(July, 14)Aku mau cerita tentang rasa yang tidak begitu mengenakan. Awalnya mau cerita tentangmu.
Tapi tidak jadi.
Menceritakan tentangmu kembali, sama saja seperti menaruh pemantik api di seluruh lingkaran benci yang aku buat.
Aku tahu membenci bukanlah jalan yang benar untuk melupakan. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah terlanjur melakukannya.
Namun, setelah dirasakan setelah sekian lama.
Lingkaran kebencian itu sedikit demi sedikit kuhilangkan. Aku tidak bisa menyetujui bahwa mengikhlaskan sebagai jalan yang paling benar. Sebab, aku tidak perlu mengikhlaskanmu.
Dan maaf saja, kalau aku juga tidak mengambil langkah diam ketika melihat mu melakukan sesuatu. Karena manusia sepertiku ini sulit untuk berlapang dada ketika terdorong jauh hingga hampir terjatuh. Aku tidak bisa memilih diam saja. Melawanmu pun kurasa tidak perlu, cukup semesta yang akan memberimu pemahaman bahwa, kamu bahkan bukanlah yang baik.
Juga, lingkaran benci itu ternyata sudah telanjur membatasi hatiku untuk menerima dan kembali menaruh rasa pada siapapun.
Aku tidak menyalahkanmu. Karena semua itu, aku sendiri yang menciptakannya.
Karena lingkaran benci itu, aku punya ruang kosong di hati. Rasanya sulit untuk membawa atau mempersilahkan orang baru masuk. Tapi, terimakasih, karenamu dan lingkaran benci yang kubuat ini, aku jauh dari rapuh dan tidak kembali merasa letih karena terlalu sering patah.
----------
Sending virtual hug to all people, yang udah baca epilogwaktu! Selamat kita sekarang berteman!Thank u for ur support, jan lupa votes comment yaaa ^^
Ohiya kalian juga bisa ikutin akun instagram @epilogwaktu._
KAMU SEDANG MEMBACA
Epilog Waktu
PoetryIni sudah pada penghujung ku, Maka biar aku yang akan mengakhirinya, Untuk selanjutnya kupastikan takkan ada lagi kita. Ataupun cerita kita. [Ini kumpulan sajak tapi dibumbui cerita]