"Nak, tolong kamu sapuin dulu daun-daun yang di halaman depan terus nanti bakar ya," Ibu Nada menitah Anna yang terlihat menata mainan berserakan di lantai milik adik-adik panti. "Itu biat ibu yang beresin."
"Baik, bu." Anna segera melaksanakan perintah dari ibu panti. Anna dan ibu Nada terlihat sibuk sekali sedari pagi membersihkan rumah panti. Panti ini akan kedatangan pasangan paru baya yang akan mengadopsi salah satu anak yang tinggal di dalamnya. Jadi, sebisa mungkin Ibu Nada dan Anna memperlihatkan tempat tinggal mereka nyaman dan bersih. Setiap hari juga Anna dan ibu Nada membersihkan panti namun untuk hari ini khusus harus bersih maksimal.
Semua tugas telah dilaksanakan tinggal menunggu waktu pasangan paru baya itu untuk menjemput anak angkat yang akan di adopsinya.
Satu pasang mobil mewah memasuki halaman panti anak-anak yang sedang bermain menghentikan aktivitas mereka. Turunlah dua pasangan paru baya. Mereka menyalami ibu Nada selaku ketua yayasan panti.
"Mari, pak bu silahkan masuk dulu." Ibu Nada mempersilakan pasangan yang akan nenjadi orang tua baru itu memasuki panti asuhan bersama satu orang kepercayaan mereka.
Anna menyajikan empat gelas teh manis dihadapan mereka. Ibu Nada memulai pembicaraan basa-basi sedikit.
"Langsung saja ya bu, saya kesini ingin mengadopsi salah satu anak yang tinggal di sini. Sesuai peraturan harus memiliki surat adopsi dan saya sudah membawa semua berkas adopsi sah sesuai hukum pengadilan. Tio, tolong kamu kasih suratnya ke bu Nada."
"Baik, Pak Ren," Tio segera memberikan ke bu Nada.
"Baik, pak bu sesuai surat ini Galen resmi menjadi anak asuh Pak Renra dan ibu Harum. Saya akan panggilkan anaknya untuk menemui bapak dan ibu."
Galen, anak yang berusia 10 tahun datang dibantu oleh Anna.
"Nak, sekarang kamu sah menjadi anak bapak Renra dan ibu Harum. Kamu akan ikut mereka ke rumah barumu. Jadilah, anak yang berbakti ke orang tua barumu ya." Pesan ibu Nada menatap anak asuhnya ini agak sendu tetapi terselip rasa bahagia salah satu keinginan Galen terwujud memiliki orang tua lengkap.
"Galen akan ingat semua pesan dan nasihat ibu. Terimakasih sudah merawat Galen selama ini bu," Galen memeluk ibu Nada dengan sendu akan berpisah.
"Baiklah, mari kami harus segera pergi karena sebentar lagi ada urusan lainya." Pak Renra langsung berpamitan.
"Baik, pak bu. Hati-hati di jalan dan sayangilah Galen sebagaiman kalian akan menyanyangi anak darah daging sendiri."
Mereka tersenyum dan berpamitan. Tak lupa Galen juga berpamitan kepada teman-teman sepantinya. Anna menghela napas dia merasa kehilangan sosok keluarga lagi di panti yang di tinggalinya. Sebenarnya dari dulu ada banyak orang tua yang mau mengadopsinya tetapi Anna tidak mau dan masih bertahan hingga sekarang di sini sebab dia masih menunggu sosok keluarga kandung yang tak pernah sama sekali dia ingat di kepala kecilnya.
Ibu Nada mengelus bahu Anna berharap Anna selalu tegar menjalani kehidupan ini jauh dari sosok keluarga aslinya.
"Sabar nak, jika memang kalian di takdirkan untuk bersama pasti ada jalanya kalian akan berkumpul. Yang Maha Kuasa pasti akan menjawab setiap doa-doa mu."
Anna mengedipkan matanya yang tanpa sadar berkaca-kaca.
"Anna akan selalu sabar menunggu waktu itu tiba, bu. Ya, semoga saja impianku itu segera terwujud."
Ibu Nada menepuk bahu Anna memberi semangat. "O ya nak, kamu ga siap-siap untuk ke kafe?"
Anna terlonjak, "Astaga bu, Anna lupa sebentar lagi masuk kerja. Anna tinggal mau siap-siap berangkat kerja."
"Ya, silakan nak. Ingat jangan sampai kamu terlalu lelah buat kerja."
**
Di belahan kota lain. Kota yang berbeda dengan Anna. Di dalam mansion besar. Mansion keluarga yang di dalamnya bukan seperti keluarga kebanyakan.
Semua keluarga berkumpul untuk makan bersama tetapi suasana benar-benar hening tak ada pembicaraan sama sekali. Memang semua orang berperilaku dingin sejak princess perempuan mereka hilang diculik oleh musuh bisnis mereka ketika berumur satu tahun.
Menjadikan keluarga yang semulanya hangat menjadi dingin satu sama lain. Canda tawa yang biasanya ada sekarang hilang entah kemana seolah-olah lenyap ditelan bumi. Hari-hari dilalui dengan begitu berat seolah ada batu besar yang menghimpit pundak mereka.
Bahkan untuk berkumpul bersama keluarga yang lainnya pun jarang bukan jarang malahan bisa dikatakan tak pernah sebab mereka semua menyibukkan diri sendiri agar tak terus menerus sedih memikirkan princess mereka ada dimana.
Mereka selalu berusaha untuk menemukan perincess mereka tak pernah menyerah bahkan menyewa berbagai detektif handal untuk bisa menemukan princess mereka tetapi sampai sekarang princess mereka tak kunjung ditemukan padahal sudah 15 tahun lamanya meskipun begitu mereka tak menyerah sampai detik ini untuk dapat menemukan princess mereka.
"Aku selesai," ujar seorang pemuda laki-laki berpakaian jas dengan dingin melangkah keluar.
"Aku juga," seorang pemuda juga yang lebih muda dari pemuda tadi berpakaian seragam sekolah melangkah pergi begitu saja diikuti pemuda satunya juga yang sama memakai seragam sekolah.
Para orang tua yang melihat kelakuan mereka para pemuda itu hanya dapat memandang sedih serta menghela napas pelan.
Seorang wanita paruh baya menatap sang suami dengan pandangan sedih terlihat sekali menyakitkan.
"Pa, apakah princess mama sudah di temukan. Kita tidak bisa membiarkan keluarga kita kaya gini terus. Mama kangen keluarga kita hangat seperti dulu bukan kaya gini."Sang suami dari wanita tadi berkata, "Papa sudah menemukannya ma, tinggal nunggu satu data dan bukti kuat pernyataan bahwa dia princess kita. Jika memang dia princess kita papa akan segera membawanya ke kita."
"Kapan kakak akan bawa princess kita pulang? Cepat kak bawa dia kesini," cetus wanita paruh baya lain yang tak sabaran kepada pria yang merupakan suami dari wanita paruh baya satunya.
"Sabar sayang semua butuh proses," ujar pria satunya suami dari wanita paruh baya tadi yang bertanya kepada sang kakak.
"Nanti kalau aku sudah mendapatkan semua datanya, pasti segera mungkin aku akan membawa princess kita kembali ke sini," ujar seorang pria yang yang di panggil papa dan kakak itu dan yang lain hanya dapat mengangguk saja.
"Kalian tenang saja ayah sudah menyuruh tangan kanan ayah untuk mengumpulkan dan menyelidiki satu data itu untuk bukti kebenaran. Kalian segera berangkat ke kantor sana," interupsi pria tua yang merupakan kepala keluarga kepada anak-anak laki-lakinya.
"Iya Yah," ujar pria paruh baya dua-duanya segera melangkah pergi untuk kekantor yang sebelumnya sudah pamit dengan kepala keluarga utama dan para istri masing-masing.
Wanita paru baya itu memandang jauh foto ditanganya foto seorang bayi mungil didekapanya dengan kosong setelah semua orang semua pergi.
"Dimana kamu nak? Mama kangen banget sama putri kecil mama. Putri yang membawa kebahagiaan bagi mama dan keluarga. Semoga kamu cepat berkumpul dengan kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family
Ficção AdolescenteAnna Quensha V gadis berusia 16 tahun yang tinggal di panti asuhan Mutiara Kasih. Sejak kecil Anna sudah tinggal di panti ini bahkan keluarganya sendiri pun ia tak tahu. Entah dimana sekarang keluarga kandungnya. Pada saat dimana panti Mutiara Kasih...