Nay melangkahkan kaki keluar cafe. Cahaya sore ini mulai gelap. Tugas mentari kini akan berahir.
Nay akhirnya memutuskan untuk menunggu bis dihalte dekat cafe yang baru saja Nay datangi. Tak perlu menunggu waktu lama, yang ditunggu pun datang. Nay langsung menaiki bis tersebut.
Nay malangkahkan kaki ke salah satu kursi kosong, lalu dia pun duduk.
Diperjalanan pulang, otak Nay tak ada henti nya berfikir. Berfikir untuk ikut pergi bersama ayah nya atau justru tetap tinggal di sini. Setelah perkenalannya dengan Devano tadi di cafe, hati Nay semakin merasa ingin dekat dengan lelaki itu.
Tiba-tiba terpintas diotak Nay untuk tetap tinggal disini. Ia berfikir bahwa, tugas ayahnya di luar negri hanyalah sementara, ayahnya pasti akan pulang kembali ke indonesia. Dengan begitu ia memutuskan untuk tetap tinggal disini, lagi pula Nay hanya tinggal beberapa tahap lagi di SMA.
"Apa Nay bilang aja ke papa kalo Nay gamau ikut, huft. Apa mungkin papa bakal ngizinin Nay tinggal disini sendiri." kata Nay berbicara dengan diri nya sendiri.
****
Langkah Nay terhenti tepat didepan pintu rumah. Lalu Nay membuka pintu.
"Assalamualaikum..Papa Nay pulang"
Tak terdengar jawaban dari sang ayah. Nay pun memutuskan untuk mencari ayahnya ke kamar.
Nay mengetuk pintu kamar ayahnya.
Tok..tokk..tokk..
"Ayah, Nay pulang"
"Iya Nay sini masuk." Jawab sang ayah.
Nay pun masuk, menghampiri sang ayah yang tengah sibuk berkutat dengan lembaran-lembaran kertas diatas kasurnya
"Ehm kenapa pah?"
Sang Ayah mengulurkan tangannya, memberikan Nay lembar kertas, yang ntah apa isi dalam kertas itu.
"Ini apa?" Tanya Nay bingung
"Itu formulir pindahan sekolah kamu."
"Oohh, ehmm.."jawab Nay lemas
"Kamu baca dulu."
"Tapi pa, papa yakin kita bakal pindah?" Nay memastikan.
"Iya, emng kenapa sayang?"
"Pah, Nay masih mau sekolah disini. Nay masih pengen bareng-bareng sama Anya dan icha, Nay berat buat ninggalin mereka, lagi pula papa sementara kan disana." Jelas Nay dengan wajah yang terlihat murung.
Melihat wajah sang anak yang berubah murung, Ayah Nay merasa tak tega. Ayah Nay hanya terdiam, beliau tak bisa berkata-kata, pikirannya terus berputar.
"Berangkatnya kan masih lama sayang. Kamu masih punya waktu bareng sahabat-sahabat kamu." Bujuk sang Papa.
Nay terdiam tak merespon. Dia menatap lekat selembaran yang ia pegang. Nay menghela nafas panjang.
"Kalau gitu, Nay ke kamar dulu ya Pah. Nay bawa formulirnya." Ucap Nay sembari mengembangkan senyum tipisnya.
"Iya sayang, cepet diisi ya." Ucap Ayah Nay.
****
Sementara itu, diwaktu yang bersamaan..
Suara langkah mengalun mengikuti suasana senja. Berjalan menyusuri trotoar setelah keluar dari sebuah cafe. Coffee late dingin di tangan menjadi hiburan saat haus. Pikirannya dipenuhi oleh seorang wanita yang ia temui tadi. Entah kenapa, Devano terus memikirkan Renayra.
"Jadi Renayra itu yang tadi, padahal dia cantik, dan pintar juga kayaknya. Yahh.. Semoga bukan dia yang dimaksud ibu." Ucap Devano pada dirinya sendiri.
"Eh, tunggu." Devano tiba-tiba berhenti dan tersadar dari lamunannya.
"Kok gw malah mikirin dia sih? Orang baru ketemu. Huh.." Devano kesal pada dirinya sendiri, ia pun melanjutkan perjalanan pulangnya.
Devano tiba di rumahnya. Ia membuka pintu dan disambut ibu nya, lebih tepatnya ibu tiri nya. Ibu kandung Devano telah meninggal saat Devano masih kecil. Dan 2 tahun kemudian Ayah Devano kembali menikah lalu kembali dikaruniai seorang anak yaitu adik Devano, Devina.
"Assalamualaikum, Ma." Sapa Devano.
"Wa'alaikumsalam, sayang. Cepet masuk, udah menjelang malam ini." Jawab ibu nya ramah.
Devano berniat menceritakan pertemuannya dengan Revanya, namun ia urungkan. Ia takut jika itu bukan orang yang ibunya maksud.
"Papa dimana ma?" Tanya Devano.
"Belum pulang, Papa kamu masih kerja." Jawab Ibunya.
Kriingg...
Suara telepon berdering.
"Nomor siapa ini?" Ibu Devano heran. Beliau tidak mengetahui siapa yang menghubungi nya.
"Kenapa ma?" Devano ikut heran.
"Ini ada yang telfon mama, tapi gak tau siapa."
"Angkat aja ma, siapa tau penting." Ucap Devano
Ibu Devano mengangguk dan pergi meninggalkan Devano untuk mengangkat telepon.
"Halo?.." Ucap Ibu Devano menyapa seseorang di seberang sana.
"Halo?.." Seseorang menjawab.
"Maaf, ini siapa ya? Tahu nomor saya dari mana?"
"Ini benar dengan ibu Aletha Wanda Agatha?"
Ibu Devano terkejut mendengar namanya disebut.
"Iya benar, saya sendiri. Maaf, ini siapa?"
"Aletha,ini aku...
*****
HAII GUYSS-!!!! GIMANA PART KE-5 NYA??
SERU GAK?? BIKIN PENASARAN GAK??
SEMOGA KALIAN SUKA-!!❤️
JANGAN LUPA JUGA BUAT "FOLLOW" JUGA AKUN WATTPAD KITA BIAR GAK KETINGGALAN CERITA2 BARU~~
GUYS JAN LUPA "VOTE" DAN "COMENT" NYA YAA! KARENA ITU BERHARGA BANGET BUAT KITA, BIAR KITA SEMANGAT BUAT UP NYA~~❤️
SHARE THIS STORY ✓✓See U di chapter berikutnya-!❤️
Ig: @neshya_oct22
Ig: @intanaazzhrptrii
KAMU SEDANG MEMBACA
Can'T Have~
Teen Fiction[HIATUS + REVISI ULANG] Definisi "cinta" bagi seorang Renayra berbeda. Seperti mentari yang menyinari bulan agar sang bulan tetap bersinar. Walaupun tak mungkin memeluk namun tetap menghangatkan. Langit dan bumi membeku memberi kenyataan semu kepad...