PART -05

73 13 3
                                    

05: Pembullyan

Semakin hari ia berada di dekat Elang, rasanya ia merasa nyaman. Elang seakan-akan tempatnya bersandar jika ia sedang sedih, tempat ia menampung semua rasa sedihnya. Tetapi itu hanya pikiran seorang Biru saja. Ia tidak akan melakukan semua itu, ia tidak akan menceritakan apapun tentang masalahnya. Bersama sahabatnya --Vino-- saja dirinya jarang-jarang bercerita, padahal Vino sahabat terdekatnya, bahkan ia sudah menganggap Vino sebagai abangnya sendiri.

Ngomong-ngomong tentang Vino. Biru merasa ada yang janggal dengan anak itu, tapi apa? Ah, mungkin nanti saja dia berkunjung.

Sekolah kali ini terasa berbeda bagi dirinya. Entah dimana letak perbedaannya, yang pasti jika ia berangkat kesekolah selalu bersemangat walaupun wajah datarnya masih terpampang jelas diwajahnya.

Seperti biasa jika sudah istirahat pasti ia selalu berada dikelasnya saja dan memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Sarapan kali ini bukan ia yang membuatkan, melainkan Bi Ina, ART pertama yang bekerja dirumah Biru. Tentu saja Biru senang dengan keberadaan Bi Ina. Jadi, ia tidak akan kesepian lagi. Dan juga ia memiliki teman berbicara.

Dengan santai ia memakan bekalnya sambil memainkan Handphone miliknya. Perlahan kepalanya terangkat karena mendengar derap langkah seseorang yang semakin dekat dengan dirinya. Terlihat Elang yang mendekat dengannya dengan senyuman yang menjadi candu bagi dirinya. Dan senyuman Elang nular padanya, dan ia pun ikut tersenyum. Ia memang, tersenyum semudah itu.

"Enak ya makanannya?" Tanya Elang dan mendudukan dirinya di kursi samping dirinya. Karena memang ia duduk sendiri.

Biru mengangguk, "mau?" Tawarnya.

Elang menggelang pelan dan mengambil bekalnya.

Biru berdecak, "ngegeleng tapi diambil!" Gerutunya.

Elang terkekeh, "buka mulut!"

Ia melihat kearah Elang dan tepat didepannya sudah ada sebuah sendok lengkap dengan kautan makanan dari bekalnya. Dengan perlahan ia membuka mulutnya dan sedikit lagi memasuki mulutnya. Namun, Elang sudah memasukinya dulu pada mulutnya sendiri. Tentu Biru kesal, tetapi ekspresinya hanya datar. Ia merutuki Elang dalam hati dengan berbagai macam nama hewan. Seorang Biru bukan hanya gadis lugu, pediam dan datar. Tetapi, bisa dibilang gadis nakal, maksudnya nakal dalam kategori ucapan. Jika fisik sudah dipastikan ia berbanding terbalik dengan Elang yang Badboy itu.

"Ngga boleh memaki dalam hati!" Tegur Elang.

"Sotoy banget!" Gumam Biru. Ia beralih menatap Handphone nya kembali.

Elang menyodorkan sesendok makanannya kedepan mulut Biru. Dengan perlahan Biru menerima suapan dari Elang walaupun pandangannya masih pada Handphone nya.

Jangan heran, ini bukan kali pertama mereka seperti ini. Sudah beberapa kali, setelah kejadian dimana Elang membawanya pada rumah pohon tersebut. Mulai dari situ ia merasa nyaman pada Elang. Dengan perlahan ia menerima keadaan Elang dan sekarang bisa dibilang mereka dekat. Tidak sedikit yang tau tentang ini, melainkan hampir se-SMA mengetahui kedekatan mereka berdua. Walaupun dengan status yang tidak jelas. Tapi sebagian murid menganggap mereka berpacaran, mengingat kedekatan mereka dan dari pandangan beberapa murid mereka tampak serasi. Tidak sedikit juga yang mendukung keduanya untuk bersama. Namun, ada juga yang tidak menyukainya, seperti fans Elang misalnya, yang salah satunya adalah Cherryla Angelina, yang sudah dianggap musuh oleh Biru.

Perlahan-lahan dengan telaten Elang menyuapi Biru. Ia seperti senang saja memanjakan gadis ini. Karena ia sudah mengklaim gadis ini sebagai miliknya. Walaupun hanya ia yang tau, tetapi ia berjanji akan selalu menjaga dan melindungi Biru. Ingin menjadi yang utama pada saat Biru sedang membutuhkan pertolongan. Ia tidak akan menyerahkan Biru pada siapapun selain dirinya. Anggap saja ia posesif. Ia pun menyadari itu. Ia sempat tertawa pelan saat menyadari sifatnya yang sangat posesif pada Biru.

BIRU (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang