Dua Puluh Empat

7.8K 698 214
                                    

Para perangkat desa, menuju lokasi yang di beritahukan oleh Dadang.

"Kenapa ini, Bu Siti?" tanya Suwarno, kepala desa Kembang.

"Ehm anu, ehm Minah." Bu Siti gugup sendiri.

"Coba periksa!" perintah kepala desa pada bawahannya.

"Inalillahi wainailaihi rojiun. Minah sudah meninggal," balas Karso, wakil kepala desa.

"Cepat urus jenazahnya dan beritahukan kepada keluarganya. Lalu Bu Siti, Pak Tarjo ikut saya sebagai saksi," ucap Suwarno.

"Tapi bukan kita pelakunya." Siti membela diri, ia tak mau di jadikan tersangka.

"Iya benar, Pak Kades. Bukan kita pelakunya," timpal Tarjo.

"Kalian berdua hanya akan dimintai keterangan. Mari ikut!"

Dengan berat hati, Siti dan Karjo mengikuti Suwarno ke balai desa untuk dimintai keterangan.

***
Berita kematian Minah tersebar cepat. Belum ada satu jam, seluruh kampung sudah mengetahuinya. Apalagi kepala desa juga memanggil semua ibu-ibu yang berada di lokasi kejadian. Furqon pun tak luput dari panggilan kepala desa untuk dimintai keterangan.

"Kaf, Kafi!" Sari mengetuk-ngetuk pintu rumah Kafi cukup keras.

Kafi dan Aisyah yang tengah berada di kamar, segera keluar untuk membukakan pintu.

"Ada apa?" tanya Kafi saat mendapati wajah Sari yang panik.

"Ayo kita ke balai desa, tadi orang suruhan Pak Kades meminta kita semua kesana," jelas Sari.

"Owh bantuan sembako sudah turun ya?" ujar Kafi. Ia berpikir telah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang di berikan tiap bulannya.

"Tumben aku dapat," lanjut Kafi heran karena selama ini, ia tidak pernah menerima bantuan apapun.

"Bukan sembako. Duh kamu ini," gemas Sari.

"Lalu apa? Uang tunai? Bagus kalau gitu. Tidak usah panik, ayo ke sana." Kafi bersemangat untuk pergi.

"Kaf, bukan itu!" seru Sari kesal.

"Apa sih kamu ini, Bu. Tidak jelas amat. Tadi bilang di suruh ke balai desa."

"Iya, tapi bukan untuk terima bantuan. Kita akan di interogasi tentang penyebab kematian Minah."

"Inalillahi wainailaihi rojiun," balas Kafi dan Aisyah bersamaan. Mereka berdua tidak tahu kalau Minah sudah meninggal.

"Jangan gosip, Bu. Orang masih hidup seger bisa bentak-bentak dan mencaci maki orang lain, masa sekarang di kabarkan meninggal," ujar Kafi tak percaya.

"Ih kamu ini tidak percaya, aku tadi dengar dari ibu-ibu yang belanja di warungku. Lalu tak lama ada orang suruhan Pak Kades datang."

"Masa sih, Bu." Aisyah juga masih tak percaya dengan kematian Minah.

"Daripada kalian kebanyakan tanya, mending kita kesana sekarang." Sari menarik Aisyah untuk ikut dengannya.

"Biar Aisyah aku yang gandeng." Kafi meraih tangan Aisyah dan menggandengnya.

"Sok romantis," cibir Sari.

Aisyah tersipu malu, sedangkan Kafi cuek-cuek saja. Tak peduli dengan cibiran orang.

***
Sesampainya di balai desa. Ternyata di sana sudah ramai orang-orang yang mungkin penasaran.

"Kaf, Kafi!" panggil Furqon.

"Kamu sudah nyempil di sini aja." Kafi menghampiri Furqon.

"Iya, aku di suruh kemari."

"Itu bagaimana ceritanya Minah bisa meninggal?"

Aisyah bertanya pada Furqon karena penasaran. Ia hanya tahu, Minah terakhir di bawa oleh Furqon tadi.

"Aku saja tidak tahu. Aku di panggil kesana, Minah udah kejang-kejang."

"Bukannya Minah tadi sama kamu?" tanya Kafi.

"Iya, terus aku tinggal ke pos ronda."

"Kenapa bisa mendadak meninggal gitu?" Kini Sari ikut bertanya.

"Perut dia bocor, salah sendiri lari-lari. Sudah tahu lagi hamil," balas Furqon.

"Heh perut bocor gimana, Fur?" Kafi tak mengerti.

"Bocor, merembes," sahut Furqon cepat.

"Yang benar aja, masa perut bocor terus merembes." Sari menjitak kepala Furqon.

"Ish apa sih, kenyataannya seperti itu." Furqon menepis tangan Sari.

"Kamu sih, kalau ngomong asal jeblak aja," balas Sari.

"Maksudnya Minah keguguran?" Aisyah mencoba untuk memastikan.

"Iya, dia pendarahan terus keguguran mungkin," jelas Furqon.

Semua mengangguk paham dan merasa iba pada Minah meskipun Minah jahat. Tapi tetap saja, mereka kasihan, Minah meninggal dengan tragis.

"Lalu bagaimana dengan Laila?" tanya Kafi yang tiba-tiba mengingat tentang Laila.

"Mana aku tahu." Furqon memang tidak tahu dimana Laila berada saat ini.

"Assalamualaikum."

Ucapan salam menghentikan percakapan mereka.

"Waalaikum salam," sahut Aisyah dan Sari. Sedangkan Kafi dan Furqon menatap sinis pada orang itu.

"Mas Umar," lirih Aisyah kasihan melihat wajah Umar yang sedih.

"Ais," gumam Umar pelan.

Kafi segera meraih Aisyah pada pelukannya dan menatap tajam pada Umar yang hendak mendekati Aisyah. Kafi benar-benar tidak suka melihat interaksi diantara mereka berdua.

AFTER MARRIED (Aisyah &Kafi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang