Rumah kediaman Tuan Kang tampak sunyi seperti biasanya, maklum penghuninya sedikit. Di ruang tamu yang luas, Tuan Kang sedang bersantai sambil ditemani segelas air putih hangat dan sepiring kue. Jari tengahnya mengetuk-ngetuk gelas air dengan tempo lambat, seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.
Tak lama kemudian, dua anak kandungnya—Kang Seulgi dan Kang Taehyun menyelonong masuk ke dalam rumah tanpa salam. Sang Ayah langsung berdiri dan menyambut mereka dengan tatapan yang tidak ramah. "Kemana saja kalian? Kenapa tidak ada yang mengabari kalau pulang larut malam?" tanya Tuan Kang.
Seulgi yang sudah tidak mau berurusan panjang lebar memilih untuk segera meninggalkan ruang tamu. "Aku sudah lelah, Ayah. Mari bicara besok saja."
Sementara Taehyun yang sejak kecil memang tak berani melunjak dalam menghadapi Ayahnya memilih untuk tetap diam di tempat dan diam cukup lama. Tuan Kang mendekati putra bungsunya, memperhatikan wajah dan tangannya yang terluka, lalu bertanya sekali lagi. "Darimana saja? Mengapa bisa penuh luka seperti ini?"
Biasanya, di situasi seperti ini, Taehyun akan menjawab dengan jujur. Namun kali ini ia berani menatap mata ayahnya dan mengalihkan topik pembicaraan. "Soal bantuan pada Beomgyu yang Ayah tawarkan beberapa waktu lalu—membiayai hidup dan menunjang pendidikannya, apa Ayah sungguh akan melakukannya?"
Tuan Kang terdiam cukup lama. Di awal, tujuannya memanfaatkan Beomgyu adalah untuk meresmikan seluruh berkas di KT Group yang mana harus ditandatangani oleh sang ahli warisnya, yaitu Beomgyu. Tapi di posisinya sekarang, Tuan Kang sudah tidak bisa memanfaatkan Beomgyu secara halus lagi, mengingat Beomgyu sudah mengetahui sejarah perusahaan yang kelam.
"Ayah?"
Tuan Kang terbangun dari lamunan. "Ya. Tentu saja. Ayah serius dengan itu karena Ayah melihat kau sangat dekat dengannya."
Taehyun tersenyum tipis, seakan bisa membaca gelagat aneh ayahnya. Kemudian ia membalas dengan lancang. "Bukannya Ayah melakukan hal itu untuk memanfaatkan hak Beomgyu sebagai ahli waris perusahaan?"
Tuan Kang sempat tertegun menyadari anak bungsunya tiba-tiba mengetahui masalah utama dalam perusahaan. Mencoba untuk tetap tenang, Tuan Kang bertanya balik. "Apa maksudmu, Tae?"
"Semua petinggi KT Group tahu akan sejarah kelam perusahaan. Sementara aku—yang kau bilang akan menjadi pewaris, apakah tidak boleh menguak rahasia perusahaan?"
"Darimana kau mengetahuinya?"
"Beomgyu dan kawanannya jelas menyimpan dendam dengan keluarga kita. Belakangan ini, ia telah mengumpulkan banyak saksi untuk membawamu ke jalur hukum."
"Aku tidak paham--"
Memotong pembicaraan ayahnya, Taehyun mendekat dan berbisik. "Dan, mereka berencana untuk melakukan penyerangan kepada kita. Balas dendam—atas pemberontakan tahun 2007 lalu. Kak Seulgi jelas tidak memihak kita, jadi kita harus berhati-hati."
Tuan Kang menoleh kesana kemari, memastikan bahwa seluruh anggota rumah mulai dari penjaga dan pelayan hingga anak sulungnya tidak memperhatikan percakapan ini. "Jangan bicara soal hal sensitif ini sekarang," ujarnya.
Mata Taehyun dengan mudah menangkap sosok kakaknya—Seulgi yang sedari tadi menguping pembicaraan sambil bersembunyi dibalik dinding. Taehyun tersenyum sambil berkata pada ayahnya. "Kita harus segera bergerak sebelum mereka menyerang tiba-tiba. Ayo kita bicara di taman. Jangan khawatir Ayah, aku memihakmu."
Seulgi ikut tersenyum dan segera berbalik meninggalkan tempat. Wanita muda itu segera meninggalkan rumah diam-diam dan mengendarai mobilnya menuju suatu tempat. Di tengah malam yang sepi, Seulgi menempuh perjalanan hampir 1 jam menuju Seongnam. Tepatnya ke sebuah rumah di Jalan Jeongja no. 46, Distrik Bundang—rumah peninggalan Detektif Ahn.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seoul Story | txtzy
FanfictionKepindahannya dari Daegu ke Seoul ia lakukan untuk menuntut keadilan atas kematian kedua orang tuanya yang terbunuh 12 tahun yang lalu.