Chapter ini ibarat makan tumis kangkung tiap hari. Membosankan dan bikin lemes kalo dibaca :"(
But, happy reading
Buat yang mau baca 😂😂💜
Typo adalah bentuk estetika :")
Stay Goooold ~(^^)~
.
.
.
Namjoon mengeratkan mantel panjangnya tatkala merasakan udara sekitar coba menerobos demi mencubiti kulitnya. Asap putih yang keluar saat ia menghembuskan napas dari mulutnya menandakan bahwa udara memang tengah menyiksanya dengan dingin yang kurang ajar, apalagi ketika tangannya yang tidak terbungkus sarung tangan harus rela terulur demi membuka pintu rumah.
Namjoon bergidik karena hawa dingin pagi itu, namun hawa dingin itu seolah tidak menyurutkan rasa kantuknya yang berontak ingin dipuaskan dengan bergelung manja bersama kekasih gulingnya di kamar. Ingus Namjoon sudah menari-nari di serambi lubang hidungnya akibat karena terlalu sering menguap. Pagi buta, bahkan matahari sama sekali belum ada niat untuk menampakkan dirinya di horizon timur sana.
Salahkan saja ibu dan ayahnya yang tiba-tiba meminta dia untuk menjemput mereka di bandara tepat saat jarum jam menunjukkan pukul 4 pagi, padahal dirinya baru tidur satu jam yang lalu sebab lupa waktu karena asik chatting dengan sang kekasih setelah Taehyung pamit pulang seusai acaranya membahas ini dan itu untuk merombak studionya selesai. Oke, tapi tidak apa. Lagi pula itu orang tuanya yang meminta, bukan orang lain. Seorang anak harus berbakti pada orang tuanya bukan?
"Buka matamu. Itu kau salah memasukkan password", suara wanita paruh baya di belakangnya sontak menyadarkan Namjoon dari kantuknya. Itu suara Nyonya Min yang terhormat. Namjoon kini berusaha melebarkan matanya yang terasa sangat berat, dan lagi-lagi ia gagal membuka pintu membuat nyonya Min berdecak kesal, sementara ayahnya malah terkekeh.
"Aduh, sana minggir. Bagaimana sih kamu? Buka pintu saja tidak bisa", hardik ibunya sembari menggantikan posisi Namjoon setelah menggeser tubuh besar anaknya dari tempatnya berdiri.
"Lagian kenapa tidak dari tadi ibu yang buka pintu sih", misuh Namjoon ditengah-tengah acara menguapnya.
"Sudah, diam. Masuk sana. Bawakan koper eomma sekalian", sahut eomma Min setelah berhasil membuka pintu tanpa gagal.
"Siaaaap, Nyonya Miiiiin", jawab Namjoon. Setelahnya, Namjoon mencibir, tentu tanpa sepengetahuan ibunya, nanti bisa-bisa ia dicincang habis lalu dibuang ke kolam lele, kan tidak elit sama sekali. Anak tapi rasanya seperti asisten rumah tangga, pikir Namjoon. Beda sekali dengan cara ibu memperlakukan adiknya dengan Namjoon, tapi dia tidak cemburu kok. Biasa saja. Sudah kebal dan sudah terbiasa, karena Namjoon itu orangnya penyabar dan penyayang semuanya. Iya lah, janda samping rumah juga ia sayang, apalagi keluarga.
"Koper ayah kamu bawakan juga. Jangan jadi anak durhaka", ujar eomma Min lagi seraya melenggang kangkung masuk rumah tanpa menghiraukan wajah Namjoon yang bersungut sebal.
"Sudahlah", ayah Min menepuk punggung putra pertamanya. "Ayah bisa membawa ini sendiri".
Namjoon tersenyum cerah. Memang ayahnya paling mengerti, berbeda sekali dengan ibunya yang punya kepribadian buruk macam adik semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookGa] If It's Not With You
FanfictionKita bertemu dalam suatu kebetulan - MYG Warning! Boy x Boy