Dua

5.7K 665 113
                                    

Kafi pergi ke pos ronda dimana teman-temannya biasa berkumpul. "Bangun!" Kafi menjitak kening Furqon yang masih terlelap.

"Setan kamu!" umpat Furqon kaget.

"Kamu itu yang setan." Kafi mendorong kaki Furqon sedikit, lalu ia duduk.

"Tumben, pagi begini kamu sudah bangun?"

"Aku butuh duit."

"Kamu mau ngutang?" Furqon tertawa.

"Ngutang sama kamu itu hal mustahil. Kamu kan preman kere," cibir Kafi.

"Sadar diri dong, kamu juga kere." Furqon terkekeh.

"Dimana aku bisa dapat duit?"

"Bagaimana kalau kita malak ke pasar? Masih pagi pasti ramai," ujar Furqon yang diangguki setuju oleh Kafi.

Mereka berdua menuju pasar untuk memalak para pedagang dengan alasan uang keamanan.

"Bu, duit!" Kafi dan Furqon meminta uang pada para pedagang.

"Aku saja jualan belum laku," ujar penjual yang di palak oleh Kafi dan Furqon.

"Alasan saja kamu, nanti aku kembali lagi dan kamu harus kasih jatah untuk kita!" Furqon menggebrak meja yang di gunakan untuk menata dagangan. Lalu mereka pergi untuk memalak yang lainnya lagi.

"Wong edan!" Kesal pedagang itu. Dagangan belum laku satupun sudah di mintai uang.

***
Hari sudah mulai siang, Kafi dan Furqon kembali ke pos ronda. Mereka di sana menghitung hasil memalaknya hari ini.

"Lumayan pendapatan kita hari ini," ucap Furqon.

"Sini bagian milikku." Kafi merebut jatah miliknya. "Aku pulang dulu."

"Gak nongkrong dulu? Kita minum bareng-bareng," ajak Furqon.

"Gak, aku harus pulang. Ais pasti sudah lapar," tolak Kafi. Ia mengingat Aisyah yang pasti belum makan.

"Suami yang baik." Furqon tertawa mengejek, tapi di abaikan begitu saja oleh Kafi.

Dalam perjalanan pulang, Kafi mampir ke warung makan milik Pak Tarjo. "Pak nasi sayur satu di bungkus!"

"Belum ada," balas Tarjo.

"Jangan bohong, itu sudah ada yang makan." Kafi melotot galak pada Tarjo.

"Itu cuma nasi sama tempe terus sambal," jawab Tarjo.

"Ya sudah bungkus saja."

Tarjo membungkus pesanan Kafi. "Lima ribu saja," ucapnya kemudian.

"Ngutang." Kafi mengambil bungkusan itu lalu pergi.

"Astaghfirullah." Tarjo hanya bisa geleng-geleng kepala. Semua warga kampung sudah hafal dengan kelakuan Kafi.

Sesampainya di rumah, Kafi mencari keberadaan Aisyah. "Ais!" panggilnya.

"Wa'alaikum salam," sahut Aisyah sambil membawa ember berisi cucian yang akan di jemur.

"Iya, assalamualaikum," ucap Kafi.

"Seharusnya sebelum masuk ke rumah, ucapkan salam terlebih dahulu."

"Alakh, masuk ya masuk saja. Sudah kamu makan dulu." Kafi mengambil alih ember yang Aisyah bawa lalu memberikan nasi bungkus yang ia bawa. "Cuma tempe sama sambal," ucap Kafi.

"Terima kasih, Mas." Aisyah tak tau jika nasi itu hasil memalak.

"Hmm." Kafi hanya berdehem kemudian keluar untuk menjemur pakaian.

Aisyah tak langsung makan, ia melihat Kafi yang tengah menjemur pakaian. Tak terasa, sudut bibir Aisyah tertarik membentuk sebuah senyuman. Aisyah tak menyangka jika Kafi bisa pengertian seperti itu karena yang Aisyah tau, banyak para pria yang malu untuk membantu istrinya. Apalagi membantu menjemur pakaian.

Setelah menjemur pakaian, Kafi masuk kembali ke rumah. Ia melihat Aisyah tengah duduk dan belum memakan nasi bungkus yang ia bawa. "Kenapa tidak di makan?"

"Ais nungguin, Mas. Kita makan bersama."

"Makan saja, aku sudah makan tadi bersama Furqon." Kafi melepas jaketnya lalu ia lemparkan asal di kursi.

"Mas beneran sudah makan?" Aisyah tau jika Kafi tidak memiliki uang, ia tak mau di saat dirinya kenyang sedangkan suaminya kelaparan.

"Iya," jawab Kafi singkat. "Buat belanja." Kafi memberikan uang seratus ribu untuk Aisyah.

"Mas dapat uang dari mana?" tanya Aisyah penasaran.

"Kerja, memangnya dari mana lagi? Gak mungkin kan? Duit jatuh sendiri dari langit."

"Bukan begitu, Mas. Tapi Ais ingin tau, apa pekerjaan, Mas?"

"Tidak usah cerewet, sudah makan saja yang kenyang. Aku mau pergi lagi."

"Mau kemana lagi, Mas?"

"Mau nongkrong di pos ronda."

"Mau judi?" Aisyah sangat tau, jika pos ronda sering di jadikan tempat nongkrong dan judi. "Apa uang ini hasil judi?"

"Astaga, kamu itu memang yah! Sama kayak Bapakmu. Cerewet." Kafi mengambil jaketnya kembali lalu hendak pergi lagi.

"Kalau mau pergi, setidaknya mandi dulu, Mas!" seru Aisyah.

"Hemat air." Setelah mengucapkan itu, Kafi segera pergi. Ia memang tak biasa berada di rumah. Ia lebih suka nongkrong dan berjudi bersama teman-temannya.

****

300 vote up lagi 👻👻👻👻👻

AFTER MARRIED (Aisyah &Kafi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang