(G)empatpuluhsatu

163 21 39
                                    

Hayuk-hayuk mana votenya warga bikini bottom😚☄

Ternyata ku hanya bisa, menggapaimu di mimpiku.

Junia pergi ke sebuah rumah sakit kali ini, diantar Gara hingga gerbang rumah sakit. Gara harus rapat OSIS kembali di sekolah, jadi ia percaya Junia akan menjaga janjinya untuk cuci darah hari ini.

Sebelum lurus menuju ruang cuci darahnya, Junia malah berbelok menuju koridor lain. Lalu berhenti di kamar dengan nama, melati. Namanya saja apa bisa jadi pertanda ya? Astaghfirullah, umur di tangan Allah ya!

Junia membuka perlahan pintu itu, berjalan pelan mendekati brankar yang di atasnya ada seorang cewek terbaring lemah.

"Gimana keadaannya bang?" tanya Junia pada seorang cowok yang menatap nanar gadis di atas brankar itu.

"Dia koma." jawaban ini keluar dari bibir Vernon. Yap, cowok tadi adalah Vernon.

"Kapan kakak mau sadar?" Junia menggenggam lembut tangan gadis itu.

"Kamu sudah sembuh kan?" Vernon menatap Junia.

"Hm, berkat kakak." Junia menunduk.

"Hah? Maksud kamu gimana?" Vernon bertanya bingung, bahkan suaranya seperti berbisik.

"Kakak udah transplantasi satu ginjalnya yang masih baik untuk aku." Junia menunduk menangis tersedu.

"Ja-jadi..."

"Iya, kakak hidup cuma dengan satu ginjal sekarang. Ginjal yang udah rusak. Aku-aku merasa bersalah banget sama kakak..." Junia menangis sambil memeluk gadis itu erat.

"Kamu benar-benar keterlaluan! Liat, dia bahkan sudah mengorbankan dirinya untuk kamu. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu tau, hatimu itu benar-benar sudah mati hanya karena Gara!" Vernon berdiri dengan tangan mengepal.

"Aku juga nggak bakal gini kalau ini akhirnya!" bantah Junia sambil menangis di depan Vernon.

"Oohh, jadi kalau nggak gini akhirnya kamu masih mau ngancam dia buat relain Gara ke kamu? Iya? Dimana otakmu!" Vernon berlalu keluar begitu saja, emosinya benar-benar tidak stabil.

"Aku-aku beneran nggak tau bakal gini akhirnya kak, aku benar-benar menyesal. Tolong sadarlah dengan cepat kak..." Junia kembali menggenggam tangan gadis itu dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

-Glory-

"Kamu mau aku belikan apa?" Gara bertanya pada Junia saat mereka berjalan di koridor.

"Hm? Aku nggak lagi ultah lho." Junia menatap Gara bingung.

"Kamu beneran nggak ingat? Biasanya kamu yang selalu ngodein lho." Gara mengangkat alisnya dan tersenyum pada Junia.

"Aahh, aku agak sedikit nggak konek. Tadi kan habis ulangan."

"Hari ini hari anniversary kita yang pertama. Kamu lupa ya?"

"Ooohh iya, tadi aku mau bilang itu juga tapi keburu lupa gegara ulangan. Maaf ya Gara..." Junia tersenyum.

"Hm, nggak apa-apa deh." Gara mengacak rambut Junia gemas.

"Makasih bae..." Junia tersenyum manis pada Gara.

"Kamu, bilang apa?" Gara membulatkan matanya tak percaya pada Junia.

"Makasih bae? Kenapa?" Junia kembali bertanya dengan wajah tak bersalah.

"Nggak, senang aja kalau kamu manggil aku gitu."

Galore (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang