Kafi mengamati Aisyah yang terdiam. Ia bisa melihat Aisyah seperti ketakutan. "Kalau belum siap, aku gak akan maksa." ucap Kafi.
Aisyah bingung dan serba salah. Jika ia menolak, ia akan berdosa dan jika ia setuju, ia tak yakin bisa karena kejadian itu membuatnya ketakutan.
"Sudahlah, kamu gak perlu banyak berpikir. Kalau kamu gak bisa ya gak papa."
"Tapi...."
"Sudah, ayo kita makan di luar saja! Aku tidak mau makan malam hanya telur rebus, bisa bisulan aku ini." Kafi mengalihkan pembicaraan.
"Mas?" Aisyah masih merasa tak enak.
"Alakh, sudah ayo! Aku keburu mati kelaparan." Kafi mengandeng tangan Aisyah. Mengajaknya untuk keluar mencari makan.
Aisyah tersenyum tipis, wajahnya pun memerah. Ia sangat bersyukur karena Kafi termasuk orang yang pengertian walaupun sifatnya terkadang menjengkelkan banyak orang.
"Mau makan apa?"
"Terserah, Mas."
"Makan orang mau?"
"Ih..apaan sih, Mas malah bercanda." Aisyah tertawa kecil.
"Kamu bilang terserah tadi. Lagipula, kenapa para wanita hobby banget dengan kata 'terserah' tapi ujung-ujungnya protes."
"Karena wanita sulit mengutarakan apa yang mereka mau."
"Aku pikir kamu akan jawab karena para pria tak peka."
"Mas seperti berpengalaman." Aisyah mengamati wajah Kafi.
"Jalan itu lihat kedepan, bukan lihatin wajahku."
Aisyah langsung memalingkan wajahnya, tersipu malu karena ketahuan. Ia pikir Kafi fokus melihat jalan.
"Kamu jangan seperti itulah. Aku bisa khilaf. Masa aku harus terkam kamu di tengah jalan."
"Huss ngaco aja kamu, Mas." Aisyah menepuk lengan Kafi pelan.
Kafi dan Aisyah terlihat seperti pasangan romantis. Para tetangga yang melihat langsung berbisik-bisik. Ada yang senang dan mendoakan supaya Kafi sadar. Ada juga yang mengolok-olok Aisyah karena terlalu bodoh menerima Kafi.
"Wah pengantin baru mau kemana?" tanya Furqon yang tengah membawa karung besar bersama dua temannya.
"Bawa apa kamu?" Kafi balas bertanya.
"Ini bawa ayam."
"Punya siapa?"
"Nyolong di kampung sebelah. Sudah aku mau jual dulu ke rumah juragan."
"Astaghfirullah, mencuri itu dosa, Mas." Aisyah geleng-geleng kepala karena Furqon terlihat sangat tenang bahkan dia mengaku habis mencuri.
"Neng, ceramahi saja suamimu itu. Dia juga suka nyolong." Furqon dan yang lain tertawa.
"Mas?" Aisyah menatap tajam kearah Kafi.
"Apa?" tanya Kafi seolah tanpa dosa.
"Ais gak suka kalau Mas mencuri."
"Mas gak mencuri. Mereka yang mencuri. Daritadi aku kan sama kamu."
"Tapi..."
"Sudah, ayo lanjut jalan." Kafi memotong ucapan Aisyah. Mengajaknya untuk segera pergi.
"Kasihan banget Neng Ais. Dapat suami gendeng kayak Kafi," gumam Furqon melanjutkan langkahnya.
Aisyah merasa kesel, sepanjang perjalanan ia diam. Sampai ketempat angkringan, Aisyah juga masih tetap diam.
"Mau makan apa?" tanya Kafi. "Telur puyuh atau sate usus?"
Aisyah tak menjawab pertanyaan Kafi. Ia masih kesal.
"Ais, orang mau marah itu butuh tenaga, jadi mending kamu makan dulu yang kenyang, baru lanjutin marahnya."
"Ais tidak marah, Mas."
"Lalu apa? Ngambek? Sama saja dong." Kafi tertawa.
"Sudah, bungkus aja Mas. Kita makan di rumah." Aisyah tak nyaman jika harus makan di luar karena bayak pria yang tengah makan juga di sana.
"Pak Bejo, bungkus ya," ucap Kafi.
"Ambil saja, itu plastiknya. Biasanya juga tinggal ambil," ujar Bejo.
"Ayo pilih!" Kafi memerintahkan Aisyah untuk memilih apa yang dia mau.
Aisyah sendiri hanya menuruti perintah Kafi. Ia memilih yang ia inginkan. Namun ketika ia akan mengambil telur puyuh ternyata ada seseorang yang juga ingin mengambilkannya.
"Mas Umar," gumam Aisyah pelan saat melihatnya.
"Ais?" Umar tak kalah terkejutnya ketika melihat Aisyah. "Ya sudah, ambil saja buat kamu. Biar aku pilih yang lian."
"Tidak Mas, buat Mas aja. Ais, sudah ada yang lain." Aisyah menolak karena ia tau, Umar sangat menyukai telur sate telur puyuh.
"Sungguh, Mas tidak papa." Umar menyodorkan sate telur puyuh itu pada Aisyah.
Kafi merasa cemburu. Ia mengambil sate telur puyuh itu dan memakannya. "Perkara telur saja ribet. Daripada kalian berdua gak mau. Buat aku saja."
Umar dan Aisyah salah tingkah, mereka berdua menyadari jika telah berbuat hal konyol. Mungkin semua itu terjadi karena mereka masih memiliki perasaan satu sama lain yang seharusnya rasa itu tak boleh ada saat ini.
_______________
Diskon 5biji. Masih banyak silent reader nya 🐈🐈
300 vote lagi ya.
Jika sudah tercapai up 👻👻👻
Curcol dikit:
Sebenarnya mau Hiatus sementara but pada DM. Jadi galau. Thank you for support'y 👻🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIED (Aisyah &Kafi)
RomansKisah kehidupan setelah menikah tidaklah semudah ucapan. Begitu juga dengan rumah tangga Kafi dan Aisyah. Kafi seorang preman yang berusaha untuk insyaf walaupun kenyataannya tak mudah dan Aisyah harus berjuang melawan traumanya akibat pelecehan yan...