eight

104 11 5
                                    

Firstly, aku pengen ngucapin dirgahayu yang ke 75 buat negara kita tercinta, Indonesia. Selebrasi tahun ini mungkin enggak semeriah tahun lalu, atau bahkan enggak ada perayaan sama sekali. Tapi aku tetap berharap semua akan hal baik di kedepannya, terutama buat corona virus, segera ditemukan vaksinya.

Happy reading

                           ******

Ruang makan sesak oleh para shifter yang mengisi ulang tenaga. Aku duduk bersama Emily dan Weizh, tambahan kali ini ada Claude. Ia bergabung dengan kami.

"Apa semua shifter di Chaser sama sepertimu? Ahli dalam memanah." Claude bertanya sembari mengolesi dagingnya dengan saus tomat.

Aksiku saat menunjukan kebolehan dalam memanah tadi siang mendapat respon beragam dari para peserta pelatihan. Teman-teman sekoloniku, tentu saja sangat berbangga akan hal itu, tapi di pihak lain Mereka yang awalnya hanya tidak menyukaiku sekarang jadi memusuhiku. Terkhusus Darren dan para pengikutnya.

"Tidak," kataku, mengaduk sup daging rusa di  depanku. "Aku tidak tau, tapi yang pasti mereka semua ahli dalam berburu."

Para Chaser adalah pemburu terbaik seantero Packland. Gerakan mereka yang gesit. Mata tajam dan penuh kehati-hatian. Tau cara bertahan hidup di alam terbuka. Menguasai penggunaan berbagai senjata, dan tentu saja insting yang sangat tajam. Mereka mempunyai semua kemampuan yang menjadi syarat utama sebagai seorang petarung. Itulah mengapa, pada generasi sebelum-sebelumnya. Kebanyakkan dari para Warrior berasal dari Pack Chaser

"Itulah kenapa kalian selalu dianggap saingan berat oleh Pack lain," Weizh berkomentar sambil mengigit roti isinya.

"Pack lain? Atau cuma Tiller?"

Weizh memutar bola mata. "Semua Pack dan Tiller terkhususnya."

Emily tertawa diikuti Claude.

Rival abadi Chaser adalah Tiller. Apa alasan di balik permusuhan itu? Aku tidak tau, tapi menurut spekulasi Sean. Tiller itu sebenarnya kesal pada Chaser karena kami tidak bergantung pada hasil perladangan mereka untuk hidup. Chaser adalah satu-satunya pack yang tidak pernah bertukar bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan Pack lain. Kami hidup mandiri dengan cara kami.

"Sejak kapan kau mulai memanah?" Claude mengajukan pertanyaan lagi.

"Kenapa, aku merasa seperti diintrogasi?"

"Ayolah, Loui, berbagi kisah dengan kami itu tidak buruk. Mungkin aku akan tertarik mengunjungi packmu suatu saat nanti."

"Hmmm!" Aku mengerenyitkan dahi, mengingat-ingat kapan pertama kali, aku memegang busur panah.

Saat itu, aku berusia sekitar pertengahan antara tujuh dan delapan tahun. Aku yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti saja ketika Lucy memaksaku ikut berburu.

Aku menggerutu keras-keras dalam upaya memprotes, tetapi Lucy tidak mengindahkannya. Ia tetap menyeretku kasar dengan serangkaian omelan panjang mengenai keharusan seorang Chaser untuk bisa berburu.

Hanya karena aku terlahir di pack Chaser tidak berarti aku harus menjadi pemburu.

Aku ingin mengatakan itu sebagai bentuk ketidaksetujuan. Aku pikir semua orang berhak menjadi apapun yang mereka inginkan. Namun, kata-kata itu hanya berakhir di kerongkongan saja. Aku tau diriku dengan sangat baik. Aku tidak akan pernah berani mengeluarkan apapun isi pikiranku. Aku terlalu pengecut untuk itu.

Lucy memintaku memanah seekor kelinci sebagai test pertama, dan aku gagal. Setelah kejadian di sore itu. Lucy melatihku dengan amat sangat berniat. Membuatku berpikiran kalau sebenarnya ia tidak sedang melatih, melainkan menyiksa mengingat karena keberadaanku lah, ia gagal menjadi anak satu-satunya.

ShifterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang