15 Jejak Pembunuhan

47 4 0
                                    

TAP TAP TAP

Seorang perempuan imut nan manis menyusuri setiap kamar kamar pasien di rumah sakit bergaya modern ini.Lagi.Kali ini ia tidak hanya sekedar singgah,namun untuk menginap beberapa hari kedepan hingga orang yang dicintainya siuman.

Lysa menghela nafas gusar,sejak dirinya selesai bercerita tentang ayahnya di awal perjalanan tadi,ia dan tante Nessa saling diam.

Tak berbicara sepatah kata lagi selain'Hati hati ya Lysa,semoga Bunda kamu segera sembuh,nanti kabarin kalau kamu mau pulang,tante bisa jemput'ketika dirinya melangkahkan kaki keluar dari mobil mewah itu.

Lysa tak tahu apa yang tante Nessa pikirkan,mungkin wanita itu kebingungan mencerna kisahnya yang bisa dibilang kurang jelas.

Hampir saja tadi Lysa menumpahkan air mata,suaranya sudah diujung nyawa,untung ia masih sanggup menahannya.

CEKLEK

"Bunda.."gumam Lysa pelan,tatapannya sendu,seolah harapannya untuk hidup semakin menipis.

"Benar anda keluarga dari pasien Nyonya Nayanti Hardika?"tanya seorang suster yang berbeda dari suster yang tadi ia temui.

"Iya,saya anaknya"jawab Lysa mantap sambil menutup pintu ruangan.

"Apa saya boleh menginap disini beberapa hari sampai bunda saya bangun?"sambung Lysa to the point,ingat ia benci mengulur waktu.

"Karena ini ruang ICU,keluarga ataupun kerabat pasien tidak diizinkan untuk menginap dalam satu ruangan,demi keamanan pasien dan juga pengunjung,anda memiliki batas waktu maksimal 11 jam untuk menjenguk pasien,pengunjung yang memasuki ruangan ini pun tidak boleh melebihi 3 orang

Kami akan memindahkan beliau ke ruang rawat inap jika sudah siuman dan kondisinya stabil"

Jelas suster berkulit putih itu dengan senyum sopannya.

Lysa terkejut,dan itu tak nampak di wajahnya,namun terasa hingga ulu hatinya yang paling dalam.Tubuhnya lemas seketika.

"Apa tidak ada cara lain suster,supaya saya bisa melihat bunda saya setiap hari?"Lysa tetap ingin melanjutkan tekadnya.

"Untuk sementara,anda silahkan mencari tempat penginapan di sekitar rumah sakit,mungkin itu bisa membantu"balasnya.

Namun jawaban itu tak membuat Lysa merasa lega.

"Baik suster..terimakasih atas sarannya,kalau begitu saya pergi dulu"ucap Lysa pasrah,ia tak ingin banyak bertanya pada wanita paruh baya itu,tapi mungkin nanti Lysa bisa memikirkan bagaimana baiknya.

"Sama sama,mari"timpalnya sopan sambil menyodorkan telapak tangannya,mempersilahkan Lysa untuk keluar.

Gadis dengan tas gemblok coklat bermotif bintang bintang itu segera membuka pintu ruangan,lalu menutupnya kembali dengan perasaan perih bercampur letih.

***

PUK!

Sebongkah benda empuk melayang begitu saja ketika seorang Andhika sedang menikmati film kungfu yang akhir akhir ini menjadi favoritnya.

"Ngapain aja lo dari tadi!cuma santai santai begini!dasar pengangguran!cepet bantuin gue beresin dapur!"bentak Rosa kesal.

Sedari pulang sekolah tadi ia melihat adiknya hanya duduk duduk santai di depan televisi hitam itu,tak ada sama sekali niat untuk sekedar menggerakkan satu anggota tubuh pun.Dasar pemalas!

"Enak aje gue disuruh begituan,gue kan bukan perempuan"bantah Andhika cuek.

"Heh lo tuh mau sampe kapan kaya begini terus dek!sampe iron man menang lawan ultramen hah?!paling nggak lo harus coba terima kalo semua cewe itu nggak seserem yang lo kira!"

ANDYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang