Hendra memesan tiket film horor tanpa meminta pendapat gadis yang duduk di kursi tunggu sembari memegang dua wadah popcorn ukuran jumbo.
"Mulainya satu jam lagi." Hendra menghempaskan bokongnya di kursi samping Winda.
Winda mengangguk, "Pesen film apa lo?"
"Film bikin anak."
Winda mencebikkan bibirnya. "Dasar otak mesum!"
"Ya enggaklah. Giliran gue bohong aja lo percaya. Tapi giliran gue ngomong serius lo nggak percaya. Gue pesen film horor."
"Kok lo nggak minta pendapat gue sih gue penginnya nonton apa?"
"Kelamaan. Males gue debat sama cewek berkepala batu kayak lo. Paling-paling lo mau nonton film romantis, ya, kan?"
Winda menutup telinganya pura-pura tidak dengar.
"Btw, lo tahu-"
"Btw, Bokap gue-"
Keduanya kembali diam ketika bertabrakan saat bicara. Ya, mereka bicara di waktu yang sama.
"Lo duluan deh yang ngomong." Hendra mempersilakan Winda untuk melenjutkan ucapannya yang sempat bertabrakan dengan Hendra.
"Bokap gue kapan balik ke Jakarta-nya? Waktu gue ujian, ya?"
"Enggak. Tadi malam."
"Lah tadi pagi-," belum sempat Winda menyelesaikan ucapannya, Hendra sudah mengerti apa yang akan diucapkan Winda.
"Tadi pagi itu cuma rekaman Bokap lo."
"Segitunya banget persiapan lo. Memangnya ada apa, sih?"
"Pasti lo nggak akan percaya sama gue. Jadi, izinin gue di samping lo terus kalo lo nggak mau celaka. Ayo masuk." Hendra menyeret pelan tangan Winda ketika pintu bioskop sudah dibuka.
***
"Makasih, gue udah nggak stres lagi," ucap Hendra saat keluar dari ruang bioskop.
"Cari kesempatan dalam kesempitan lo"
"Itu lo tahu. Tapi walau udah tau lo tetep aja peluk-peluk gue waktu hantunya muncul."
Winda diam tidak bisa menjawab, karena dalam hatinya ia merasa nyaman berada di samping cowok itu.
Setelah menonton bioskop, Winda dan Hendra langsung kembali ke hotel untuk mengistirahatkan tubuh mereka yang terasa letih.
Hendra berjalan di belakang Winda hingga masuk ke kamar penginapan Winda.
"Lo kok ikut masuk, sih? Sana pergi." Winda mendorong punggung Hendra untuk keluar.
"Nggak. Gue mau di sini. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Gue udah janji sama Bokap lo buat jagain lo. Untuk tempat tidur, gue nggak masalah tidur di lantai atau di sofa, lagian gue udah check out," beo Hendra lalu menyelonong dan merebahkan tubuhnya di sofa.
"Terserah lo, gue mau mandi," ucap Winda mengambil baju yang tetgantung di lemari yang ia kenakan kemarin.
Usai mandi, Winda menghampiri Hendra yang menonton televisi. "Lo nggak mandi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelik Ananta
Teen FictionInilah cerita hidupku yang pelik. Saking peliknya, lebih memusingkan daripada memecahkan soal fisika maupun matematika, juga lebih sulit dibanding bermain rubik. ~Selfiana Winda Hasibuan.~ Selfiana Winda Hasibuan, gadis cantik berkacamata yang cukup...