Hari pertama pelatihan. Aku bergegas menuju Pangkalan, sedikit terlambat karena bangun kesiangan dan harus mengantri saat mandi. Saat aku memasuki pangkalan, semua peserta pelatihan, baik yang dari Pack maupun yang berasal dari Abul sudah berkumpul. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil di sudut-sudut Pangkalan."Jangkauan lompatan terdekatku hanya dua puluh meter." Seorang bocah Springer berkata. Ia tersenyum pongah pada rekan sesama Packnya.
Aku memandangi mereka. Bertanya-tanya apakah pembahasan di Springer hanya seputar bagaimana cara menjadi pelompat terbaik?
"Yah, rekor terbaik, masih dipengang Saint kebanggaan kita." Yang lain meninpali.
Saint? Apakah itu berarti sala satu Saint berasal dari Springer?
"Selain insting yang menumpul, para Chaser juga tampaknya memiliki kebiasaan bangun terlambat, ya?"
Darren menginterupsi, sengaja mengencangkan suaranya untuk menarik perhatian banyak orang. Aku melihatnya sekilas, berpikir apa yang salah denganku hingga anak satu itu senang sekali menggangguku. Aku menarik napas dalam, mengalihkan perhatian pada suara yang tiba-tiba terdengar di sebelahku.
"Zeano, memintamu untuk mengendalikan diri, bukan menjadi rendah diri dan diam saja ketika diejek."
Claire, gadis lainnya, selain aku dan Emily yang berasal dari pack. Ia berdiri dengan lengan terlipat. Wajahnya masam entah karena apa.
Sejak kapan anak itu di sini? Kenapa aku tidak menyadarinya?
"Aku hanya merasa itu tidak terlalu penting untuk ditanggapi," dalihku.
Aku bisa saja membalas Darren dengan ucapan yang lebih menyakitkan. Namun, mengingat peringatan Zeano kemarin, aku harus bersabar. Menunggu hingga memiliki kesempatan untuk membalasnya. Ada waktu dan tempat yang pas untuk menyalurkan persaingan dengan benar, begitu kata Zeano kemarin.
"Itu terdengar cerdas." Claire melirikku sekilas lantas melangkah. Rambut pirang panjangnya yang dikuncir kudanya bergoyang lembut. Ia memakai atasan tanpa lengan, mempertontonkan bahu mulusnya. Celana ketat berwarna senada dengan bajunya, abu-abu.
Aku tidak akrab dengan Claire. Sifat angkuh yang dimilikinya lebih memuakkan dari pada sifat suka mengejek Darren. Namun, mengingat kami berada dalam situasi rawan karena berbagi ruangan tidur yang sama dengan sebelas anak laki-laki. Mau tak mau aku harus berkerja sama.
"Apa yang dikatakan si angkuh itu?" Emily bertanya tak sabaran. Di sebelahnya Weizh juga memasang raut pensaran.
"Dia hanya mengomentari sikap Darren." Aku tersenyum kecil.
"Si cerewet satu itu," Emily mendecak, matanya memandang Darren jengkel. "Aku akan senang sekali jika diberi kesempatan untuk memukul kepalanya."
Aku menatap Emily dengan senyuman. Sikap blak-blakannya mengingatkan aku pada Prim. Mungkin itu jugalah yang membuatku nyaman bersamanya.
Terdengar pintu Pangkalan terbuka. Kemilau cahaya matahari pagi menyorot masuk. Indah dan hangat. Aku sangat penasaran bagaimana keadaan diluar sana. Apakah memang seindah yang dikatakan Ibu? Atau semengerikan para penghuninya di sini?
Zeano dan Age masuk berbarengan. Pakaian mereka sama seperti kemarin. Atasan berwarna merah gelap yang melekat pas ditubuh mereka dan celana hitam agak kebesaran.
Di Abul, posisi seseorang bisa diketahui melalui pakaian mereka. Merah gelap untuk para Saint, hitam untuk Warrior, biru gelap untuk Epilson, dan abu-abu untuk peserta pelatihan.
"Aku harap kalian sudah siap untuk pelatihannya." Zeano memanggil kami semua. "Untuk hari pertama ini, aku ingin melihat kemampuan alami kalian dalam menggunakan senjata."

KAMU SEDANG MEMBACA
Shifter
WerewolfKami tinggal di sebuah daratan bernama Packland. Kami hidup dalam kedamaian dan harmoni. Kami hidup dengan mimpi untuk menjadi shifter sejati. Tetapi ketika hantu masa lalu itu kembali dan membuka satu persatu kebenaran yang tersembunyi. Semuanya ya...