03: Tidak Asing?
Pagi ini, Biru tidak melihat Bunda di rumah ini. Kemana lagi dia pergi? Selalu seperti itu, pulang-pergi. Tidak ada yang mengerti pada dirinya. Jika ia mengingat kepingan kejadian pertengkaran orang tuanya maka dengan tiba-tiba saja hatinya terasa ditusuk beribu-ribu pisau, sangat sakit.
Seperti biasa, ia berjalan menuju halte agar bisa sampai di sekolah. Tidak menunggu lama akhirnya ia berjalan di koridornya.
Ia merasa jika sedari tadi ada yang mengikutinya, itu sontak membuatnya merinding namun tidak ia tunjukan. Menoleh kebelakang, dan ya disana berdiri seorang lelaki dengan senyumnya, yang tentunya terarah pada dirinya. Ia merasa tidak asing dengan lelaki tersebut. Namun tidak ambil panjang lagi. Ia berjalan dengan cepat agar tidak bertemu dengan lelaki tersebut.
Ia menyusuri koridor yang ramai dengan murid-murid ini untuk mencapai tujuannya. Ia akan ke deretan loker-loker yang salah satunya loker miliknya. Ia semakin dalam menyusuri ribuan loker disini. Karena memang lokernya ada di bagian ujung. Jauh memang.
Ia membuka pintu lokernya dan mengambil beberapa buku dari sana. Setelahnya ia menutup kembali pintunya. Baru saja ia menutup pintunya, ia dikejutkan dengan wajah yang berada di balik pintu lokernya tadi yang sontak membuat dirinya terlonjak kaget. Namun itu hanya seperkian detik, secepatnya ia mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali.
Ia melirik sekilas lelaki yang sedang tersenyum padanya itu. Lalu ia melenggang pergi. Belum sempat satu langkah, pergelangan tangannya dicekal oleh lelaki tersebut.
"Lepas!" Dingin Biru tanpa menoleh kebelakang.
"Kalau aku Ngga mau gimana donk?" Ucap lelaki tersebut.
"Lepasin!" Gregetnya.
"Ngga!"
"Lepas!"
"Ngga!"
Sudah cukup. Habis sudah kesebaran seorang Biru, "Lo kenapa si?!" Bentaknya namun dengan raut wajah datar.
Lelaki tersebut sempat kaget, "galak banget sih." Gumamnya.
Biru berdecak dan menatap tajam pada lelaki tersebut. Dengan cepat ia berlalu pergi dari tempat tersebut.
Gue pastiin lo bakal jatuh di tangan gue, batin lelaki tersebut.
Selepas ia pergi dari lelaki yang aneh menurutnya itu. Kini ia sedang berada di kelasnya, duduk sambil menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya diatas meja. Tumben sekali guru datang terlambat, biasanya akan tepat waktu.
"Guys! Gue cuma mau bilang, Bu Linda hari ini ngga masuk. Karena, ada acara dadakan dan Bu Linda ngga sempet kasih tugas. So, kita hari ini Free class sampe pulang. Gue dapet kabar, guru ada rapat dadakan!" Ucap ketua kelas, Verrel.
Berita yang diucapkan Verrel barusan sontak membuat kelas X IPA 3 ribut dan bersorak ria seketika.
"Demi apa! Hari ini Free!"
"Bebas gue hari ini!"
"Woy bolos kuy bolos!"
"But wait guys! Listen me, listen me!" Semua murid pun diam dan beralih kembali pada Verrel. "Ngga ada acara bolos-bolosan. Semua gerbang ditutup. Gue dapet amanah untuk bilang ini. Ngga boleh ada yang bolos. Kita free tapi ngga pulang. Bebas mau kemana aja yang penting tetep di area sekolah!" Tegas Verrel dan mendapat kelesuan dari kaum lelaki. Karena acara bolos mereka dihalangi.
Biru yang mendengarnya pun menghela nafas kasar. Dengan malas ia beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya kemana saja yang ia inginkan.
Kakinya melangkah menuju taman belakang yang terbilang sepi. Entahlah, ini menjadi tempat favorite bagi Biru akhir-akhir ini. Menurutnya tempat inilah yang cocok dengan seleranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Hiatus)
Random[On Going] [⚠Slow Update] Dia Biru Aurora yang kerap di sebut Biru. Hanya seorang gadis lugu dan polos, jangan lupakan sifat dinginnya yang merekat pada dirinya. Kisah kekeluargaan? Kisah percintaan? Kisah persahabataan? Kisah penghianatan? Ia harus...