twenty-two

66 8 7
                                    

Holla! I am back.

Dengan alur semakin ga jelas dan semakin lama update. Wkwkwkwk. Semoga masih ada yang baca sama nunggu.

-_-_-_-_-_-

Aku ditempatkan pada situasi di mana tidak bisa menanggapi keadaan dan hanya menjadi diam dalam ketidakberdayaan. Keseimbangan antara kebahagian dan kemalangan berlangsung secara bersamaan.  Benar-benar takdir yang adil.

"Hei! Ayolah," bisik Prim di tengah usaha tetap dalam mulut terkuncinya. "Katakan sesuatu."

Ia sedikit khawatir akan kebungkamanku, sejak pertemuan sekembalinya aku dari tepi kematian, dan itu terus belangsung hingga saat ini.

"Tegakkan pandanganmu dan diam. Warrior tengah mengawasi."

Aku memperingatkan tegas dengan suara berbisik, sekaligus membuka kunci bibirku setelah mengambil waktu diam yang lama.

"Sesuatu terjadi bukan?" Prim tidak mengindahkan, dan juga tidak menyerah atas usahanya mengorek informasi mengenai yang terjadi selama peperangan.

"Kau jadi sangat pendiam."

Dari sudut mata kulihat Prim berusaha keras untuk tetap terlihat diam. Meski begitu tampak jelas bagiku bahwa ia sesekali memandangku dan tidak benar-benar mendengarkan pidato Alpha di depan sana.

Aku tidak berniat memberinya klarifikasi atau pun penjelasan. Sedari dulu aku memang tidak banyak berbicara, tapi kupikir kata 'diam' yang dimaksud Prim adalah lebih dari sekedar pendiam.

"Tidak seperti dirimu."

Rasanya aku pernah mendengar kata-kata semacam itu sebelum ini, walau kalimatnya tidak serupa tapi memiliki inti yang sama, yaitu aku tidak menjadi diriku.

"Tidak ada yang berbeda, aku Louisa dari pack Chaser."

Itu sebuah sanggahan halus, dari ketidakterimanku akan pernyataan Prim yang di sudut hatiku mengakui kebenarannya.

"Tidak, kau seorang Warrior."

Aku meringis tipis, mencecap rasa asam kenyataan. Prim benar, beberapa menit atau mungkin detik lagi, pangkat itu akan segera kusandang.

Kekacauan oleh Rioters membawa dampak begitu besar. Semuanya berubah secepat kehadiran asap setelah nyala api. Beberapa hari lalu, aku hanyalah seorang gadis dari Pack Chaser, dan sekarang aku adalah seorang Warrior, ralat calon Warrior.

"Setelah begitu banyak luka dan darah, sulit untuk mengatakan rasa bangga atas perjuangan kalian, tapi sangat senang rasanya mengucapkan selamat atas keberhasilan kalian. Kalian telah membuktikan bahwa kalian pantas."

Kesedihan di wajah Alpha Eusties tidak tertutupi dengan baik sehingga aku bisa melihat di balik pidato rasa bangganya rasa kehilangan itu membekas  jelas. Tidak hanya Alpha, tapi di wajah semua orang. Bahkan Zeano dan Age. Wajah mereka mengerut lelah. Hari ini kami resmi menjadi seorang Warrior. Itu berita buruk karena itu berarti aku akan sulit kembali ke pack, tapi berita baiknya adalah Prim bersamaku, dan aku tidak sendiri lagi.

"Aku pikir akan lebih meriah," komentar Prim, ia memasang ekpresi tidak tertarik. Seperti ketika mendengar kisah peradapan yang hilang di kelas.

"Ini hanya formalitas, semuanya masih berduka untuk mereka yang gugur."

Banyaknya peserta pelatihan yang gugur dalam pertempuran terakhir memaksa Alpha dan para Tetua mengambil keputusan yang belum pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu menerima seluruh angkatan tahun ini menjadi seorang Warrior.

ShifterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang