04 Sebuah Keputusan Gila

106 7 0
                                    

Suasana di sekolah pagi ini sungguh mencekam,rasa gelisah kian merasuki tiap tiap penghuni National Based School ini,ya,tempat baru dimana Lysa menimba ilmu.Desas desus serta berbagai prasangka mulai tersebar di kalangan para murid.

"Eh,uda denger berita nya belum,katanya kemarin jam 3 Pak Satria meninggal bunuh diri loh"

"Iya ih sumpah serem banget,tu ngga ada yang liat apa yak"

"Kabarnya sih gantung diri"

"Oh iya kata Bu Anesa dia budirnya di aula sekolah tau"

"Dih gila aja kalo sampe banyak darah berceceran disana"

"Gantung diri mana ada darah!"

"Kali aja"

"Ogah ah ke aula"

"Terus gimana ini nanti kita kan mapel olahraga"

"Tau deh,emang siapa sih yang liat Pak Satria budir pertama kali"

"Gatau,Bu Mirnah ga bilang"

"Merinding ih,moga aja gak ada apa apa ya"

"Bla bla bla.."

Ruangan menjadi riuh,dan berbagai pertanyaan aneh dilontarkan oleh murid murid X-D pada pagi hari yang mendung ini.Menunggu guru kimia yang belum jua masuk.

Sementara Lysa dan ketiga temannya sibuk membicarakan tentang pesan yang ia ceritakan kepada mereka lewat grup chat.

"Tapi kalo bener kemarin orang yang lo ceritain itu pergi ke ruang guru buat bunuh Pak Satria,harusnya banyak guru yang ngeliat dong,kan belom jam pulsek"ujar Sandra mengemukakan pendapatnya.

"Iya juga sih,tapi bisa aja kan dia keluar dari toilet terus mampir ke manaa gitu,terus bunuh nya pas sekolah uda sepi"timpal Lysa.

"Terus lo kira pembunuhnya ngopi dulu gitu?"ucap Rana tak yakin.

"Gaes,wait,kan menurut info tuh Pak Satria bunuh diri kan?bukan dibunuh,terus ngapa kalian ngambil pendapat kalo beliau dibunuh?"tanya Dina heran.

"Yakan kita mau mengkaitkan ini dulu sama orang yang Lysa liat pas dia dihukum Pak Andre"balas Sandra cepat.

"Siapa tau dia bawa golok mau motong rumput kali"pekik Rana malas.

"Emang lo kira sekolah ini zaman 70-an apa,masa ga pake alat pemotong rumput yang sedikit canggih"Dina mulai meladeni Rana.

"Dah lah kalian jangan debat mulu,ini lagi serius,kalo tiba tiba beneran Pak Satria dibunuh gimana?"seru Lysa yang membuat mereka kembali berpikir.

"Tapi kan ini juga bukan masalah kita,serahin aja sama sekolah,kita cukup was was aja kalo ada kemungkinan beliau dibunuh"komentar Sandra cepat.

"Oh ya lys,gue boleh pinjam hp lo?mau liat email yang dikirimin ke lo,mungkin itu bisa jadi petunjuk"tambahnya lagi.

"Boleh"

"E tapi nanti aja deh jam istirahat pertama,di perpus aja"cegah Sandra ketika Lysa hendak menyerahkan hpnya.

"Kenapa harus di perpus gitu?istirahat pertama gue mau nonton kak Fadli dan timnya main basket"ujar Rana yang tak suka dengan tempat membosankan itu.

"Di perpus banyak buku,banyak petunjuk,siapa tau nanti kita dapet hipotesis berdasarkan pesan itu terus nyari jawabannya di perpus"jawab Sandra.

"Kenapa gak pake google?"saran Dina.

"Di google kita gak bisa dengan bebas mencarinya,maksud gue pengetahuannya terbatas dan belum tentu dari sumber yang benar,bisa jadi banyak hoax beredar"balas Sandra.

ANDYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang