PART -06

61 11 0
                                    

06: Demam

Insiden tadi siang saat disekolah membuat Biru menjadi sakit. Badannya panas, menggigil, bibir pucat, yang pasti panas-dingin. Demam ini ia dapatkan pada saat sore tadi.

Untung saja kali ini dirumah ada Bunda yang merawat dirinya. Ia senang sekaligus kecewa, bercampur menjadi satu. Bunda tentu tidak mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Karena yang Bunda tau hanya dirinya yang terkena demam saja. Ayah, selalu saja pergi. Ya, menurut Biru, ayahnya itu pergi tidak bekerja. Walaupun ayahnya memang benar-benar bekerja dikantor. Tetapi, ia tidak menganggap itu. Setidaknya, luangkanlah sedikit waktu untuk keluarganya.

Terbaring lemas dikasur sungguh tidak nyaman. Ia bergerak gelisah, entah mengapa. Handuk kecil yang tertempel di keningnya sudah mulai mendingin. Bundanya sedang ke dapur untuk membuatkan bubur.

Ia benar-benar lemas, seingatnya tadi ia berada di toilet sekolah. Tapi saat ia bangun ternyata sudah berada dirumah. Ia tentu bingung, siapa yang mengantarnya pulang? Elang? Ah, bisa jadi dia yang mengantarkan.

Baru ia ingin meraih Handphone yang tergeletak di nakas, niatnya ingin berterima kasih dengan Elang. Tetapi niatnya ia urungkan, karena decitan pintu yang terbuka. Cepat-cepat ia menutup matanya, berencana pura-pura tidur. Sebenarnya, ia agak sedikit malas bertemu dengan orang tuanya. Maka dari itu, ia lebih memilih pura-pura tidur.

Ia merasa jika ranjangnya kini agak bergoyang, ia tentu tau siapa yang berada di sampingnya, Bunda.

Bunda meraih handuk kecil yang berada di kening anaknya dan menaruhnya di baskom kecil yang berada di nakas. Bunda membangunkan Biru untuk makan terlebih dahulu sebelum tidur.

Biru yang memang berpura-pura pun membuka matanya, sayu, itulah keadaan matanya sekarang. Ia berusaha untuk duduk yang dibantu oleh Bunda. Sakit yang tiba-tiba menjalar di kepalanya mampu membuatnya meringis sembari memegangi kepalanya. Bunda yang melihatnya pun dengan cepat memijit pelan kening sang anak.

"Udah mendingan?" Tanya Bunda dengan raut wajah khawatirnya.

Biru mengangguk pelan. Karena memang kini rasa sakitnya berkurang. Tidak sesakit tadi.

Bunda mengelus pelan surai Biru, "makan dulu, ya."

Biru hanya menjawab dengan anggukan semata.

Dengan telaten Bunda menyuapi anaknya sampai bubur itu pun habis. Biru dengan pelan meminum air putihnya agar tidak tersedak. Setelahnya ia membaringkan badannya untuk segera tidur. Semoga saja badannya bisa kembali segar seperti biasa.

▪⛥▪

Sejak kemarin perasaan Elang dibuat gelisah. Entah karena apa penyebabnya. Tetapi tetap saja ia gelisah sampai sekarang. Saking gelisahnya, ia merasa ingin cepat-cepat berangkat kesekolah dan memastikan bahwa keadaan Biru baik-baik saja. Ia teringat akan kejadian kemarin, pada saat Biru pingsan. Sungguh ia benar-benar khawatir akan hal itu, apalagi dengan keadaan baju yang basah, seperti terkena bully.

Motor sport yang ia gunakan perlahan memasuki area parkir SMA Galaksi 99. Ia memarkirkan motornya di tempat khusus kawasan mereka. Iya, ada Elang, Vero, dan Gerry. Tetapi sepertinya kedua makhluk abal-abalan itu belum datang.

Dengan santai ia berjalan dikoridor dengan kedua tangan yang berada di saku celananya. Para siswi memekik tertahan dan dibuat heran dengan kedatangan King Badboy sepagi ini.

Bukannya menuju kelasnya, ia malah menuju kelas dimana Biru berada. Ia mengedarkan pandangannya pada penjuru ruang tersebut. Melihat kearah kursi Biru ternyata kosong. Ah, mungkin saja ia belum datang, mengingat ini masih terlalu pagi. Pikir dirinya.

BIRU (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang