11: Menghindar
Bagi Biru, kelakuan Elang saat melakukan via chat kemarin itu keterlaluan. Anggapannya seperti, sudah diterbangkan ke angkasa dan dijatuhkan kembali pada dasar samudera. Sakit? Tentu. Entah mengapa di masa-masa seperti ini dengan bodohnya ia baru menyadari perasaannya pada Elang. Benar. Biru menyukai, atau bahkan sudah mencintai orang itu. Catat! Biru sudah mencintai Elang.
Biru bukan gadis pada umumnya yang akan mengurung diri di kamar jika ia sedang bersedih atau bisa dibilang patah hati. Tidak bisa dibilang juga Biru akan berubah rajin dengan membersihkan tiap sudut rumah. Tidak. Biru hanya melakukan kegiatannya seperti biasa. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
04.55 am.
Iya, sepagi itu Biru sudah bangun entah karena apa. Ia pun sempat terkejut dengan diri sendiri, dimana biasanya ia terbangun dengan adanya alarm, namun sekarang? Terbangun sendiri, ini bagaimana bisa terjadi?
Bukan karena chat kemarin, 'kan?
Bukan juga karena orang yang mengaku-ngaku sebagai pacar Elang, 'kan?
Kalau itu benar adanya. Biru merasa ia sudah jatuh terlalu dalam pada pesona Elang. Siapa yang tahan dengan ketampanan Elang yang sudah jelas-jelas dijuluki most wanted disekolah, apalagi diluar? Biru yang berhati dingin saja tidak kuat, apalagi yang hatinya tidak bisa jauh dari kumpulan kaum cogan? Melting jatuhnya.
Biru mengambil ponselnya yang berada di nakas hanya untuk memastikan dirinya ada yang chat atau tidak. Kalo bahasa gaul nya begini, 'biar nggak dikira jomblo jomblo banget', right? Siapa yang kaya gitu disini? Ngaku.
Tidak sia-sia ia mengambil ponsel tersebut, karena sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal masuk. Nomor tidak dikenal?
Dengan cepat Biru membuka pesan tersebut dan membacanya.
Kakak-kakak bakal datang tunggu aja.
Biru mengeryitkan dahinya, bingung dengan pesan yang ternyata terkirim tadi malam, oke Biru sudah tidur pada saat itu. Tapi, kakak-kakak? bakal datang? Dan tunggu aja? Siapa mereka? Sebenarnya ini ada apa?
Oh, mungkin orang iseng, iya, orang iseng.
Biru tidak terlalu ambil pusing dengan pesan dari nomor tidak dikenal tersebut. Ia lebih memilih menyiapkan berbagai macam keperluan sekolah hari ini yang harus ia bawa, karena kemarin tidak sempat.
05.30 am.
Biru baru saja selesai siap-siap untuk kesekolah. Ia lebih dahulu sarapan sebelum berangkat, Biru hanya kadang-kadang saja sarapan, itupun karena ia berkeinginan untuk sarapan plus orangtuanya ada dirumah. Biru tidak terlalu biasa jika sarapan pagi, walaupun sudah terlampau seringkali sarapan.
Sesampainya di sekolah, Biru memasang tatapan tajamnya dan wajah tetap datar seperti sediakala ia disini. Alasan lainnya, karena ia harus waspada jikalau keberadaan Elang tertangkap pandangannya, dan itu tidak baik. Bisa dibilang, ia sekarang sedang menghindari Elang.
Ia terus berjalan di koridor yang masih lumayan sepi, hanya ada beberapa siswa saja yang berkeliaran di depan kelas, berkumpul dengan seperkumpulan mereka.
Bugh
Entah ini Biru yang salah atau bahkan orang yang baru saja sudah berani menabrak dirinya yang jelas-jelas terlihat jelas jika jalan berlawanan arah, dan juga, koridor luas, point plus nya, Biru berjalan di pinggir. Bisa dibilang faktor kesengajaan atau tidak?
"Maaf, nggak sengaja."
Datar banget nih orang.
Biru terpaksa mendongakkan kepalanya karena lelaki didepannya ini lebih tinggi darinya. Biru menaiki sebelah alisnya, ia merasa asing dengan lelaki didepannya. Walaupun Biru terkesan jarang muncul di pandang murid-murid, belum tentu ia tidak jarang berpapasan dengan murid lainnya. Dan sekarang-
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Hiatus)
Random[On Going] [⚠Slow Update] Dia Biru Aurora yang kerap di sebut Biru. Hanya seorang gadis lugu dan polos, jangan lupakan sifat dinginnya yang merekat pada dirinya. Kisah kekeluargaan? Kisah percintaan? Kisah persahabataan? Kisah penghianatan? Ia harus...