Part 04

25.8K 1.6K 20
                                    

"Apakah dia putriku?" ujar pria paruh baya yang melihat Anna tadi sebelum memasuki kamarnya.

"Ya Pak, dia adalah putri anda," ucap Ibu Nada.

Tak lama Anna datang ke ruang tamu sesuai permintaan Ibu Nada yang menyuruh Anna kembali ke ruang tamu.

"Ada apa bu?" tanya Anna setelah sampai di ruang tamu dan lagi-lagi mendapat pandangan lekat dari pria tua dan paruh baya itu.

"Sini nak duduk di samping ibu," pinta ibu Nada. Anna pun duduk di sebelah ibu Nada.

"Begini nak, kamu pernah bilang kan sama ibu kalau kamu pengin banget ketemu sama keluarga kandungmu," jeda ibu Nada dan Anna menganggukan kepalanya bahwa ucapan ibu Nada benar dirinya ingin sekali ketemu keluarga kandungnya, " Nah bapak ini adalah papa kamu dan juga kakek kamu nak." Ibu Nada menunjuk kedua pria di depannya.

Anna pun memusatkan pandangan matanya kearah kedua pria tersebut dan matanya bertemu salah satu pria paruh baya yang menatap kearahnya dengan pandangan sedih, bahagia dan kerinduan bercampur jadi satu.

"Apakah mereka benar keluarga kandungku, bu?" tanya Anna ragu dan memastikan tanpa mengalihkan pandangan matanya.

"Ya, mereka memang keluarga kandungmu nak," jawab ibu Nada dengan nada menyakinkan.

"Apakah benar kalian memang keluarga kandungku?" tanya Anna memastikan dengan suara tercekat kepada salah satu pria tersebut.

"Ya nak, kami memang keluarga kandungmu kamu cucu saya dan ini papa kamu, kamu anak dari anak saya ini," ujar pria tua tersebut mengaku sebagai kakek Anna sambil menunjuk pria paruh baya yang merupakan papa Anna.

"Apakah kalian punya buktinya? Dan kalau benar saya cucu dan anak kalian, kenapa kalian tega membuang saya yang akhirnya saya harus hidup dan tinggal di panti ini," ucap Anna sedih.

"Kami bukan membuang kamu nak, waktu kamu masih berusia satu tahun ketika kami pergi liburan kamu di culik musuh bisnis dari papa dan soal bukti kami mempunyainya," jelas pria paruh baya yang menyebut diirnya sebagai papa. "Ini kamu liat disini semua foto, akta kelahiran dan tes DNA beserta kalung yang sama yang kamu punyai seperti punya mama kamu karena kalung kamu dibuat khusus oleh mama kamu untuk dirimu nak. "Pria tersebut dan menunjukan semua bukti yang ada. "Dan soal tes DNA kenapa kami bisa mendapatkannya kami bekerja sama dengan suruhan saya untuk mengambil rambut kamu dan sampel darah ternyata cocok bahwa kamu memang benar anak saya dan keluarga kami."

"Bagaimana bisa Anda mendapatkan sampel darah saya?" Anna mengerutkan dahinya bingung.

Sang pria baya tersenyum "Kamu ingat kecelakan kerja kemarin?"

Anna seketika teringat. "Ya, jadi itu atas suruhan anda?"

Si pria baya menggangguk membenarkan.

Anna kemudian melihat semua bukti dari foto keluarga, foto ketika dirinya kecil dahulu memang sama persis dengan foto masa kecilnya karena ibu Nada mempunyai foto dirinya sewaktu kecil, hasil tes DNA menandakan ada kecocokan, akta kelahiran tertera namanya ANNA QUENSHA VALERIN ternyata arti dari nama belakangnya V adalah VALERIN. Dan juga yang memperkuat bukti lagi ada pada kalung berbandul bulan sabit dengan huruf V di tengahnya yang sama persis dengan miliknya, kalung yang Anna punyai sudah ada sejak kecil ketika dirinya ditemukan oleh ibu Nada.

Anna yang awalnya tak percaya kini percaya bahwa fakta dirinya memang cucu dana nak dari kedua pria tersebut bahkan kini matanya berkaca-kaca akhirnya dirinya bertemu dengan keluarga kandungnya yang selama ini ia impikan dan sudah menjadi kenyataan.

Anna memandang pria paruh baya dan pria tua di depannya itu dengan tangis bahagianya. Pria paruh baya itu yang memanggil dirinya tadi papa mengulurkan tanganya pertanda dirinya ingin memeluk Anna.

"Sini nak peluk papa," ucap pria paruh baya tersebut dengan tangis juga. Anna segera masuk dalam pelukan pria paruh baya itu dan menangis mereka ibu Nada dan pria tua juga ikut menangis melihat pertemuan anak dan ayah tersebut.

"Pa-pa?" panggil Anna terbata memanggil papa kepada pria paruh baya yang tengah memeluknya erat "Iya panggil papa begitu sayang," ujar pria paruh baya tersebut bahagia karena sang putri sudah memanggil dirinya papa. Kemudian pria paruh baya tersebut melepas pelukannya.

"Sini nak peluk kakek juga," pinta pria tua. "Kakek." Anna membalas pelukan pria yang ia panggil kakek.

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang