Terdengar suara cekikikan dari kamar Nay. Sang pemilik kamar kembali dengan wajah murung setelah dipanggil oleh ayahnya.
"Loh, Nay? Lu kenapa?" Tanya Anya penasaran.
"Lu dimarahin sama Papa lu, Nay?" Celetuk Icha.
"Hus, Cha! Jangan gitu!" Bentak Anya
Icha hanya nyengir tak berdosa mendengar bentakan Anya.
Kamar Nay lengang sejenak.
"Guys..." Ucap Nay membuka percakapan.
"Semester depan kayaknya kita bakalan beda sekolah deh." Lanjut Nay dengan wajah yang tertunduk.
"Lah, kok bisa!?" Kompak Anya dan Icha.
"Tadi papa bilang ke Nay kalau beliau ada tugas di luar negeri." Jelas Nay.
"Dan beliau juga bilang kalau Nay juga harus ikut pindah. Apalagi Bi Inah Minggu depan bakalan pulang kampung. Nay cuma tinggal berdua sama Papa." Lanjut Nay.
Mendengar hal itu, kedua sahabat Nay ikut murung.
"Kalo gitu, Nay, lu bakalan ikut Papa lu kan?" Tanya Anya.
"Huhh kok gw jadi sedih yaa..." Timpal Icha.
"Iya nih, Nay. Sekesel apapun gw sama lo, Gw nggak mau kalo harus pisah sama lo. Apalagi sampe pisah negara, wahh engga banget deh Nay." Sambung Anya.
Nay hanya menunduk, Ia bingung harus bagaimana lagi. Di satu sisi Nay tidak mau kehilangan ke-2 sahabat nya itu, tapi dia juga tidak bisa jauh dari sang ayah. Apa lagi sejak di Sekolah Dasar Nay sudah terbiasa hidup berdua dengan Ayah nya. Karena Ayah dan ibu Nay kala itu bercerai dan ibu nya memilih untuk pergi ntah kemana.
"Huhh.. Kalo lo pergi, ntar siapa yang kasih gw contekan coba? Lo tau kan si Icha itu pelitt nya minta ampunn." Celetuk Anya.
Icha dan Nay yang mendengar perkataan Anya tadi langsung mengangkat kepala nya. Nay tak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya tertawa mendengar perkataan temannya tadi.
Beda hal nya dengan Nay, Icha justru terlihat kesal. Icha bahkan sampai melotot. (Untung gak keluar tuh bola mata :v)
"Iihh lo itu kenapa sihh Nyaa?? Suasana lagi sedih gini juga pake bahas yang kayak gituan, ngeselin deh lo Nyaa!" Kata Icha dengan nada tinggi.
"Gw mah orang nya jujur, emang gitu kenyataannya ishh. Lo tuh pelitttt dasar pelittt" Anya tak mau kalah.
Lagi-lagi Nay hanya tertawa melihat tingkah kedua temannya itu. Menurut Nay, mereka itu istimewa kayak Cherrybelle. Mereka selalu bisa membuat Nay tertawa. Apalagi saat Nay sedang sedih, mereka pasti selalu ada untuk menghibur Nay. Itulah alasannya kenapa Nay merasa berat untuk meninggalkan kedua sahabatnya.
"GW GAK PELIT! LO NYA AJA RESE, PINTER-PINTER TAPI SUKA BANGETTT NYONTEKK HUUUU-!" Kata Icha dengan nada suara yang cukup kencang, mungkin sampe bisa terdengar keluar kamar.
"IH, LO TUH YA! UDAH PELIT GAMAU NGAKU LAGI, DASAR GAADA AKHLAK EMANG!" Timpal Anya lebih kencang dari Icha.
Kedua nya saling beradu mulut sambil berlarian dikamar Nay, sedangkan Nay hanya duduk sambil tertawa terbahak-bahak.
Di tengah keributan Anya dengan Icha, tiba-tiba Icha berhenti. Mungkin maemunah lelah keliling kamar :v
"Huuhhh haahhh... Bentar, princess capek, uhukk!!" Kata Icha sambil menundukan badannya.
"Princess apaan hah? Maemunah? Sok sok-an sih luuu ngajak ribut gw huuu! Makan tuh capek!" Ucap Anya merasa puas melihat Icha tersiksa.
Nay yang sedari tadi hanya berperan sebagai penonton pun akhirnya melerai mereka bak pahlawan kesiangan.
"Yaa ampun. Kalian gitu doang pake di ributin segala sih. Udah cape duduk dulu, jangan habisin tenaga dong. Katanya mau halan-halan." kata Nay seolah-olah memberi nasehat tapi dengan nada kekanak-kanakan.
Kedua sahabat nya itu tidak ada yg menjawab, mereka masih sibuk manarik nafas karena masih merasa capek akibat ulah mereka sendiri.
Tiba-tiba muncul sesuatu di benak Icha. Karena Icha orang nya to the point banget, akhirnya Icha pun membuka suaranya.
"Eh bentar deh? Lo beneran diajak bokap pindah? Atau jangan-jangan lo cuma ngeprank kita yaa Nayy!"
"HAHHH?!"
"Icha kok nanya gitu sih?? Ya Nay serius lah bahkan dua rius nihh!!" Jawab Nay.
"Tau tuh, si Icha kemana aja pikiran nya tuh. Dasar nyebelin! Mana mungkin si Nay cuma ngeprank ya kan, Nay?" kata Anya sambil berlaga membela Nay.
"Yaa gw kan cuma nebak gituu, siapa tau aja kan. Lagi pula gw cuma gak nyangka aja kita harus pisah negara" jawab Icha Kembali memasang muka murung.
"Ayolah guys, tenang aja. Lagian berangkat nya masih lama kok." Ucap Nay mencoba menghibur.
"Kata Papa, gw berangkat dua Minggu setelah masuk sekolah. Jadi masih lama lah, masih ada waktu buat kita bareng-bareng, Iya kan?" Lanjut Nay sambil mengembangkan senyum.
"Yaudah, kalau gitu mulai detik ini sampai Nay berangkat nanti, kita harus sering habisin waktu bertiga, ok?" Ucap Anya.
Nay dan Icha mengangguk, mengiyakan ucapan Anya. Mereka lalu berpelukan persis seperti Teetubis.
Selesai berpelukan, mereka memutuskan untuk berangkat ke cafe karena memang hari sudah menjelang sore. Mereka bergegas keluar kamar.
Nay tersenyum ketir melihat punggung kedua sahabatnya itu. Dalam pikirannya sekarang ia benar-benar kecewa. Selain harus pindah sekolah dan meninggalkan sahabat-sahabatnya, Nay juga harus kehilangan kesempatan untuk bertemu kembali dengan cowok yang selama ini memenuhi pikirannya.
"Padahal baru semalam Nay seneng punya kesempatan buat ketemu. Sekarang malah... Sudahlah... Mungkin belum waktu nya." Batin Nay.
"Woyy!!! Tunggu!!!"
****
HAII GUYSS-!!!! GIMANA PART KETIGA NYA??
SERU GAK?? BIKIN PENASARAN GAK??
SEMOGA KALIAN SUKA-!!❤️
JANGAN LUPA BUAT "VOTE" DAN "COMENT" KARYA PERTAMA KITA~~
JANGAN LUPA JUGA BUAT "FOLLOW" JUGA AKUN WATTPAD KITA BIAR GAK KETINGGALAN CERITA2 BARU~~See U di chapter berikutnya-!❤️
Ig: @neshya_oct22
Ig: @intanaazzhrptrii
KAMU SEDANG MEMBACA
Can'T Have~
Genç Kurgu[HIATUS + REVISI ULANG] Definisi "cinta" bagi seorang Renayra berbeda. Seperti mentari yang menyinari bulan agar sang bulan tetap bersinar. Walaupun tak mungkin memeluk namun tetap menghangatkan. Langit dan bumi membeku memberi kenyataan semu kepad...