Dua Puluh Dua

4.2K 574 169
                                    

Kafi murka, ketika sampai rumah. Ia melihat Aisyah yang tengah di maki-maki oleh Minah.

Kafi berjalan dan memungut jilbab milik Aisyah. Ia tak suka, istrinya di perlakukan seperti ini.

Ibu-ibu yang menyadari kedatangan Kafi langsung menyingkir serempak seperti di komando. Sedangkan Sari, Minah dan Laila masih bertengkar tak menyadari kedatangan Kafi.

Plakk...plakk

Kafi menampar Minah dan juga Laila.

"Ka, Kafi," ucap Minah gugup sembari memegangi pipinya yang sakit karena Kafi menamparnya cukup keras hingga mulutnya terasa asin. Minah yakin bibirnya berdarah.

Kafi segera memakaikan Aisyah jilbab dan meraihnya kedalam pelukannya.

"Tenang, Sayang. Jangan takut. Aku di sini." Kafi mengusap-usap punggung Aisyah.

Laila dan Minah salah tingkah. Mereka ingin kabur tapi seakan tak bisa beranjak pergi dari tempat itu.

"Mereka berdua memaki-maki dan menuduh Aisyah sejak tadi," adu Sari.

"Furqon!" seru Kafi.

"Siap, Bos." Furqon bergegas mendekat ke arah Kafi.

Sedangkan Laila langsung mundur begitu menyadari adanya Furqon. Ia masih mengingat jelas apa yang telah dilakukan Furqon padanya hingga mengakibatkan ia lumayan depresi saat itu dan merasa jijik pada dirinya sendiri.

"Bereskan dua setan itu!" perintah Kafi.

"Laksanakan." Furqon segera menyeret Minah dan Laila.

"Aku sedang hamil, jangan coba-coba kasar denganku!" protes Minah yang merasakan sakit pada pergelangan tangannya karena Furqon menariknya mungkin lebih tepatnya menyeretnya menjauh dari Aisyah.

"Seharusnya kamu jadi wanita hamil itu diam di rumah, bukannya buat onar," cibir Furqon.

"Lepaskan kami, tolong-tolong!" teriak Laila. Ia benar-benar ketakutan, ia takut kejadian dulu terulang lagi.

"Tidak ada yang akan menolong kalian berdua." Furqon membawa Minah dan Laila menjauh dari rumah Kafi.

Furqon pikir Laila telah sadar dengan kejadian dulu, tapi nyatanya tidak. Kematian suaminya dan kebangkrutan yang dialaminya tidak merubah tingkah laku Laila yang sombong.

"Mau di bawa kemana mereka?" tanya Dadang penasaran.

"Mau buat mainan kuda-kudaan di pos ronda," jawab Furqon asal.

Wajah Laila memucat seketika. Ia sungguh-sungguh takut dengan Furqon. Ia tak mau dilecehkan lagi oleh Furqon seperti dulu.

Laila menginjak kaki dan menggigit tangan Furqon keras kemudian kabur melarikan diri.

"Sialan!" umpat Furqon kesakitan.

Furqon yang tengah kesakitan di manfaatkan oleh Minah untuk kabur juga.

"Setan kalian berdua!" Furqon mengejar Minah dan Laila.

Aksi kejar-kejaran terjadi di antara mereka. Namun itu tidak berlangsung lama karena Minah tak sanggup berlari lagi. Perutnya terasa sangat sakit.

"Aduh sakit." Minah memegangi perutnya.

Laila yang tidak ingin tertangkap memilih untuk tetap berlari meninggalkan Minah yang tengah kesakitan.

"Syukurin," ucap Furqon begitu sudah dekat dengan Minah.

"Perutku sakit sekali."

Keringat dingin mulai keluar dari tubuh Minah. Rasanya perutnya sungguh sakit seperti diremas-remas.

"Orang hamil, kebanyakan gaya sih kamu," ujar Furqon.

"Nah kan, merembes. Perutmu bocor," sambung Furqon saat melihat darah seger mengalir dari sela kaki Minah.

"Cepat, antar aku ke puskesmas," pinta Minah yang sudah tidak tahan lagi.

"Masa bodo." Furqon lebih memilih untuk meninggalkan Minah. Entah mengapa, ia tidak merasa kasihan sama sekali dengan Minah.

"Furqon, Fur!" teriak Minah memanggil-manggil Furqon yang pergi kian menjauh.

"Astaghfirullah, Minah!" seru para ibu-ibu tadi.

Mereka penasaran dengan apa yang akan Furqon lakukan pada Laila dan Minah. Namun mereka bertiga, lari sangat cepat hingga para ibu-ibu kepo itu tertinggal jauh. Tapi begitu sampai, mereka di kejutkan oleh Minah yang tengah kesakitan.

"Ayo bawa puskesmas!" usul salah seorang ibu-ibu yang di setujui oleh lainnya.

Tanpa banyak bicara lagi, ibu-ibu itu membawa Minah ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan.

***
Sedangkan Laila, masih terus berlari secepat yang ia bisa. Ia berfikir Furqon masih mengejarnya.

Padahal Furqon sudah tidak mengejar Laila lagi. Ia malah pergi ke pos ronda untuk bersantai.

Laila yang diliputi rasa panik dan takut, memilih untuk sembunyi di semak-semak lebat yang berada di tepi sungai. Tetapi sial, ia malah terpeleset dan jatuh ke sungai.

"Tolong, tolong!" teriak Laila berharap ada yang mendengarnya.

*****

Jgn lupa mampir juga ke ceritanya si Furqon. "Blind Love."

Bagaimana keseruan preman vs pelakor.

Bagaimana keseruan preman vs pelakor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






AFTER MARRIED (Aisyah &Kafi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang