13

4.7K 290 30
                                    

Pagi ini dengan semangat Ali berangkat menuju kantor, dirinya tak sabar untuk bertemu Prilly. Wanitanya yang tidak dapat dihubungi membuatnya resah semalaman. Sebelum berangkat dirinya sarapan dengan nasi goreng yang sudah dibuatkan oleh pelayannya, selesai sarapan langsung berangkat dengan mobil Porsche Carrera kesayangannya. Membawanya dengan kecepatan rata-rata, bibirnya tak berhenti menampilkan senyum manis miliknya. Setelah memarkirkan mobilnya di basement, Ali berjalan dengan gagahnya di lobby membuat semua karyawan perempuan semakin terpesona akan ketampanan. Dan juga membuat semuanya heran karena tak biasanya Presdir nya itu menampilkan senyum yang ternyata sangat manis. Semuanya memperhatikan presdirnya hingga sosoknya hilang dibalik lift.

Ali melihat di meja Prilly masih kosong pertanda Prilly belum datang jadi Ali memilih untuk menunggunya di dalam. Tapi hingga pukul 9 wib Prilly juga belum datang menghampirinya, membuat perasaan resah nya semakin menjadi. Terdengar ketukan pintu membuat Ali tersenyum, berpikir jika itu adalah Prilly.

"Masuk."

Pintu terbuka dan membuat senyum Ali lenyap. Bukan Prilly melainkan Sinta kepala HRD membuat Ali mengernyitkan dahinya.

"Permisi pak Afri saya ingin memberi surat pengunduran diri Prilly." Sinta menaruhnya di atas meja kerja Ali, Ali terkejut mendengarnya dan mengambil surat itu.

"Maksud kamu apa? Prilly sungguh sungguh? Kamu dapat surat ini dari mana Sinta?" Tanya Ali kencang.

"Saya mendapati surat itu di atas meja saya tadi pagi pak. Saya kira Prilly sudah mengatakannya kepada pak Afri." Sinta menundukkan kepalanya tak berani menatap Ali.

"Shitt! Silahkan keluar!" Ucap Ali penuh penekanan dan Sinta pun segera keluar dari ruangan Ali menuju ruangannya.

Dengan cepat Ali mengambil ponselnya dan kembali menghubungi Prilly tapi lagi lagi nomor itu tak aktif. Ali menghela nafas panjang.

"Kamu kenapa gini sayang? Kamu kemana sih?" Ali memijat dahinya yang terasa berdenyut keras.

"Gua harus nanya Safia."

Dengan segera Ali menekan interkom dan meminta Safia keruangannya.

"Safia tolong keruangan saya sekarang."

"Semoga Safia tau kamu kemana ya sayang." Lagi lagi Ali menghela nafas panjang. Dan kembali pintu diketuk.

"Masuk."

Dan muncul Safia dengan ragu mendekat ke meja Ali.

"Ada apa pak Ali manggil saya?" Tanya Safia pelan.

"Kamu tau Prilly kemana?"

"Maksud pak Ali?" Safia mengernyitkan dahinya bingung.

"Prilly kemana? Kenapa dia mengundurkan diri dari perusahaan?" Sontak pernyataan Ali membuat dirinya terkejut.

"Apa?! Kenapa bisa?" Teriak Safia.

"Ya makanya saya nanya sama kamu Safia." Ali memutar bola matanya.

"Saya ga tau pak Ali. Pak Ali udah coba hubungin Prilly?"

"Sudah saya coba berkali kali tapi tak aktif."

"Javian?" Ya Safia memang mengenal Javian.

"Ah ya kau benar." Dengan cepat Ali menghubungi Javian dan ternyata sama tak aktif.

"Ga aktif." Ali menopang kepalanya.

"Duh gimana dong pak? Saya khawatir apalagi Prilly lagi hamil." Safia menggigit kuku jarinya cemas. Ali yang mendengar ucapan Safia langsung mengangkat kepalanya dan menegakkan tubuhnya.

My Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang