Sebuah dunia dimana Chan dan Minho adalah dua orang yang berbeda latar belakang dan dipertemukan oleh sebuah mimpi yang sama
-*-*-*-*-*-*-*-*-
Lee Minho adalah seorang pegawai di perusahaan besar milik keluarga sahabatnya, Felix.
Bukan keinginan Minho untuk menjadi pegawai kantoran, tetapi tuntutan hidup membuatnya mengambil kesempatan bekerja disana. Bagaimanapun dia butuh uang untuk bertahan hidup di kota besar ini seorang diri.
Penghasilan dari mengajar privat yang selama ini dia jalani hanya cukup untuk membayar sewa kamar tempat tinggalnya, sebuah apartemen sharing dengan 2 orang lainnya.Di tempat lain, 9 jam lebih awal dari Seoul, seorang pria muda merebahkan dirinya di tempat tidur yang sangat nyaman di salah satu kamar The O2 Intercontinental Hotel di London. Senyaman apapun ruangan yang ia tempati saat ini, rasanya tidak seindah di rumah.
Bang Chan, pemuda itu, menatap layar handphonenya yang berisi jadwal tugasnya selama berada di London. Dia hanya akan menetap untuk 2 hari dan kemudian menjalani perjalanan udara yang sangat panjang untuk kembali ke Seoul.
Semua tugas yang mendadak ia terima membuatnya harus berkeliling dunia sebulan terakhir.Entah kenapa kedua orangtuanya seakan ingin menyingkirkan anaknya dari tempat tinggalnya. Ia bahkan tidak diberikan waktu untuk menyusun jadwalnya sendiri. Semua sudah tersusun rapi saat ia membaca e-mail dari mereka. Sekretarisnya,Allen, yang tidak tahu apa-apa harus terseret dalam jadwal gila yang ia miliki karena mereka ingin memastikan bahwa semua jadwal terlaksana dengan baik.
-*-
Hari ini adalah hari Sabtu. Sebagian perkantoran libur, termasuk tempat Minho bekerja, tapi bukan berarti sabtu adalah hari libur baginya.
Sabtu adalah hari mengajar. Dia punya 3 jadwal tetap setiap sabtu, kecuali saat orangtua muridnya membatalkan jadwal minggu itu.
Selesai mengajar baru Minho akan bermain dengan teman-temannya.Minho sudah menyelesaikan jadwal keduanya saat ada telepon yang menginfokan bahwa jadwal mengajarnya yang terakhir diundur karena acara keluarga.
Minho akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Felix."Lix boleh aku ke tempat kamu sekarang?"
"Boleh kak. Tapi ada saudaraku hari ini gapapa ya?"
"Oh...aku ganggu?"
"Nope. Dia cuma mau ngungsi aja sementara. Mostly he stays in his room."
"Beneran gapapa lix?"
"Please come kak. Bantuin aku ngabisin kue. Aku buat kebanyakan hehehe."
"Okedeh. Aku kesana yaa."
"Hati-hati dijalan ya kak."
Minho mampir ke toko untuk membeli minuman, walaupun dia tahu semua ada di rumah Felix tapi rasanya kurang etis berkunjung tiba-tiba tanpa bawa apa-apa.
Satu jam kemudian Minho tiba di tempat Felix.
Yang punya rumah sibuk di dapur saat Minho masuk."Kak sori ini masih berantakan. Kakak tunggu di ruang tamu aja."
Minho tertawa kecil melihat Felix masih menggunakan celemek dan banyak sekali cucian piring dibelakangnya.
"Nggak ah. Aku mau bantu kamu biar cepet selesai."
"Nooo ga usah kakak duduk aja."
"Nope. Ini aku bawa jus semangka sama jus pear. Sini aku bantu."
Minho menata bawaannya di meja makan lalu menghampiri tempat cucian piring."Buat apa lix?"
"Aku buat brownie kaya kemaren, tapi tiba-tiba sepupuku dateng dan minta dibuatin cookie. Aku belum pernah coba jadi ya trial and eror."
"Berapa kali?"
"Dua!" jawab Felix dengan bangga.
"Anak pintar." Minho mengusak rambut Felix.