Angin berhembus sejuk, cahaya matahari sore masuk ke sela-sela jendela ruangan. Sudut cafe riuh dengan keseruan canda tawa. Nampak tiga perempuan sedang asyik mengobrol. Membicarakan hal-hal menarik tentang kebersamaan yang telah terjalin sejak Sekolah Dasar.
"Nay, inget nggak? Waktu dulu si Icha pernah jatuh dari sepeda gara-gara nabrak pohon." Ucap Anya.
"Oh iyaa! Inget, inget. Wah waktu itu si Icha nangis kan, terus malah marah-marah gak jelas ke pohon nya." Nay langsung tertawa mengingat memori itu.
"Kasihan tuh pohon, gak salah apa-apa malah dimarahin." Ucap Anya dengan suara tawa makin keras.
Disaat Anya dan Nay tertawa, Icha malah memajukan bibirnya tanda tak terima ejekan sahabatnya.
"Kalian tuh ya, nyebeliinn! Udah deh jangan di ingat-ingat yang ituu, Icha malu tau gak!?" Kesal Icha.
Melihat Icha yang seperti itu, tawa Anya semakin pecah. Namun, ditengah keseruannya Nay malah terdiam karena mendengar lonceng di pintu cafe berbunyi. Nay langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu dan membuat kedua sahabatnya heran.
"Ada siapa Nay?" Tanya Icha yg masih kesal.
"Ah, itu, gak ada siapa-siapa." Jawab Nay.
Anya dan Icha saling tatap dan mengangkat bahu bersamaan. Mereka melanjutkan bincang sore hangat mereka dengan keadaan Nay yang menahan kecewa.
"Kirain dia. Huh~" Batin Nay.
Tiba-tiba lonceng pintu kembali berbunyi. Nay menahan rasa penasaran nya, namun gagal. Ia menoleh lagi kearah pintu. Mata nya langsung terbelalak melihat sosok pria yang berdiri di sana. Seakan tak percaya bisa bertemu kembali.
"Itu dia kan?? Bener kan??? Kyaaa!!" Nay menjerit di dalam pikirannya.
Wajah Nay langsung memerah melihat pria dengan sweater hoodie abu-abu. Persis seperti ia pertama kali melihat nya.
Melihat kelakuan aneh Nay, Anya memanggil Nay sampai membuat Nay tersadar dari alam pikiran nya.
"Nay! Lu kenapa sih?? Kek yang kesambet tahu gak!?" Ucap Anya penasaran sekaligus kesal.
"Ah, Na-Nay gak kenapa-kenapa kok." Jawab Nay kikuk.
Icha menyadari kehadiran pria itu.
"Eh itu bukannya Devano?" Ucap Icha sambil menunjuk ke arah kasir. Terlihat pria yang sedari tadi ada di lamunan Nay sedang memesan coffee.
"Hah? Mana?" Anya penasaran.
"Itu tuh, lagi pesen kayaknya." Jawab Icha menegaskan.
Nay heran kenapa Icha bisa kenal dengan pria itu. Nay memberanikan diri bertanya pada Icha.
"Cha, Devano itu siapa?"
"Devano itu anak tetangga nya Icha waktu Icha belum pindah rumah dulu." Jelas Icha.
"Cha gak terlalu akrab sih sama dia. Cuma tahu aja orang nya. Semenjak Icha pindah gak pernah liat lagi, dan baru sekarang liat." Lanjut Icha.
Nay hanya terdiam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Di dalam hatinya ingin sekali Nay menceritakan bahwa semua hal yang terjadi akhir-akhir ini adalah karena Devano. Iya Devano, Devano Fauzan Prasetya. Lelaki misterius yang bisa meluluhkan hati seorang Renayra Agatha Aprilia. Padahal mereka tidak mengenal satu sama lain.
Nay masih terdiam, ia belum berani angkat bicara apalagi menceritakan tentang perasaannya terhadap Devano.
"Eh Cha, lelaki tadi siapa namanya? Dufan ya? Cakep juga tuh aww wkwk." kata Anya secara tiba-tiba sambil tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can'T Have~
Teen Fiction[HIATUS + REVISI ULANG] Definisi "cinta" bagi seorang Renayra berbeda. Seperti mentari yang menyinari bulan agar sang bulan tetap bersinar. Walaupun tak mungkin memeluk namun tetap menghangatkan. Langit dan bumi membeku memberi kenyataan semu kepad...