one

173 15 2
                                    

Pagi ini, semua berjalan sebagaimana biasanya. Di awali dengan rentetan rutinitas membosankan seperti, bangun dari alam mimpi, mandi dengan air hangat, sarapan semangkuk sup kentang, dan pergi ketempat pelatihan. Sebenarnya itu sebuah sekolah, tapi aku lebih suka menyebutnya tempat pelatihan.

Dan akhirnya, aku berada di situasi paling membosankan dari yang membosankan. Belajar mengenai sejarah.

"Peradapan yang hilang." Mr. Arthur memulai dengan pelan dan terbata-bata.

"Ini akan memakan waktu yang lama." Prim, berbisik di sebelahku.

"Dengarkan saja," balasku, juga berbisik.

Peradapan yang hilang. Kami menyebutnya begitu. Aku tau cerita itu dari buku sejarah Pack. Itu adalah sebuah kisah yang terjadi ratusan tahun silam. Kisah itu menceritakan tentang sebuah peradapan yang lenyap akibat serangan sebuah virus mematikan.

Agak sedikit lucu sebenarnya. Bagaimana bisa makhluk sekecil itu bisa melenyapkan sebuah peradapan? Sulit untuk diterima, tapi itu benar-benar terjadi.

"Aku pikir, para manusia waktu itu pasti sangat lemah dan bodoh. Bagaimana mereka bisa kalah dari sebuah virus?"

Aku memalingkan pandangan, menatap Prim tak setuju. "Pasti ada alasan kenapa itu terjadi," belaku.

"Aku tidak berpikir begitu. Kau tau, Mom bilang alasan adalah sebuah pembelaan yang disamarkan." Mata Prim mengawasi Mr. Arthur. "Sebenarnya mereka hanya malu untuk mengakui, kalau ... Aw!"

Prim memekik kaget saat sebuah benda mengenai dahinya. Sebuah buku.

"Primrose!" Mr. Arthur membentak nyaring. Matanya melotot menatap kami berdua dengan garang. "Bisakah kau tutup mulut pintarmu itu?"

"Yes, Mr." Prim meringis, "sorry."

"Sampai di mana kita tadi?" Mr. Arthur kembali membuka buku untuk melanjutkan cerita.

"Peradapan modern dari makhluk yang digadang-gadang kan sebagai spesies paling sempurna di alam semesta itu benar-benar lenyap." Seorang anak menjawab.

Mr. Arthur mengangguk lalu kembali bercerita.

"Sangat membosankan." Prim menopang dagu.

"Yah, aku setuju."

Kenapa aku setuju kisahnya membosankan? Itu karena apa yang akan dikisahkan dalam pembelajaran ini sudah sangat kupahami, diluar kepala. Bagaimana aku tidak memahaminya, jika semua itu selalu diceritakan padaku secara berulang-ulang nyaris di setiap harinya. Sejak otakku mampu menampung rekaman memori.

Ketika aku bertanya mengapa kisah itu begitu penting untuk diketahui. Ibuku dengan lugas menjawab ; agar kaum kita tidak meneruskan kebodohan manusia itu.

Cukup bisa diterima. Kegagalan memang tak pantas untuk diteruskan. Namun bukan berarti mereka harus terus menerus mengulangnya.

Jika kalian penasaran bagaimana kami bisa tahu mengenai kisah itu padahal sudah terjadi ratusan tahun lalu? Adalah karena nenek moyang kaum kami adalah salah satu dari beberapa ras yang mampu bertahan dari sebaran virus. Dan bagaimana mereka bisa selamat? Itu karena mereka bukan manusia. DNA yang menyusun sistem tubuh mereka berbeda dan tentu saja tak lepas dari unsur magis.

"Kenapa aku harus mendengarkan ini semua? Sampai kapan mereka akan terus mengulang cerita bodoh itu?" Prim, berkata setengah menguap. Ia mengetuk-ngetuk kepala, menahan kantuk.

"Itu bukan hanya sekedar kisah," sanggahku. Prim memutar bola mata. "Itu adalah semacam pengingat bagi dunia ini, bahwa dulu ada ras bernama manusia yang mendiami bumi ini."

ShifterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang