09: Mengunjungi Vino
Kini Biru sedang berada di pinggir lapangan melihat Elang yang sedang berlatih basket. Ia menemani --lebih tepatnya Elang yang memaksa dirinya. Kelas Biru memang sedang jamkos sekarang, dan juga niat awal Biru awalnya ingin memanfaatkan waktu jamkos ini untuk membaca novel yang sebentar lagi selesai ia baca. Namun, sebuah khayalannya sirna karena Elang sialan itu!
Biru menatap kesal pada Elang yang sedang mendribble bola, menghindar dari musuhnya dan terakhir melakukan jump shot pada ring. Elang yang berhasil memasuki bola pun tersenyum bangga dan berjabat ala khas anak lelaki pada team nya.
Karena, latihan telah usai Elang melangkahkan kakinya menuju Biru yang menatapnya dengan wajah kesal yang dimata Elang jatuhnya jadi imut. Elang terkekeh geli kala Biru membuang pandangannya kearah lain.
Tentu saja Biru kesal. Siapa yang tidak merasa jengkel jika dipaksa-paksa, 'kan? itulah yang Biru rasakan saat ini. Ingatkan Biru agar tidak berbicara pada Elang.
Ngambek mode on, batin Elang.
"Minum?" Ucap Elang seraya menduduki dirinya disamping Biru.
Biru menyerahkan sebotol air mineral pada Elang tanpa menatap Elang. Ia tentu saja masih kesal. ingin rasanya Biru menjambak rambut Elang, belum saatnya.
Biru kembali teringat akan kejadian kemarin, dimana ia dengan tidak sengaja menjatuhkan Elang dari ranjangnya. Mana jatuhnya dibilang tidak --sangat tidak-- elite. Elang terjungkal kebawah dengan kedua kakinya masih berada diatas kasur dan tubuh serta wajahnya yang menimpa lantai. Ia menjadi terkekeh geli mengingat kejadian itu.
Elang yang sedang membersihkan keringat dari wajahnya dengan handuk kecil setelah ia meminum air mineral tadi terheran-heran melihat Biru yang sedang terkekeh.
Siapa yang nge-lucu? Kesambet nih kesambet!, Batin Elang yang bergidik ngeri melihatnya.
Elang menyentuh kening Biru dengan telapak tangannya, tidak panas, tapi... Biru kenapa?
"Ish! Apa-apaan sih, Lang!" Kesal Biru sembari menepis kasar tangan Elang yang bertengger manis di keningnya.
"Kamu kenapa ketawa-ketawa kaya gitu?" Tanya Elang dengan kerutan di keningnya, jangan lupakan tangannya yang sudah tidak berada di kening Biru.
Biru mengangkat sebelah alisnya, "ketawa? Kapan gue ketawa-ketawa?"
"Barusan."
Biru berpikir sejenak. Oh yang itu, "oh... Ngga, ngga ada apa-apa tuh." Ucap Biru sembari tersenyum misterius pada Elang.
Elang memicingkan matanya curiga. "Jangan bilang kamu lagi mikirin kejadian kema-"
"Woy! Jangan mojok mulu Lo berdua!"
Elang yang belum menyelesaikan kata-katanya dan sudah di sela oleh sohibnya langsung menoleh dan menatap tajam pada Gerry yang menampilkan wajah konyolnya.
"Mojok?" Vero bertanya heran dengan kalimat Gerry. Pasalnya, saat ia menoleh ke kiri, koridor masih panjang, lalu ke kanan pun koridor masih panjang. Pertanyaannya, kata 'mojok' yang diungkapkan Gerry berasal darimana?
"Lo ngapain dah nengok kanan-kiri kaya gitu. Mau nyebrang lo?" Tanya Gerry yang tertuju pada Vero, lalu ia menyenderkan badannya pada pohon yang berada disamping tempat duduk Elang dan juga Biru.
"Bentar, bentar deh Ger. Lo bilang mereka mojok darimana nya?" Tanya Vero melirik Elang dan Biru, lalu kembali menatap Gerry.
Gerry terdiam sejenak, benar juga. Darimana? Ia pun tak tau, tadi ia secara spontan mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Hiatus)
Random[On Going] [⚠Slow Update] Dia Biru Aurora yang kerap di sebut Biru. Hanya seorang gadis lugu dan polos, jangan lupakan sifat dinginnya yang merekat pada dirinya. Kisah kekeluargaan? Kisah percintaan? Kisah persahabataan? Kisah penghianatan? Ia harus...