"Mas, sakit tangan Ais." Aisyah meminta Kafi untuk melepaskan cengkraman tangannya tapi Kafi tidak peduli. Dia terus berjalan cepat hingga Aisyah terseok-seok kesusahan untuk mengimbanginya.
Aisyah ingin protes kembali tapi akhirnya ia urungkan. Aisyah tau, Kafi pasti tengah kesal. Lagipula Aisyah tidak bisa menyalahkan Kafi karena tidak ada pria yang suka mendengar kata-kata seperti yang Umar katakan.
"Kaf, kasian itu istri kamu," ucap salah seorang ibu-ibu yang tengah belanja di warung Bu Sari yang letaknya tidak jauh dari rumah Kafi.
Kafi tak mempedulikan ucapan ibu-ibu itu. Ia hanya ingin segera sampai rumah dan beristirahat. Emosinya masih tinggi, ia tak ingin mengacaukan semuanya dengan mengamuk yang akan buat Aisyah ketakutan, lebih baik ia pulang dan tidur.
Ibu-ibu yang lain saling berbisik-bisik melihat Aisyah dan Kafi. Mereka jadikan Aisyah dan Kafi topik gosip hari ini sambil belanja.
"Nah, lihat kan jeng. Kafi itu kurang waras, masa istrinya di seret gitu," ucap ibu-ibu berbaju putih.
"Semoga saja itu si Aisyah masih hidup besok. Aku ngeri nanti seperti di televisi itu loh, Bu. Di mutilasi, kan ngeri ya. Apalagi Kafi itu mantan narapidana kasus pembunuhan. Huh ngeri." Ibu-ibu berbaju merah terlihat ngeri membayangkan Aisyah di bunuh oleh Kafi.
"Si Aisyah saja yang bodoh, baik Umar kok. Harusnya nikah saja sama Umar. Gak apa-apa juga jadi istri kedua. Anak Minah kan bukan anaknya Umar," ujar Sari pemilik warung.
Semua terus menerus membicarakan Kafi dan Aisyah. Seolah mereka seorang komentator, berpendapat apapun sesuka hati mereka seakan mereka yang paling benar dan paling tahu.
***
Sesampainya di rumah, Kafi melepaskan tangan Aisyah. Ia jengkel setengh mati ingin membunuh Umar saat ini. Tapi tidak kesampaian karena para warga dan Bapak mertuanya ikut campur.
"Mau minum apa, Mas?" Aisyah mencoba untuk tetap sabar meskipun Kafi telah kasar padanya.
"Aku tidak mau minum!" bentak Kafi.
"Atau mau Aisyah buatkan makan?"
"Aku tidak ingin apapun selain membunuh mantan pacarmu itu."
"Astaghfirullah, sadar Mas."
"Aku sadar seratus persen, dia yang tidak sadar. Harusnya malu, mengatakan masih cinta sama kamu padahal aku ini suami sah mu. Atau jangan-jangan saat ini kamu tengah senang dan berharap balikkan lagi dengan Umar?"
"Wajar kalau Mas marah, tapi Mas tidak boleh menuduh sembarangan seperti itu."
"Aku tidak menuduh. Nyatanya kamu masih lihatin dia terus waktu di angkringan. Pantas saja si Umar jadi seperti itu karena kamu masih suka dengannya."
Aisyah tertunduk. Ia tak bisa menjawab apapun. Bohong jika ia mengatakan tidak ada rasa apapun untuk Umar saat ini. Tentu saja, rasa itu masih ada. Apalagi Umar adalah cinta pertama Aisyah. Tapi sungguh, Aisyah tak pernah berpikiran untuk kembali pada Umar. Mereka telah menempuh jalan masing-masing.
"Kenapa kamu diam? Kamu masih mencintai Umar?"
"Ais sedang berusaha untuk mencintai, Mas."
Kafi tersenyum kecut mendengar ucapan Aisyah. Ternyata benar, Aisyah masih mencintai Umar.
Tak banyak bicara, Kafi memilih untuk pergi ke pos ronda untuk menenangkan diri. Lebih baik ia bergabung dengan teman-temannya dan minum sepuasnya.
"Mas mau kemana?" tanya Aisyah yang merasa sangat bersalah dengan kejujurannya. Tapi Aisyah lebih memilih jujur meskipun itu menyakitkan bagi Kafi.
"Apa pedulimu?! Kemanapun aku pergi, bukan urusanmu." Kafi menjawab sambil berjalan tanpa melihat Aisyah.
"Mas, aku istrimu. Aku berhak tahu."
Kafi menghentikan langkahnya. Lalu berbalik ke arah Aisyah. "Istriku?"
Kafi tertawa cukup keras. "Kamu istriku hanya sebagai status saja. Hatimu ada bersama orang lain."
"Aku sudah pernah katakan itu, tapi sungguh, aku sedang berusaha untuk mencintaimu, Mas. Aisyah mohon, bantuan Mas."
"Aku sudah berusaha. Tapi memang kamunya saja tidak niat. Kalau masih cinta sama Umar, terus aku bisa apa?"
"Mas," lirih Aisyah.
"Sudahlah, aku malas berdebat denganmu. Sana kamu berpikir, gunakan otakmu." Kafi tak peduli jika Aisyah tersinggung dengan ucapannya yang kasar ini. Ia juga sakit hati karena istrinya masih mencintai pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIED (Aisyah &Kafi)
RomanceKisah kehidupan setelah menikah tidaklah semudah ucapan. Begitu juga dengan rumah tangga Kafi dan Aisyah. Kafi seorang preman yang berusaha untuk insyaf walaupun kenyataannya tak mudah dan Aisyah harus berjuang melawan traumanya akibat pelecehan yan...