Bintang-bintang berkilauan menyinari malam walau tanpa bulan. Angin dingin yamg berhembus lembut menyapu kulitku yang terbuka, memberiku sedikit perasaan tenang sambil duduk di kursi balkon, disertai dengan musik dari headphone-ku yang membuatku semakin relax.Aku mencoba untuk santai, meletakkan semua kejadian pahit di belakang. Kemudian ayah datang mendekat dan duduk di sebelahku. Kurasa dia ingin membuka percakapan, aku segera melepas headphone-ku.
"Kamu yakin, ingin bercerai?"
Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan lelah. Pertanyaan itu terlontar seperti apa yang ku harapkan.
"Aku ingin memulai hidup baru dan melupakan segalanya."
"Ayah tahu kamu pasti terluka, kesal, dan kecewa setelah apa yang terjadi. Appa merasakan hal yang sama, tapi kamu jangan menyesali pilihanmu nanti." Saran ayah.
"Appa ... Apa ayah tidak membenci Sehun atas apa yang telah dia lakukan?"
Lalu ayah menyilangkan tangannya di dada, matanya mendongak seolah mencari jawaban.
"Ayah membencinya ketika ayah tahu tentang hal itu. Tapi setelah beberapa hari berlalu, ayah rasa kebencian bukanlah kata yang kuat untuk menyelesaikan suatu masalah. Sesuatu bisa menjadi lebih buruk dari apa yang kita pikirkan. Setiap orang bisa berubah, sayang. Jangan biarkan hanya karena ego sendiri, malah nanti akan berbalik menyakiti dirimu sendiri." Ayahku perlahan berdiri, siap untuk pergi tidur.
Ucapan ayah membuatku semakin bingung tentang apa yang harus dirasakan dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Aku merasa sedang berdiri di antara dua kemungkinan yang sulit, karena jika salah langkah, maka hancurlah sudah.
Sementara itu, Sehun berada di apartemennya Baekhyun. Mereka sedang menonton film sampai larut malam bersama. Karena aku tinggal di rumah orang tuaku, ia menghabiskan hari-harinya yang kesepian bersama mereka.
Semua orang terlalu asyik menonton film, kecuali satu orang yang sibuk memikirkan masa depannya.
"Baekhyun ... Istriku ingin cerai." Ujar Sehun tiba-tiba.
"Mwo?!" Desis mereka kompak, mata langsung tertuju padanya.
"Jadi, apa kalian sudah bercerai?" Tanya Baekhyun.
"Belum. Tapi, dia memutuskan untuk berpisah sekarang." Sehun menghela nafas dengan pandangan ke bawah.
"Jadi, apa kamu hidup sendiri sekarang?" Tambah Chanyeol, dan Sehun hanya mengangguk sebagai balasan.
Mereka mulai melupakan film itu dan berbicara kepadanya tentang masalahnya. Seorang sahabat harus saling mengulurkan tangan, bukan?
Pada saat itu, Eunwoo mengambil kesempatan dan menyelinap ke balkonnya. Dia kemudian mengetik nomorku, karena penasaran.
"Halo?" Hanya dalam 3 detik, aku mengangkat panggilannya.
"Sejeong-yah, aku dengar kamu ingin bercerai. Apa itu benar?"
Sebelum menjawab pertanyaannya, dia bisa dengan jelas mendengarku mendesah melalui telepon.
"Sehun memberitahumu, kan?"
"Ya ... Tapi kenapa? Aku rasa kalian berdua sudah baikan."
Aku diam selama beberapa detik, memikirkan dari mana harus memulai. Agak sulit untuk dijelaskan, tetapi aku masih melakukan yang terbaik untuk membuatnya sesingkat mungkin.
"Ini sangat sulit bagiku, Eunwoo-ah ... Dia kencan dengan Irene saat aku benar-benar mencintainya, dan ketika mereka putus, dia datang kepadaku. Aku mencoba untuk mencintainya lagi seperti sebelumnya, tapi kemudian dia menghancurkan kepercayaanku lagi." Suaraku semakin lemah saat mencapai kata terakhir.
"Tapi .. kamu masih mencintainya, kan?"
Sekali lagi, dia membuatku terdiam sesaat. Dari mana dia mendapat semua pertanyaan sulit ini?
"Segalanya menjadi rumit .. Aku tidak tahu perasaanku yang sebenarnya untuk saat ini."
Seseorang mengira pembohong itu terlalu keras, dan seseorang berpikir bahwa penghancur itu terlalu emosional. Aku tidak dapat memilih salah satu dari mereka, karena ini adalah hidup kita.
-Sehun's POV-
Keesokan paginya, aku terbangun oleh sinar matahari yang mengetuk wajahku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, dan menyadari bahwa aku sedang berbaring di tempat tidur Sejeong.Oh ya, akhirnya aku ingat. Tadi malam, sangat dingin dan sepi jadi aku pergi ke kamarnya meskipun aku tahu dia tidak ada di sana.
Dan di sinilah aku, berbaring di tempat tidurnya yang dulu. Dipenuhi dengan aromanya, membuatku ingin membungkusnya di lenganku sekali lagi. Aku tidak dapat menahan diri tetapi berharap dengan bodoh bahwa dia akan kembali.
Aku sangat merindukannya, mungkin aku bisa mati karena rasa sakit ini.
"Apa dia juga merasa sesakit ini saat itu?" Aku bertanya pada diriku sendiri dan mulai menyesali setiap hal kecil yang telah aku lakukan padanya.
Kalau saja aku bisa memutar waktu, aku akan lebih mencintainya. Tapi semuanya hancur dan itu adalah kesalahanku.
Perlahan, aku turun dari tempat tidur dan menuju dapur. Betapa bodohnya aku membayangkan bahwa dia akan berada di sini, menyiapkan sarapan lezat seperti biasanya.
Aku mencoba untuk mengesampingkan pikiran itu. Meraih ponsel, dan memesan jajjangmyeon dari restoran terdekat. Setidaknya, aku tidak harus makan ramyeon di pagi hari.
Sambil menunggu pengiriman, aku jalan ke balkon. Mataku memindai semua yang ada di sana ketika tiba-tiba, aku melihat pasangan di taman. Mereka terlihat sangat dekat satu sama lain meskipun mereka bahkan tidak berpegangan tangan. Aku sangat iri pada mereka.
Oh tunggu. Itu adalah Euwnoo, kan? dan dia bersama ...
"Sejeong?!" Mataku terbelalak ketika menyadari bahwa wanita di sampingnya adalah dia.
Mulutku sedikit terbuka, kaget. Dia tidak mau menjawab panggilanku dan bahkan tidak ingin melihatku, tapi, dia malah bertemu dengan Eunwoo?!
Tanganku seketika mengepal, aku segera mengeluarkan ponselku. Untuk pertama kalinya, aku memutar nomor telepon seseorang.
"Halo?" Eunwoo langsung menjawab sementara aku terus menatap mereka berdua dari jauh.
"Eun, kamu dimana sekarang?"
Aku bisa merasakan bahwa dia agak ragu untuk menjawab. Pada saat yang sama, aku berharap dia akan berbohong untuk pertanyaanku berikutnya.
"Aku di taman."
"Dengan siapa?"
Seperti yang diharapkan, dia bisu tanpa kata. Ketika menunggunya untuk menjawab, aku terkejut melihat ketika tiba-tiba dia menyerahkan telepon kepada Sejeong. Yah, aku tidak mengharapkan yang ini. Dia terlihat menolak tetapi Eunwok tampaknya berhasil memaksanya.
Aku menekan tombol untuk menambah volume agar bisa mendengar suaranya yang sangat ku rindukan. Jantungku berdetak lebih cepat ketika aku menunggunya untuk mengatakan sesuatu.
Namun, sepertinya dia tidak akan mengatakan apa-apa meskipun dia sudah memegang telepon sangat dekat dengan telinganya.
"Bogoshipeo (aku merindukanmu)." Bisikku melalui telepon.
Beberapa detik kemudian, telepon terputus. Sungguh menyakitkan dia menutup teleponnya, tetapi setidaknya dia bisa mendengarku mengucapkan kata itu.
-END POV-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Husband︱SeSe Romance ✓
FanficSehun setuju menikah denganku karena beberapa alasan, dan mungkin mereka akan menganggapku bodoh karena mau menjalani hubungan yang penuh dengan kepalsuan. 🔥 Dia bahagia. Sementara aku tidak. 🔥 Aku melakukan segalanya untuk dia. Sementara dia mel...