dix-huitième

960 146 81
                                    

Day three

Tuhan tau apa yang terbaik untuknya, oleh karena itu Ia tidak mengabulkan doa egois Jaehyun. Hari ini menjadi hari ketiga mereka di hotel, juga menjadi hari terakhir karena badai sudah berakhir dan pemerintah sudah mengerahkan petugas kebersihan untuk membersihkan salju di jalan.

Di hari terakhir ini, untuk pertama kalinya, Jaehyun dan Yeri sarapan langsung di restauran hotel. Yeri hanya duduk diam di meja mereka atas permintaan Jaehyun dan membiarkan lelaki itu yang mengambilkan makanan untuk mereka.

Sementara menunggu, Yeri memotret banyak sudut restauran. Dan tidak lama kemudian, Jaehyun datang bersama dua orang pelayan yang membantunya membawa piring-piring berisi makanan. Gadis itu menunggu dengan sabar para pelayan mengatur piring-pring di meja makan.

"Oppa, tunggu sebentar. Aku ingin memotretnya." Gadis itu meminta ijin Jaehyun.

Jaehyun mengangguk. "Kau ingin aku fotokan sekalian?"

Gadis itu berfikir sebentar sebelum senyumnya merekah karena ide yang menghampiri kepala kecilnya. Ia melirik pada pelayan sembari tersenyum lalu kembali pada Jaehyun. Yeri menggeser posisi duduknya menjadi menyamping, menghadap lelaki itu dan menjulurkan tangannya ke bawah kursi yang Jaehyun duduki untuk menarik lelaki itu mendekat namun kursi itu bahkan tidak bergerak.

Yeri mendesah lelah, "Oppa, ternyata kau berat."

Jaehyun terkekeh, ia menggeser sendiri kursinya mendekati gadis itu. "Seharusnya, kau tidak perlu berusaha keras, kau hanya perlu meminta padaku, Yerim-ie."

Gadis itu tersenyum lucu, "Aku kira aku bisa menarikmu."

"Jadi, apa yang akan kau lakukan?"

"Apalagi? Tentu saja, foto bersama!" Kata gadis itu bersemangat lalu berpaling pada pelayan yang untungnya sudah selesai menata piring mereka, dan meminta tolong, "Can you take a picture of us, please?"

Pelayan itu tersenyum dan mengangguk ramah. "Sure." Lalu ketika ia ingin mengambil ponsel Yeri untuk memotret, Jaehyun segera mencegah dan meminta untuk memakai ponselnya.

Mereka-- Jaehyun dan Yeri --segera bergaya dan memasang senyum ketika pelayan itu mulai melakukan hitungan mundur dari tiga sampai satu hingga kemudian potret mereka berhasil terambil dan pelayan itu menyerahkan kembali ponsel Jaehyun.

"You guys look so cute and match each other so well." Puji pelayan itu.

Membuat telinga Jaehyun memerah mendengarnya, lalu mereka mengucapkan terimakasih berlanjut melihat hasil foto tadi setelah pelayan itu berpamitan pergi.

"Ouhhh, ini bagus." Komentar Yeri.

Jaehyun mengangguk. "Hmm, johayo."

Siang harinya, mereka menhabiskan waktu dengan bermain catur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang harinya, mereka menhabiskan waktu dengan bermain catur. Yeri kerap kali marah-marah pada Jaehyun karena lelaki selalu berhasil membuatnya terjebak. Checkmate. Selama tujuh ronde mereka bermain, Yeri tak juga menang. Padahal, sejak ronde ke lima, Jaehyun sudah memberi kemudahan Yeri untuk menang dengan memperbolehkan gadis itu untuk mencari kiat di internet. Tapi tetap saja. Jaehyun terlalu pintar, setiap kali Yeri merasa sudah menyudutkan raja lelaki itu, Jaehyun selalu punya cara untuk menghindar lalu menyerang balik dengan telak. Saran dari internet yang ia pakai menjadi tak terlalu berguna.

La Faire Sourire | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang