(G)tigapuluhdelapan

116 17 21
                                    

Sok atuh di vote😌

Walaupun cintamu, tak hanya untukku. Namun, cobalah sejenak untuk mengerti.

Tiga bulan sejak ia mengetahui sakitnya, Junia menjalani cuci darah dengan teratur. Bahkan, Gara selalu menemaninya. Buat apa gitu lho? Toh ujung-ujungnya dia bakal meninggal, buang-buang duit. Namun, dua bulan ke belakang ini Gara tampak sibuk.

"Pergi aja Gar, gue bakal ke dokternya sendiri." Junia tersenyum manis saat melihat Gara sibuk dengan ponselnya, bergantian menatap dirinya dengan gelisah.

Dia tau. Itu pasti Jeny. Adik semata wayangnya.

"Lo pergi kan?" Gara menatap tajam dirinya.

Lho emangnya kenapa? Terserah Junia dong kan, mau pergi kek mau nggak. Urusin aja noh selingkuhan. Eh nggak deng, adik Junia soalnya.

"Iya, gue bakal tetep pergi kok." Junia tersenyum meyakinkan.

Setelahnya, Gara pergi begitu saja bersama Lykan nya. Junia menatap nanar sepuluh lembar uang merah yang ada di tangannya yang ditinggalkan Gara untuknya. Banyak ya?

"Hoi!" Seseorang membuat Junia menatap terkejut ke depan.

"Hai Vernon!" Junia tersenyum.

Wah, kangen juga naik pajero Vernon. Boleh naik lagi nggak ya?

"Lo... beneran sakit?" Vernon duduk di sebelah Junia. Mereka tengah ada di halte dekat SMA Galaxy, sekolah Junia.

"Sakit biasa, nggak apa-apa kok." Junia tertawa.

"Ck, sakit biasa sakit biasa. Lo tuh udah sekarat, masih bilang biasa aja biasa aja."

"Itu nggak penting, jalanin aja selagi masih bisa kan? Nggak perlu dipikirin kok Ver."

"Ini yang nggak gue suka dari lo, selalu aja menganggap remeh hal yang membahayakan diri lo sendiri." Vernon berdecak lalu membuang pandangan ke arah jalanan.

"Gue nggak rasain itu bahaya buat gue kok. Selagi gue nyaman, ya gue jalanin."

"Tapi-"

Tin tin tin...

"Itu bang Levin kan Ver?" Junia sontak saja mengenggam kedua tangannya erat. Dia masih takut akan seniornya yang satu itu.

Pedes gila kek mercon.

"Iya, mantan ketua Madagaskar." Vernon ikut berdiri di samping Junia yang memasang sikap waspada.

"Wah, ini nih cewek Gara? Main di belakang sama musuh pacarnya sendiri. Hahaha." Levin turun setelah meletakkan helmnya.

"Ada apa lo ke sini?" Vernon berkata dingin.

"Eh, apa urusannya sama lo? Anak SMA tetangga." ujar Levin meremehkan.

"Abang ada urusan apa sama gue?" Junia bertanya.

"Nggak ada sih, cuma gue mau ngasih selamat aja. Selamat mendapat karma, kasian ya sekarang lo udah penyakitan plus cacat. Kasian banget temen gue Gara harus pacaran sama cewek kayak lo, pelet apa sih yang lo pake huh?" Levin tersenyum miring.

"Eh jaga ya ucapan lo! Lo liat sama siapa lo ngomong anjing!?" Vernon geram seketika.

Esmosi.

"Eits santai, lo juga harus liat sama siapa lo ngomong. Gue senior lo. Masih tuaan gue dari lo, sok nantangin lo bocah!" Levin berdecih.

"LO YA-"

"Cukup Ver, jaga emosi lo. Gue nggak apa-apa kok, udah biarin aja." Junia menahan tubuh Vernon dengan memeluk dari samping.

Galore (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang