BAB 23 MY BAD HUSBAND

1.1K 122 2
                                    

Alhamdulillah, akhirnya udah bab 23.

Ternyata ada juga ya hikmahnya dibalik pandemi ini.. aku jadi lebih fokus buat update lagi! Hehe😌

Oke gaiss, HAPPY READING yah! XD

~~~

-Sehun's POV-

Saat aku tiba di tempat parkir, Sejeong sudah tidak ada. Aku menyuruhnya untuk menunggu di parkiran, tapi aku rasa ini adalah salahku sendiri. Karena aku terlambat satu jam.

Dia bahkan tidak menanggapi panggilan maupun SMS dariku. Mungkin, dia merasa kesal setelah aku menggodanya di depan semua orang di kafe. Atau mungkin dia sedang tidak ingin menjawab?

Begitu sampai di rumah, aku memutuskan untuk memeriksanya. Dia sedang tidur di kamar, aku seharusnya tidak mengganggunya. Tapi tetap saja, aku perlu berbicara dengannya tentang masalah ini. Sangat penting.

Perlahan aku berjalan ke arahnya dan duduk di tepi tempat tidur. Gelap, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Kamu mau apa?"

Eh, dia mengejutkanku. Aku pikir dia sudah tidur. Aku melihat wajahnya lebih dekat dan dia sedikit membuka matanya.

"Aku hanya ingin berbicara sesuatu denganmu." Aku bisa mendengarnya mendesah.

"Aku mau tidur." Gumam Sejeong dengan suara yang sangat lemah.

Mungkin, dia terlalu lelah untuk berbicara. Kemudian aku duduk di sebelahnya. Aku merasa bersemangat untuk menyampaikan kabar ini.  Satu-satunya hal yang aku harapkan adalah, dia akan menyukainya.

Aku menatapnya selama beberapa detik, mengambil napas dalam-dalam untuk membangun keberanianku sebelum mengatakannya.

"Aku udah putus dengan Irene  ..." Aku menghela napas, "demi dirimu."

Sedihnya, kurasa dia bahkan tidak mendengar apa yang aku utarakan. Kedua matanya tertutup dan dia tidak merespon. Aku tersenyum melihat betapa lucunya dia. Aku tahu kalau dia sangat menggemaskan sejak dulu, tapi aku tidak pernah mengakuinya.

Aku merasa sangat bodoh. Bagaimana mungkin aku tidak menyadari bahwa setiap perasaan aneh yang kurasakan tentang dia sebenarnya adalah hal kecil yang disebut cinta?

Ketika aku masih pacaran dengan Irene, aku selalu membuang perasaan ini hanya karena aku takut bahwa mungkin aku akan selingkuh, tetapi kemudian hal yang sebaliknya menimpa diriku. Dia yang berselingkuh.

Tapi kalau dipikir-pikir, bahkan jika Irene tidak selingkuh-pun, aku masih tetap akan mengakhiri hubungan kami. Aku sudah memutuskan, satu-satunya wanita yang ingin aku rawat adalah dia, istriku.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana aku memperlakukannya seperti sampah. Aku mengabaikan sarapan yang dia buat untukku, teleponnya, dan juga keberadaannya. Tapi aku tidak tahu sejak kapan perasaan untuk melindunginya tiba-tiba tumbuh dalam diriku sedikit demi sedikit, seolah-olah seseorang telah melemparkan mantra cinta padaku.

Tetapi sekarang, aku bahkan tidak yakin apakah dia merasakan hal yang sama.  Karena yang aku perhatikan bahwa dia agak kesal setiap kali aku mencoba menjadi super duper baik padanya. Aku bertaruh, aku pasti sangat menyakiti perasaannya ketika dia masih mencintaiku.

Ketika kesadaranku surut, pikiranku terjatuh bebas, berputar-putar dengan kekacauan indah dari mimpi baru.

-END POV-


Keesokan paginya, Sehun bangun dan melihatku tidak lagi di sisinya.

Dia mulai merasa kesepian dan segera turun dari tempat tidur. Begitu dia keluar dari kamar, aroma lezat menggelitik hidungnya dalam sekejap.

Seperti yang dia harapkan, aku ada di sana, sedang memasak telur dengan penggorengan anti lengket.

Senyum bahagia terlukis dari kedua sudut bibirnya, menatapku dari belakang. Perlahan Sehun mendekat dan sekarang dia berdiri tepat di belakangku.

Dia berencana ingin mengejutkanku tapi gagal.

"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Sehun, kedua alisnya saling tertaut .

Ada memar yang jelas di sudut bibirku dan beberapa luka di sekitar wajah.

"Siapa yang melakukan ini padamu? Irene?"  Sehun menggeram, hatinya mendidih karena marah.

Tapi aku tetap diam dan membiarkan air mata menggelegak saat peristiwa mengerikan itu melintas di kepalaku. Sehun tidak bisa menahan amarahnya lagi, tidak ada orang lain di pikirannya. Irene adalah satu-satunya orang yang punya alasan untuk melakukan semua ini.

Seketika Sehun berbalik ingin mencari Irene tapi aku mencegahnya.

"Jangan," aku menangis, perlahan tersungkur ke lantai.

Sehun berbalik dan melihatku menangis berlutut. Hal ini sangat menyakitkannya melihatku terisak lagi. Sehun segera membantuku berdiri dan duduk di kursi.

"Apa yang terjadi? Ceritakan semuanya padaku." Tanya Sehun, tapi dengan nada yang lebih lembut kali ini.

"Dia datang ketika aku sedang menunggumu di tempat parkir. Dia bilang kalian putus karena aku dan— dan—"

"Dan dia memukulmu?" Sehun terkejut kalau Irene bisa sampai sejauh itu. Untukku, dia mencoba yang terbaik untuk menahan amarahnya.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban, lidahku mengepal, hati meledak dengan nyala emosi.

"Sejeong, mulai hari ini aku akan menjagamu. Aku tidak akan membuatmu menangis lagi. Aku janji." Ujar Sehun yang membuat hatiku lega.

Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di piring, telur dadar yang aku masak untuknya.

"Tunggu," Sehun berjalan menuju wajan. "Aku akan masak untukmu." Dia tersenyum seolah  tidak ada yang terjadi.

Meski aku tidak yakin dengan idenya, aku memutuskan untuk tetap diam dan melihatnya dari belakang.

Aku ingin kamu selalu seperti ini, Sehun. Aku tersenyum menatapnya yang berusaha keras untuk memasak.

"Ta-daa!" Dengan bangga Sehun menempatkan telur dadar yang sudah selesai di depanku.

Aku tidak bisa menahan tawa melihat perbedaan antara masakanku dengan masakannya. Telurku tampak sempurna, sedangkan masakannya lebih mirip telur orak-arik.

"Hah?"  Senyumnya yang bangga perlahan memudar, nampak kebingungan.

"Tidak ada ..." Aku tersenyum sambil melahap sepotong kecil ke dalam mulutku.  Seperti yang aku harapkan, rasa lebih penting daripada tampilannya.

"Bagaimana?" Sehun menatapku seperti anak kecil yang diiming-imingi lollipop.

"Lumayan..."

Sehun menghela nafas lega. Ini adalah upaya pertamanya dalam memasak omelet.

"Ngomong-ngomong ..." Ucap Sehun, sedikit gelisah sebelum melanjutkan, "aku tiba-tiba merindukan kampung halamanku, Busan."

~~~


"Sehun, Palli!" Aku berteriak di pintu. Dia yang memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Busan, tapi dia sendiri yang paling lama.

"Aku datang ..." Akhirnya Sehun keluar dengan ransel hitam.

Ketika kami akan pergi, tiba-tiba Eunwoo muncul dengan baju kasualnya.

"Kalian mau pergi ke mana?"

"Busan." Aku tersenyum.

"Jinjja? Kami juga mau ikut!"

~~~


Jangan lupa vote! :)

My Bad Husband︱SeSe Romance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang