01. The Start

2.9K 479 147
                                    

Kasus Gangnam 2007ㅡ Nama lengkapku Choi Beomgyu. Kedua orang tuaku meninggal ketika aku masih berusia 6 tahun, di salah satu rumah di pusat kota Seoul. Mereka berdua tewas tertembak dan aku melihat kejadian itu, tepat di depan mataku. Wajah si pembunuh terus terbayang-bayang, dan orang itu tak kunjung ditangkap hingga sekarang. Itu membuat hidupku terkepung oleh rasa trauma yang sangat besar.

 Itu membuat hidupku terkepung oleh rasa trauma yang sangat besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choi Beom Gyu (18)
Kelas 2-5 / Performa Tari
SMA Seni Mooran

Namun, beruntung, aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang di salah satu panti asuhan di kota Daegu. Ya, aku dipindah ke Daegu, pihak kepolisian yang menangani kasus pembunuhan orang tuaku sengaja mengirimku ke kota yang jauh lebih tenang, karena katanya panti asuhan di kota Seoul sangat buruk dalam pelayanannya. Tetapi menjadi anak yatim piatu di negeri ini tentu tidak cukup mudah. Sering diejek atau diganggu sudah menjadi konsekuensinya, dan itu sangatlah lumrah.

Sekarang aku menjadi terbiasa dan perlakuan tidak adil seperti itu merupakan masalah kecil bagiku, hingga teman-temanku menjulukiku si mental baja karena terlalu bodo amat dengan omongan orang.

Namun, walaupun katanya mentalku cukup kuat, sangat bohong jika aku tidak sedih ketika orang-orang mengejekku. Aku tetap sedih, aku hanya pintar menutupi rasa kesedihan itu. Tapi, narkoba, self-harm, dan rasa ingin bunuh diri tidak pernah muncul sekalipun dalam pikiranku. Aku akan melampiaskan kesedihanku ke dalam hal yang positif, seperti menari, misalnya.

Ah, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, menari sudah menjadi kewajiban terbesar dalam hidupku. Prinsip hidupku, lebih baik tidak bisa bernapas daripada tidak bisa menari.

Setelah beberapa tahun berlalu dan aku berhasil tumbuh menjadi seorang remaja, tepat setelah lulus SMP, aku memohon kepada Ibu asrama untuk melanjutkan sekolahku di Ibukota. Dengan uang-uang yang kukumpulkan dari berbagai macam sumber entah itu bekerja paruh waktu, hingga menyisakan uang jajan sudah kutabung untuk kepindahanku ke Ibukota.

Ibu asrama awalnya tidak mengijinkanku karena usiaku masih terlalu muda, aku masih 15 tahun loh, waktu itu. Namun, ujung-ujungnya ia mengijinkanku dan memberiku uang tambahan, memang Ibu asrama itu sungguh malaikat, aku tak akan pernah melupakan jasanya. Kemudian dengan uang yang sudah lebih dari cukup itu, aku bisa menyewa rumah kontrakan sederhana di pinggiran kota Seoul lalu memulai kehidupanku dari awal.

Tapi, sesungguhnya, apa alasanku pindah ke Ibukota? Banyak. Yang pertama, ini kota kelahiranku, dan aku ingin menghabiskan lebih dari separuh hidupku di kota ini. Yang kedua, aku ingin segera lulus dari panti asuhan, maksudku, tidak selamanya aku harus tinggal sebagai anak-anak disana, aku juga harus tumbuh, masuk ke perguruan tinggi yang kuimpikan, meraih cita-citaku, hingga menikah dan membesarkan anak-anakku sendiri.

Dan yang terakhir, alasan yang paling mendorongku untuk tinggal di Ibukota, balas dendam. Memang gaya sekali. Tapi tetap saja, kejadian besar yang menewaskan kedua orang tuaku itu terus terbayang-bayang, wajah pembunuhnya yang samar-samar itu selalu terlintas di kepalaku. Sepertinya hidupku tidak akan tenang jika aku belum bertemu dengan makhluk sialan itu.

The Seoul Story | txtzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang