Di tengah Kota Seoul yang megah nan luas itu, tentu tidak bisa dipungkiri masih dapat dijumpai bangunan kumuh yang jarang terjamah para manusia elit berjas mewah. Diantaranya merupakan satu gedung apartemen kecil yang berdiri rapuh dengan dihimpit kokohnya gedung perkantoran atau perindustrian yang menjulang tinggi. Bahkan meski nyata berdiri di atas tanah Seoul, sekeliling seolah buta akan keberadaannya. Jadi tidak salah jika apartemen kecil itu menjadi hunian bagi orang-orang yang terbilang tidak mampu ataupun orang-orang yang memiliki kepribadian yang kurang baik.
Misalnya saja seorang pemuda berkaos hitam tanpa lengan yang melenggangkan kaki ke gang sempit di samping apartemen. Ia pun duduk di kursi reyot ada di sana sembari menyandarkan diri pada tembok. Tidak luput pula di tangannya telah terdapat sebutir pil. Cukup lama ia terdiam, menimbang-nimbang apakah dia harus memasukkan pil kecil berwarna putih tersebut ke dalam mulutnya sementara ia sudah kehabisan stok. Mendadak nyeri mendera kepalanya seakan-akan berkata agar ia tidak ragu. Kontan si pemuda memakan pil itu dan seketika semua yang ada di sekitarnya berangsur damai, tiada lagi suara bising yang mengusik.
"Woomin-shi." Sebuah suara tiba-tiba mengusik indra pendengarnya.
Ah, ini hanya khayalanku batin pemuda bernama Woomin itu.
"Ini bukan khayalan," tegas gadis yang sebelum ini memanggil namanya, menyadarkan Woomin jika memang sungguh ada orang selain dirinya di situ. Dengan keadaan setengah sadar akibat pengaruh obat, ia membuka kedua mata dan segera dihadapkan oleh sosok gadis yang ia kenal betul siapa.
"Ada urusan apa kau?" ucap Woomin berurai napas yang belum berada dalam kondisi stabil.
"Aku rasa percuma jika aku menjelaskan sekarang jika kondisimu seperti itu."
"K-kau.." Woomin berdiri dari duduknya, lalu bergerak cepat menyudutkan sang gadis. Walau sejenak berekspresi terkejut, tapi tak lama gadis itu melontar senyum. "Lebih baik kau tenangkan dirimu terlebih dahulu." Jemari-jemari lentik milik si gadis mendorong pelan dada Woomin, yang tentu berefek besar pada Woomin hingga membuat pemuda itu sempoyongan dan kemudian jatuh terjerembab ke tanah.
Sekitar sepuluh menit setelahnya, Woomin membuka suara lagi dengan keadaan sepenuhnya sadar. "Ada urusan apa sampai 'nona' besar sepertimu datang menemui aku?" kata Woomin datar tetapi matanya jelas memicing tajam tak suka.
"Suatu pekerjaan yang aku yakini kau bisa melakukannya."
Woomin mendengus kasar. "Sepertinya kau memang senang jika melihatku membusuk di penjara, ya 'kan?"
"Kau terlalu berburuk sangka terhadapku. Mana mungkin aku membiarkan seseorang yang banyak mengetahui diriku tertangkap semudah itu. Lagi pula pekerjaan ini tidak sesulit dahulu, kok. Bayaran yang aku berikan pun tidak main-main," tutur sang gadis menyakinkan. "Kau tahu benar 'kan, aku tidak pernah beringkar tentang suatu hal apapun."
Woomin terdiam berpikir atas penawaran yang diberikan. Toh, saat ini ia sedang membutuhkan uang untuk kembali membeli 'penenang'-nya. Jadi untuk apa ia tolak?
"Baiklah, aku menyetujui penawaranmu. Jadi apa yang harus aku kerjakan?"
Gadis itu tersenyum lebar lantas memberikan secarik foto berisi dua insan, yang salah satunya Woomin ketahui. "Cukup hancurkan hidup gadis di dalam foto ini. Mudah, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Neoege
Fanfiction[Sequel of Lucky Fangirl] "Bagaimana kalian bisa ada disini?" Terhitung setahun berlalu sejak pertemuan Vero dkk dengan member BTS. Kini ketujuh gadis itu tengah berusaha menggapai mimpi-mimpi mereka. Namun di saat itu juga, hubungan asmara mereka p...