vingtième

1K 154 43
                                    

"What are you doing?" Aretha meletakkan mangkuk berisi salad sayur di meja dan mendudukkan dirinya di sofa, tepat di sisi Yeri. Ia melongokkan kepalanya ke arah laptop yang berada di atas pangkuan Yeri dan mengernyit melihat rumus-rumus di sana. "Wahhh, semakin kesini, tugasmu semakin sulit saja, ya." Gadis itu kemudian berpaling, meraih remot di meja dan mengganti saluran tivi.

"Yahh, begitulah. Memangnya kau tidak?" Yeri menyahuti tanpa mengalihkan pandang dari layar laptopnya.

"Aku juga, tapi kupikir, itu tidak sesulit milikmu yang mengharuskanku untuk banyak menghitung dan menggambar. Tugasku lebih banyak teori dan sedikit hitungan. Banyak jika ada praktikum."

Tidak ada tanggapan dari Yeri, Aretha yang semula menonton sembari memakan saladnya pun menoleh pada gadis itu. Gadis itu tampak kesulitan, keningnya mengkerut, matanya sedikit merah karena kelamaan menatap layar laptop, dan tangan Yeri kadang mengusak rambutnya frustasi.

"Apakah sesusah itu? Kau terlihat sangat buruk, Katie."

Mendengar komentar Aretha, Yeri lantas mengusap wajahnya lalu meluruskan kaki dengan membawa tungkainya ke atas meja. "Hampir semua murid—— sekitar 89% -nya mengeluhkan hal ini. Jadi, ya.... sesusah itu."

Aretha, gadis itu, hanya menggeleng takjub lalu kembali fokus pada tivi juga saladnya. Begitu juga dengan Yeri yang kembali mengerjakan tugasnya. Yeri masih mengerjakan tugasnya, tetap fokus meskipun Aretha sedari tadi tak bisa diam, mondar-mandir di dekatnya, tertawa haha-hihi, ribut sendiri ketika menonton film dan melakukan konser tunggal di dapur ketika memasak makan malam. Mereka berada dalam satu ruangan, namun serasa beda dunia.

"Dinner is ready!" Kata gadis blasteran Boston-Indonesia itu sembari meletakkan dua piring berisi nasi merah juga satu piring buffalo chiken wings di atas meja, tempat Yeri meletakkan laptop lalu mendudukan diri, berselonjor di lantai dengan buku, kertas dan kalkulator tergeletak di dekat kakinya.

Aretha mendudukan dirinya di sebrang gadis itu, menggeser piring Yeri ke arah gadis itu ketika Yeri memindahlan laptopnya ke sofa di belakang Yeri. "Sudah selesai, ya?" Tanyanya karena melihat layar laptop Yeri yang mati.

"Aku bahkan belum melihat akhirnya." Sahut si gadis Kim sembari mengambil ayam lalu menyuap nasi ke mulutnya. Suaranya terdengar lelah dan frustasi. 

"You must be kidding me, kau mengerjakannya sedari siang." Aretha menggeleng tak percaya namun melihat Yeri yang hanya memakan makanannya tanpa ada niatan menyahut membuat Aretha jadi menghentikan gerakan tangannya yang ingin menyuap. "kau belum menyelesaikan yang ini dan kau masih memiliki beberapa tugas untuk di kerjakan?" 

Yeri menghentikan gerakan sendoknya, meletakkannya di piring lalu mendongak menatap Aretha dengan tatapan memelas sambil menganggukkan kepalanya dua--tiga kali. "Setelah ini, masih ada dua lagi dan mereka semua di kumpulkan minggu depan, kecuali maket yang dikumpulkan hari Selasa, minggu depannya lagi."

Gadis di depan Yeri itu menghela nafas prihatin, mengambil satu bongkah paha ayam dan meletakkannya di piring Yeri.  "Makanlah yang banyak, gadis malang. Kau terlihat semakin kurus, belakangan ini." Gadis itu tersenyum ketika Yeri mengangguk, melanjutkan makannya dengan lahap. "Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak meminta bantuan pada Jeffrey. Dia, kan, seniormu, kalian juga dekat. Dia pasti takkan ragu membantumu mengerjakan tugas."

Yeri terdiam, meletakkan sendoknya di atas piring dalam keadaan telungkup dan mendorong piringnya sedikit menjauh lalu menegak air mineral di gelas panjang. Aretha pikir, Yeri akan menyahutinya setelah gadis itu minum, namun melihat Yeri yang masih tetap diam sambil memandang lekat gelas air minumnya membuat Aretha menaikkan alisnya.

La Faire Sourire | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang