Three

98 11 2
                                    

Holla i am back.

Thanks for kalian yang udah nyempatin waktu buat baca, juga yang udah kasih vote.

Happy reading.

                        ********

Masalah adalah hal yang selalu ibu ingatkan untuk dihindari. Dan aku berusaha melakukan yang terbaik untuk itu, percayalah, yang di depanku ini hanya kecelakaan.

"Kalian harus pergi. Ini bukan tempat yang bagus untuk bermain."  Epilson itu mengulang perintah, kali ini dengan nada tegas.

Aku melirik Sean melempar pertanyaan 'bagaimana' lewat tatapan. Sean pada awalnya menggeleng yang mengidikasikan kata 'aku menolak' tapi setelah kupelototi akhirnya ia menjawab dengan anggukan sebagai tanda setuju.

"Oke, kami akan kembali," kataku mengambil tugas komunikasi. "Maaf, untuk gangguan tidak menyenangkannya."

Kami, atau cuma aku memasang senyum menyesal, sedikit menundukan kepala sebelum akhirnya berbalik menjauh. Aku berniat memperingatkan Sean untuk menjaga mulutnya sampai di rumah nanti. Ia tidak boleh menceritakan kejadian ini pada siapapun. Bisa gawat kalau sampai terdengar ke telinga Ibu. Namun belum juga aku melancarkan keinginan Sean sudah merusaknya dengan pertanyaan yang menurutku tidak penting sama sekali.

"Bagaimana kalian bisa bertemu?" Sean berbisik, sesekali menoleh ke belakang. Kurasa ia masih tidak terima perburuan kami dihalangi.

"Aku tidak tau. Dia datang begitu saja saat aku sedang mengejar hewan buruan."

Omong-omong soal perburuan kurasa Sean adalah pemenangnya. Dalam gendongannya saat ini ada seekor hewan yang sayang bentuknya tidak bisa kulihat karena terhalangi jaketnya

"Selamat! Sore ini kau pemenangnya."

"Oh, yeah!" Sean menunjukkan hewan hasil buruannya yang sejak tadi tersembunyi. Itu adalah hewan yang sama dengan yang tadi berusaha kutangkap. "Ini jenis baru," katanya bersemangat.

"Yah, tadi juga aku mengejar hewan itu."

"Kau juga?" Sean menatapku terkejut, dan aku mengangguk.

"Bukankah ini sedikit aneh? Dari mana hewan-hewan ini datang?" Sean memandangi hewan dalam gendongnya.

Aku juga sama penasarannya tapi tidak sebesar Sean.

"Mungkin, dari wilayah liar," kataku asal.

Wilayah liar atau wilayah para Rouge, kami menyebutnya begitu. Itu adalah sebuah wilayah hutan tak berujung yang sangat berbahaya. Tempat itu sangat misterius hingga semua orang harus menjauhinya. Setidaknya itulah yang dikatakan orang-orang dewasa pada kami.

"Hei! Loui, menurutmu apa yang ada di luar sana?"  Sean bertanya dengan nada serius bahkan sampai menghentikan langkah.

"Sebuah tempat misterius yang berbahaya," jawabku sekenanya.

"Itu yang orang-orang dewasa katakan, tapi tidakkah kau penasaran?"

Kali ini aku yang menghentikan langkah. Memberinya tatapan serius penuh peringatan. "Sean! Jangan coba-coba. Sudah cukup buruk saat kita ditemukan oleh penjaga tadi. Jangan membuatnya lebih buruk hanya karena rasa penasaranmu."

"Aku hanya bertanya." Kami mulai berjalan lagi. "tapi, pernahkah kau berpikir kalau semua ini tak masuk akal?" Rupanya Sean masih belum menyerah.

"Maksudku, para Epilson. Mereka berpatroli setiap hari demi menjaga keselamatan kita, tapi menjaga dari apa?"

ShifterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang