam. Bibir pink mungil, mata bulat cemerlang, serta kedua pipi yang sedikit menirus. Tak banyak yang berubah. Ia tetap gadis yang mencuri perhatiannya setahun lalu. Kini wajah Yoongi mendekat ke arah ceruk leher Rain. "Kau-"

"-masih memakai kalung konyol itu?" jelas bukan ini yang ingin diucapkan hati Yoongi. Sekarang dengan lugas ia dapat melihat sepercik keterkejutan dari mata Rain.

Yoongi menjauhkan wajahnya seraya tersenyum sarkas. "Kalian ingin bertemu kami lagi, majja?" (Iya, 'kan?)

"Musun suriya?" Temporer beberapa waktu silam Rain masih bisa melihat pancaran hangat dari kedua iris Yoongi. Kenapa mendadak Yoongi menatap dirinya selayaknya sampah yang mesti dibuang jauh dari hadapannya? (Apa maksudmu?)

Tidak sama sekali memberi kesempatan setidaknya untuk Rain menemukan titik temu, Yoongi lagi-lagi berucap sebelum benar-benar hilang dari peredaran Rain. "Sekedar informasi dariku. Jangan terlalu berharap banyak bisa bertemu apalagi berinteraksi dengan kami. Anggap kejadian yang lalu merupakan kesalahan besar yang tidak mungkin terulang lagi, arraseo?" (Mengerti?)

"WOI RAIN!"

"Apa sih anjir!" teriak Rain balik, entah karena spontan kaget atau karena memang sebal dengan Elma yang sedari tadi menganggu.

Elma menggeleng-gelengkan kepala. "Kasar banget sih sayang."

Rain berdecak tanda tak suka. Lagi-lagi ia memikirkan kejadian semalam. Ingin dia menganggap semua yang terjadi semalam hanya ilusi belaka, hanya saja tatapan mata Yoongi jelas menampik pendapat benaknya tersebut.

NeoegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang