Holla! I am back
Nah, updatenya makin lama. Semoga pada ga bosen nungguin ya. Btw, happy Eid mubbarak ya guys.
Aku seperti orang buta yang sedang meraba-raba arti dari seorang Warrior. Apakah itu hanya sekadar sebutan untuk satuan khusus perang di Packland? Atau hanya ajang perlombaan bagi Shifter Pack untuk menunjukan dominasi mereka. Aku sungguh tidak mengetahuinya.
"Hei! Prim!"
"Hmm!" Balasan berupa gumaman kecil.
"Apa itu Warrior?" Hembusan angin menerbangkan anak rambut di dahiku. Sesekali menghalangi pandangan.
Apa yang istimewa dari Warrior? Sampai-sampai bisa menimbulkan pergesekan yang menjadikan nyawa taruhannya? Lanjutku dalam pikiran.
"Kau, aku, dan mereka." Prim menggerakkan dagu menunjuk para Warrior baru yang sedang berlatih, atau bermain-main di Grassfheild.
Aku menarik pandangan, menatap seragam hitam yang melekat di tubuhku. Gelap, tidak menarik. Apakah kepercayaan layak di tukar dengan benda ini? Aku mulai bertanya-tanya bagaimana makna Warrior di benak anak-anak itu? Atau apakah mereka sadar apa yang menanti di depan sana? Seketika makhluk berwajah mengerikan di pertempuran terakhir berlarian dalam benakku.
"Kenapa? Sesuatu mengganggumu, bukan?"
Aku menatap Prim dari sudut mata, dan ia juga sedang menatapku, hanya sebentar, sebelum senyum tipis mengulas di wajah cantiknya.
"Warrior, kan?" Tarikan napas lemah menjedah, lalu Prim melanjutkan. "Biar aku pikirkan." Prim memasang raut berpikir. "Warrior adalah budak-budak perang yang bekerja atas perintah kewajiban demi sebuah pengabdian."
Aku mengerenyit, mencoba mencerna satu kalimat sederhana dengan makna rumit bila ditelah per suku katanya itu. Kata-kata Prim memiliki banyak penggambaran, pemaksaan, tanggung jawab, dan ... pengorbanan. Semuanya saling terkait dengan simpul-simpul kusut yang susah diurai.
"Sangat dalam."
Prim tertawa kencang sampai-sampai bahunya ikut berguncang. "Kau, polos," katanya diselah-selah tawa. "Sangat mudah di pengaruhi."
"Prim!" Desisku, menyatakan ketersinggungan lewat raut wajah masam.
"Maaf." Prim berusaha meredam tawanya dengan menarik napas banyak-banyak. Setelah merasa berhasil ia melanjutkan. "Warrior adalah Warrior. Itu hanya sebuah kata untuk menunjukkan sesuatu, seperti kita menamai makanan atau benda-benda lainnya. Tidak ada makna khusus atau apapun, karena segalanya tergantung bagaimana ...," Ia mengetuk keningku. "Kau memandangnya."
"Tapi ...," Pikiranku begerak liar, menyusun kata. "Bagimana dengan Warrior tidak takut apapun?" Aku mengerenyit menyadari hal janggal.
"Mungkin maksudmu, Shifter tidak takut mati dan mampu menghadapi apapun." Ia menyeringai mengejek.
Aku memutar bola mata, "yah, sesuatu semacam itu. Visi? Slogan? Atau apapun orang menyebutnya itu."
Aku benar-benar buruk dalam menjelaskan sesuatu.
"Hmmm! Kupikir, itu seperti seragam yang kita kenakan. Hanya sebagai simbol pemersatu agar lebih mudah dikategorikan saja."
"Jadi, jika seseorang mengenakan seragam ini, bisa dikatakan seorang Warrior? Bahkan bila ia tidak menerima tanda penobatan?"
Pembahasan ini mulai terasa berat, yang anehnya tidak ingin kuhentikan. Keingintahuanku terus berdenyar, seperti nyala api yang ingin mengungkap hal-hal yang disembunyikan kegelapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shifter
VârcolaciKami tinggal di sebuah daratan bernama Packland. Kami hidup dalam kedamaian dan harmoni. Kami hidup dengan mimpi untuk menjadi shifter sejati. Tetapi ketika hantu masa lalu itu kembali dan membuka satu persatu kebenaran yang tersembunyi. Semuanya ya...