PART -01

207 21 0
                                    

01: Pertemuan

Kehidupannya berawal dari kebahagiaan hingga menjadi kehancuran dalam sekejap. Semua masalah secara tiba-tiba selalu datang pada hidupnya. Dalam umurnya yang masih terbilang sangat muda yaitu 16 tahun sudah menerima semua masalah berat yang ia hadapi.

Seperti saat ini, seorang gadis yang bernama Biru Aurora yang kerap dipanggil Biru ini ingin berangkat menuju sekolah. Namun, baru saja menampakan kakinya pada anak tangga untuk turun, ia kembali mendengar pertengkaran orang tuanya. Bahkan saat ia lewat pun orang tuanya sama sekali tidak peduli padanya. Ini semua sudah biasa bagi dirinya.

Ia selalu menunduk jika melihat adegan pertengkaran itu dan menulikan pendengarannya seakan-akan tidak ada yang terjadi. Dengan langkah lebar dan cepat ia keluar dari rumah terkutuk ini menuju halte terdekat.

Ia sedang duduk di halte dengan earphone yang di pasang di telinganya serta novel di tangannya. Setiap hari seperti ini lah yang ia lakukan jika sedang menunggu bus datang.

Sesekali ia mendongakan kepalanya untuk sekedar menunggu kehadiran bus. Jika tidak ada, kembali lagi ia membaca novelnya.

Tak beberapa lama, bus pun datang. Dengan segera ia menaiki bus tersebut dan mendudukan dirinya di kursi dekat jendela.

Tidak lama perjalannya pun sudah sampai di sekolah. Dengan segera ia turun dari bus dan berjalan santai di sertakan wajah datarnya.

Sampai dikelas, ia mendudukan dirinya dan melanjutkan aktivitas membacanya sambil menunggu jam pelajaran masuk. Ia tidak pernah sarapan selama ini dan sampai kapanpun jika keadaan tidak mendukung.

Ia tidak mempunyai teman, satu pun tidak ada setelah mengenal sifatnya yang terkenal dengan kedataran dan dingin. Sangat sulit untuk mendekatinya. Ia Tipikal gadis yang tidak peduli sekitar. Percaya tidak percaya, begitulah kenyataannya.

Setelah beberapa lama, bel masuk berbunyi dan pelajaran awal pun dimulai. Dengan serius ia mengikuti atau memperhatikan apa yang sedang di terangkan oleh guru didepan. Tidak jarang juga ia menjawab maupun bertanya pada guru. Itulah mengapa guru-guru menyukai murid seperti dirinya. Tidak pernah lalai dalam mengerjakan atau apalah yang membuatnya tidak fokus. Sudah tidak diherankan jika ia terkenal dengan murid cerdas se-SMA Galaksi 99.

Banyak pula yang tidak menyukai dirinya ini, mengingat bagaimana prestasinya, kecerdasaannya bahkan penggemar lelakinya yang hampir se-SMA ini. Mungkin ini juga salah satunya ia tidak memiliki seorang teman.

2 jam mengikuti pelajaran tidak membuat semangatnya pupus begitu saja. Beda dengan murid lainnya yang sudah menampilkan muka kusut dan pada jam istirahat langsung berbinar.

Ia pun jarang-jarang datang ke kantin. Ia kekantin jikalau tidak membawa bekal atau tidak sempat membawa. Seperti saat ini, ia tidak jadi membuat bekal dikarenakan kedua orang tuanya yang bertengkar.

Terpaksa ia melangkahkan jenjang kakinya menuju kantin. Tidak heran jika ia dipertemukan dengan gadis-gadis nyinyir yang menggosipkan dirinya. Masih baik berbisik, ini tidak sama sekali. Bahkan sampai terang-terangan mereka membicarakan dirinya. Namun, bukan Biru namanya jika meladeni gadis-gadis tersebut. Sudah dikatakan bukan, ia tidak peduli sekitar.

Ia berhenti sejenak setelah sampai di depan kantin dan melihat betapa ramainya suasana kantin. Perlahan ia melangkahkan kembali langkahnya menuju stan makanan.

Brughh

Ia menabrak sesuatu yang seperti apa ya, agak besar, keras juga, sampai-sampai ia terjatuh dilantai. Terdengar beberapa siswa yang menertawakannya. Ia tetap menampilkan wajah santainya seakan tidak terpancing dengan tawaan siswa/i tersebut.

BIRU (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang