vingt-quatrième

1.1K 151 232
                                    

Jaehyun rasa, itu sekitar satu setengah tahun yang lalu di sore hari saat musim semi, dimana ia kedapatan menatap lama pada Yeri dan teman-temannya dari dalam restoran tempat ia dan orangtuanya makan malam. Saat itu, mata Jaehyun tak ingin beralih dari Yeri yang tengah tertawa lebar sampai membuat orangtuanya sadar.

"Apakah dia kekasihmu, Jae?" Ibunya bertanya saat itu. Tentu saja pertanyaan ibunya itu membuat Jaehyun langsung menoleh panik.

"Bukan!" Suaranya terdengar lebih keras karena gugup yang malah mengundang tawa geli dari orangtuanya.

"Tapi orang yang kau sukai. Apakah Ayah salah?" Telinganya memerah, namun Jaehyun memilih tak menjawab karena tau ayahnya hanya akan semakin menggodanya.

"Jadi, gadis itu bukan kekasihmu tapi kau menyukainya." Ibunya mengangguk-angguk akan simpulan yang ia buat sendiri. "Kenapa tidak kau jadikan kekasih? Dari caramu menatapnya yang sama seperti cara Ayahmu menatap Ibu saja sudah menjelaskan perasaanmu. Apakah dia sudah menjadi kekasih orang lain?"

Jaehyun mendesah. Tau bahwa orangtuanya akan semakin gencar bertanya jika ia tak menjawab. Jaehyun tak akan mengeluhkan hal itu. Jadi, Jaehyun segera menjawab. "Aku tidak tau dia sudah punya pacar atau belum." Saat itu memang sepanjang Jaehyun memperhatikan, tak ada lelaki yang memiliki kedekatan secara berlebih dengan Yeri.

"Lalu, kenapa kau tidak menjadikannya kekasih? Dia cantik, pasti banyak yang suka." Nada suara ibunya terdengar protes.

Lelaki beranjak dewasa itu mengendikkan bahunya dengan bibir yang terlipat tipis. "Kalian tau, tugas."

Ibunya mendengus dan mendecak tak suka mendengar jawaban Jaehyun. "Kau tau, kami telah mencoba untuk berpikir secara liberal dengan tidak menjodoh-jodohkanmu dengan anak kenalan kami, tapi jika seperti ini, Ibu rasa kami harus menjodohkanmu atau kau akan melajang seumur hidup."

"Apa? Tidak." Tolak Jaehyun dengan dahi mengeryit. "Aku tidak akan melajang seumur hidup, aku akan menikah, tentu saja. Tapi, sekarang aku.... maksudku, apakah tidak apa-apa jika aku memiliki kekasih?"

Ibunya terperangah sebentar kemudian mengulas senyum keibuan. "Tentu saja tidak papa. Itu adalah hal wajar di usiamu saat ini, betulkan, Sayang?" Ibunya meminta dukungan dari sang ayah.

"Tentu." Ayahnya mengangguk tanpa ragu. "Ngomong-ngomong, siapa nama gadis cantik itu? Dia terlihat seperti orang Asia."

"Katie. Katie Kim. Dia orang Korea." Jaehyun menjawab dengan senyum.

"Hmm, Kim...." Ayahnya bergumam lalu dia menatap lurus pada mata Jaehyun dan berkata, "Kami tak pernah keberatan jika kau memiliki kekasih, Son. Itu hakmu. Hanya satu saran kami, jangan pernah bermain-main dengan hati dan perasaan."

Jaehyun mengangguk. "Aku tak akan melakukannya. Aku sangat serius dengan perasaanku. Dengan gadis itu. Seserius itu sampai rasanya tidak cukup hanya dengan menjadikannya kekasihku, aku ingin memilikinya." Ujar lelaki itu tegas dan penuh keyakinan.

"Eh???" Ibunya menatap padanya tak percaya, bola matanya membesar. Sedang Ayahnya hanya mengangkat alisnya sebelah diiringin dengan ucapan yang terkesan meremehkan meski Jaehyun tau lelaki paruh baya itu tak berniat begitu.

"Ingin memilikinya? Memangnya kau punya apa? Kau bahkan belum mendapatkan gelar sarjanamu, kenapa begitu berani mengatakannya? Kau tau, setidaknya, kau harus memiliki sesuatu yang bisa meyakinkan orangtua gadis itu untuk menyerahkan anaknya padamu, Jaehyun-a."

Kembali Jaehyun mengangguk. "Aku tau, sebagai lelaki, aku sudah memikirkannya. Dan itu jugalah yang ingin aku bicarakan sebelum kalian kembali ke Connecticut." Jaehyun menjeda sesaat, membiarkan matanya melihat orangtuanya yang menatapnya penasaran. "Aku ingin membuka sebuah usaha, dan aku memikirkan sebuah kafe. Aku tau itu membutuhkan modal yang besar, tapi aku yakin aku bisa. Aku sudah memperhitungkannya."

La Faire Sourire | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang