|sip-i|

607 61 26
                                    

Tak henti Anna menatap seorang pemuda yang merupakan calon manajernya nanti. Rasa terkejut, malu, serta kesal menjadi satu dalam diri Anna. Bisa-bisanya ia dalam satu hari ditimpa dua masalah sekaligus. Ingin rasanya Anna membatalkan niat untuk bekerja cafe ini. Tapi, Anna sangat mengerti bahwa mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, apa lagi tak sedikit pula mahasiswa yang juga ingin mendapatkan pekerjaan part-time.

Anna tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat manajer itu menelisiknya seraya berucap dengan keras perihal pertemuan pertama mereka. Tak bisa dipungkiri bahwa beberapa pegawai disana ikut menoleh ke arah sumber suara hingga menimbulkan bisikan halus yang terdengar sampai ke telinga mereka. Jujur saja tangan Anna sudah siap membungkamnya saat itu kalau saja ia tidak ingat dengan keadaan di sekelilingnya.

"Benar 'kan kau itu orang yang menuduhku sebagai pencuri?" Tanya pemuda tersebut seraya menangkup kedua tangannya.

Gurat gelisah tergambar diwajah Anna "Itu ka—karena aku tidak tahu. Saat itu aku fokus untuk mendapatkan kembali dompet wanita itu," jawab Anna terbata-bata "Lagi pula aku juga sudah meminta maaf kepadamu, 'kan?"

Ia tersenyum miring dan merotasikan matanya jengah "Itu yang kau sebut minta maaf?" Ia melangkah lebih dekat ke depan Anna membuat Anna mundur selangkah lebih jauh darinya, "Ada, ya? Orang yang meminta maaf langsung pergi begitu saja tanpa tahu apakah orang itu memaafkannya."

Ya, Anna akui dia salah waktu itu. Tapi kalau bukan karna headline berita yang masuk di panel notifikasi perihal dikonfirmasinya hubungan kedua orang itu yang membuatnya terkejut, ia juga tidak akan bersikap seperti itu. Tapi dia juga tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya sekarang. Sudahlah. Sepertinya hari ini bukan hari baik untuknya.

"Sudah-sudah lebih baik kita bicarakan di tempat lain, tidak baik dilihat banyak orang," lerai Bomi, si pelayan yang mengantar Anna ke ruang manajer. Bomi segera memberi tugas kepada pegawai lainnya untuk menggantikannya sementara. Lalu ia mengajak Anna serta manajernya untuk berbincang di tempat lain.

Bomi tertawa lepas setelah mendengar cerita pertemuan antara Anna dengan manajernya. Pertemuan dimana saat Anna menuduh sang manajer adalah pencuri dompet seorang wanita paruh baya yang ia kejar, tak segan-segan sebuah tinju mendarat mulus diwajah pemuda itu. Seakan tak cukup dengan tinju yang tiba-tiba, kerahnya pun di juga ditarik oleh Anna yang masih tidak percaya bahwa pemuda itu bukanlah pencurinya walau ia sudah menjelaskannya berulang kali.

"Tidak bisakah kau berhenti tertawa? Kau terlihat seperti orang aneh."

Bukannya berhenti tertawa Bomi makin mengeraskan tawanya mengingat temannya dituduh sebagai pencuri "Wajahmu terlihat seperti pencuri sih, karena itu, dia mengiranya kau seperti itu," ucap Bomi diiringi tawanya yang semakin menjadi. Pemuda itu tersenyum samar mendengarnya yang kemudian mengerucutkan bibir, sedangkan Anna mengerjapkan mata melihat reaksi Bomi setelah mendengar ceritanya.

Bomi menarik nafas dalam, berusaha menetralkan kembali perutnya yang sebelumnya terasa sangat menggelitik mendengar cerita mereka berdua "Sudahlah Joohyun-shi kau tidak boleh seperti itu, niat dia juga baik untuk mengambil kembali dompet wanita itu. Kau harus memaafkannya, mungkin dia punya alasan lain karena pergi tiba - tiba. Bersikaplah profesional, itu kan diluar hal pekerjaan." Bomi terlihat berusaha menahan tawanya, "aku juga akan seperti itu jika menjadi dirinya, memang mungkin saja kau berbohong."

"Yak! kau ini." Joohyun menghela nafas pasrah. "Baiklah, karena aku profesional aku akan mengesampingkan masalah itu dalam pekerjaan. Tapi, tentu saja sebelum itu aku harus melihat kemampuanmu dulu.

Anna menatapnya jengkel. Belum tahu saja dia bagaimana kemampuan Anna. Anna yang memiliki prinsip yang kuat untuk tidak menyerah segera menunjukan kebisaannya dalam hal membuat kopi.

NeoegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang