Take my hands, my dear, and look me in my eyes.
Junia menutup mulutnya, sehabis menguap tanda mengantuk. Sesekali ia melirik ke arah Gara yang masih menunggunya dari tadi. Duduk di ujung, tanpa berpindah sedikit pun. Terkadang cowok itu memainkan macbooknya untuk membunuh rasa bosan. Kenapa sama Gara? Kok tiba-tiba gini ya? Pikir gadis itu.
"Kamu boleh pulang Junia!" tanpa menunggu jawaban, bosnya itu kembali memasuki ruangannya.
"Pulang yuk Gar!" Gara langsung menoleh saat melihat Junia berdiri di sampingnya.
"Hm." Gara merapikan barang-barangnya, Junia ingin membantu namun ia takut merusak barang mahal milik Gara.
Mereka melangkah di tengah pasar yang becek. Terkadang Junia meloncat saat melewati kubangan air, hal sekecil itu mampu membuat kata 'menggemaskan' tercipta di otak Gara. Si pangeran es berhati salju.
"Mmm lo pulang aja Gar, gue bisa kok naik angkot..." Junia celingukan mencari angkot, namun tangannya tak berhenti memainkan mainan gelangnya.
Gara melihatnya.
"Pulang." Gara langsung saja menggenggam tangan gadis itu, sontak saja permainan bandul gelang itu terhenti.
"Lain kali, kalau gugup pegang tangan gue aja!" Setelah itu Gara memacu mobilnya meninggalkan pasar tersebut, ia bahkan sadar telah membuat rona merah di pipi Junia.
Gara sangat sadar, ia sengaja.
-Glory-
"Hm makasih Gara..." Junia menunduk, sedangkan Gara menutup pintu mobil yang barusan ia bukakan untuk Junia.
"Iya, istirahat habis ini!" Junia langsung saja mengangguk lalu tersenyum menatap Gara.
"Gue balik." Gara memutar badannya, kembali ke pintu kemudi.
"Hati-hati Gar!" Junia melambaikan tangannya.
Setelah mobil mahal itu pergi, Junia menatap sepatunya dengan lesu. Ia bahkan tak mendapat gaji yang harusnya diberi hari ini, utangnya terlalu menumpuk pada si bos.
Bagaimana nasib kontrakannya ini?
Lagi-lagi hanya tersisa sebungkus mie instan di lemari makannya. Junia lapar, beras bahkan sudah habis tanpa ia ketahui. Ia benar-benar pikun untuk mencek persediaan berasnya.
Setidaknya, ia masih bisa makan untuk malam ini. Itu pikir gadis tersebut.
-Glory-
Junia menunggu bus di halte sambil memegang perutnya. Dia lapar sekali, bahkan bibirnya sudah pucat.
Kemana Regina? Sahabatnya itu tidak masuk karena ada acara keluarga di luar kota, hal ini jugalah yang membuat ia tak sarapan pagi ini. Biasanya, kalau ada Regina ia mendapat selapis roti isi daging milik sahabatnya itu.
"Masuk..." suara bariton lengkap dengan mobil mewahnya membuat Junia terkejut.
"Gara? Hm, ng-nggak usah deh Gar gue sama bus aja. Lo duluan sana nanti telat!" lirih Junia sambil memaksakan senyum, hal ini agar Gara tak mengetahui kondisinya yang sedang memburuk.
Eh? Memangnya Gara bakal peduli?
"Gue nggak suka nunggu lama, masuk!"
"Iya deh iya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Galore (Complete)
Ficção AdolescenteGravitasi tidak bertanggung jawab atas orang yang sedang jatuh cinta. -Gara- Cinta adalah bentuk amnesia saat seorang cewek lupa kalau ada lebih dari 3 miliar cowok di muka bumi ini. -June- Started : 2053 Finished : 2087 Note : Just give me somethin...