15

5.3K 315 40
                                    

Hari terus berjalan Ali masih terpuruk oleh kenyataan. Memikirkan dimana cintanya itu? Dimana buah hatinya? Apa mereka baik? Apa mereka merindukannya juga? Rasanya sangat sakit mengingat Prilly dan anaknya pergi meninggalkannya. Ali selalu melamun, terdiam tak berucap sepatah katapun, terakhir waktu makan rendang oleh Kayla setelah itu kembali seperti semula. Seperti saat ini Ali sedang berada di ruang tengah duduk diam menatap layar yang menampilkan video cinta nya itu, air mata tampak jelas di kedua bola matanya mengumpul seakan sudah tak sanggup untuk dikeluarkan, dan air matanya pun menetes ketika menampilkan video dirinya dan Prilly ketika berada di Roma, momen dimana dia melamar cintanya, momen dia diterima dan hari resmi mereka. Lalu video berganti menampilkan Prilly yang tengah tertawa karena ulahnya yang menggelitiki perutnya dan itu berhasil membuat Ali tertawa kecil. Prilly sangat berarti untuk hidup Ali, tanpanya Ali sudah seperti ini, kehilangan semangat hidup, terkena depresi, dan menelantarkan pekerjaannya.

Ali menunduk melihat cincin yang melingkar indah di jari manisnya, cincin pengikat mereka. Ali sungguh merindukan Prilly. Rindu akan segala kepolosan dan tingkah lakunya.

"Aku rindu kamu sayang Prilly." Batin Ali lirih.

"Aku ga akan nyerah nyari kamu sayang, aku ga sanggup jalanin semuanya sendiri sayang hiks." Air matanya semakin deras turun dari bola matanya seakan berlomba lomba untuk sampai di bawah.

"Kamu baik kan sayang? Dede bayi sehat kan sayang? Aku pengen liat rengekan manja kamu, nurutin ngidamnya kamu sayang hiks aku ga bisa tanpa kamu." Ali menangis terisak bahunya terguncang hebat menandakan betapa terpuruknya Ali.

Kayla yang dari tadi memperhatikan abangnya itu dari atas ikut merasakannya, merasakan kesedihan abangnya, merasakan keterpurukan abangnya itu. Abang kesayangannya itu benar benar mencintai Prilly, perempuan satu-satunya yang membuat abangnya jatuh sedalam dalamnya.

"Aku harap kak Prilly segera kembali dan membuat bahagia hiks aku ga tega liat Abang kaya gitu."

"Hidup tapi bagai patung yang terus diam."

"Kay kangen bang, Kay kangen abang yang dulu, walaupun Abang dingin tapi Abang sangat menyayangi kay hiks Kay kangen abang." Tangis Kayla semakin kencang sama seperti Ali.

"Kak Prilly cepat pulang kak, Kay ga tega liat Abang gini terus." Lirih Kayla.

Sudah tak sanggup melihat keadaan Ali. Kayla menghapus air matanya dan turun kebawah menghampiri Ali.

"Bang." Ali menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah Kayla, wajahnya basah karena air matanya.

"Abang jangan nangis, Kayla ga suka liat Abang nangis." Kayla menghapus air mata Ali. Mengusap lembut pipi abangnya yang mulai tirus. Bukan hanya pipi, bahkan bobot badannya juga menurun benar benar menandakan keterpurukan abangnya.

"Ali kangen sayang Prilly. Ali mau ketemu sayang Prilly. Ali mau ketemu Dede bayi." Ucap Ali dan lama lama Ali mulai berteriak histeris.

"Ali mau Prilly, Ali mau Prilly." Ali menjambak rambut. Kayla menangis melihat Abangnya seperti ini, dengan cepat merengkuh kedalam pelukannya, menahan tubuh abangnya yang memberontak.

"Husst Abang jangan gini bang, kak Prilly bakal kesini kok." Kayla menenangkan Ali, mengusap lembut rambut dan punggung abangnya.

"Hikss Ali hiks mau Prilly." Lirih Ali semakin membuat tangis Kayla deras.

"Iya kak Prilly bakal pulang buat abang. Abang sabar ya, kak Prilly akan pulang sebentar lagi." Ali mendongak menatap Kayla sendu.

"Prilly pulang buat Ali? Prilly pulang mau ketemu Ali kan sama Dede bayi? Jawab Ali."

My Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang