Meski jam telah mengarah ke angka sepuluh waktu setempat, Kota Seoul masih betah menunjukkan eksistensi kehidupan. Seolah gelap malam tidak cukup mengisyaratkan penghuni Ibukota Negeri Ginseng itu untuk merehatkan diri. Atau mungkin menikmati gemerlap malam adalah salah satu cara pelampiasan dari hal jemu yang terjadi saat pagi hingga sore hari.
Sepertinya alasan kedualah yang membuat gadis itu bertahan duduk di kursi panjang di pinggir jalan. Memberi tatapan nanar pada lalu lalang orang-orang dengan satu kaleng soju di tangan kiri.
Walaupun Sarah tahu benar jika dirinya tidak kuat meminum soju, tangannya tetap saja mengarahkan minuman berakohol itu ke bibir ranumnya. Berharap pangeran berjubahnya akan datang membopong ia untuk kembali ke rumah di kala mabuk melanda. Tetapi tentu hal semacam itu tidak akan pernah terjadi. Sebab sang pangeran sudah lebih dulu meninggalkan Sarah. Atau lebih benarnya, Sarah lah yang telah memutuskan tuk pergi meninggalkan si pangeran.
Kening Sarah mengerut kala air sudah berhenti membahasi tenggorokannya. "Ck, udah abis aja." Sarah melempar kaleng di tangannya ke tempat sampah terdekat lantas bangkit berdiri, berniat membeli satu kaleng soju lagi. Sayang pening lebih dahulu menyapa, sehingga Sarah kembali terduduk di tempat.
Lagi-lagi bayangan mengenai Jimin menghantui benak. Rasa nyeri rujuk menerpa dada Sarah ketika mengingat Jimin merapuh dengan tatap nanar. Ingin sebelumnya Sarah berteriak kencang bahwa ia hanya mau bersama Jimin sembari mendekap pria itu erat. Tapi kenyataan sekali lagi memberi peringatan kepada dirinya dan melangkah menjauh sesegera mungkin adalah pilihan yang paling baik tuk dilakukan.
Tanpa sadar liquid bening mengalir di pipi Sarah. Bukannya bergerak untuk menghapus, Sarah malah membiarkannya mengalir begitu saja.
Kenapa sih gue harus ditakdirkan bertemu dengan dia?
Kenapa sih dia harus berprofesi sebagai seorang idol?
Kenapa coba gue harus jatuh hati dengan dia?
"WAE?!" (Kenapa?!)
Teriakan Sarah sukses mengagetkan orang-orang yang melintasi dirinya, mencipta bisik-bisik samar dari mulut ke mulut. Jelas pengaruh sekaleng botol soju yang tadi diminumnya telah bereaksi pada tubuhnya. Hingga di akhir, Sarah jatuh meluruh ke trotoar jalan seraya menangis tersedu-sedu juga meracau tidak jelas.
Sementara di tempat lain, Jimin baru saja melangkah masuk ke dalam apartemen disertai wajah murung luar biasa. Emosi marah, kecewa, dan sedih meradangi raga dan pikirannya begitu hebat.
"Dari mana kau, Jim?"
Hoseok beranjak dari sofa yang ia duduki selama menunggu kepulangan Jimin. Beberapa waktu lalu saat di kamar mereka berdua, Hoseok mengetahui jikalau Jimin pergi keluar apartemen dengan tergesa. Seharusnya ia bergiat menahan Jimin, lamun ia tidak mampu lantaran dia sendiri pun sedang merasa kacau. Berusaha untuk tidak berpikiran yang tidak-tidak, Hoseok memutuskan untuk menunggu. Hanya saja usahanya tuk senantiasa ber-positive thinking mesti lenyap tatkala melihat raut wajah seorang Jimin.
Jimin memalingkan wajah ke arah lain, tidak mau membuat Hoseok khawatir. "Aku sehabis pergi mencari udara segar."
Sungguh alasan yang sangat konyol tuk diberikan kepada Hoseok. Biar otaknya tidak sepintar Namjoon, Hoseok mengetahui jelas bila alasan yang diberikan Jimin adalah kebohongan belaka. "Kau habis bertemu Sarah, alji?" (Ya 'kan?)
"Hyung." Rahang Jimin mengeras serta kedua tangan mengepal kuat. "Biarkan aku sendiri dahulu, jebal." (Tolong)
Selepasnya Jimin langsung melenggang pergi ke kamarnya bersama Hoseok, meninggalkan suara debuman pintu tertutup juga Hoseok yang terpaku berdiri di tempatnya berada.
![](https://img.wattpad.com/cover/201561856-288-k208616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Neoege
Fanfiction[Sequel of Lucky Fangirl] "Bagaimana kalian bisa ada disini?" Terhitung setahun berlalu sejak pertemuan Vero dkk dengan member BTS. Kini ketujuh gadis itu tengah berusaha menggapai mimpi-mimpi mereka. Namun di saat itu juga, hubungan asmara mereka p...