Bab. 8

9K 1.6K 545
                                    

Alif menatap tajam ke arah Bagus, dia yakin kalau tadi tidak salah dengar. Bagus yang di kenal tidak banyak bicara, tidak pernah dekat dengan perempuan manapun, dan mengesampingkan urusan cinta.

Ternyata memiliki rahasia dengan sesuatu yang di sebut cinta.

"Aku masih mencintainya Tlas, sulit jika harus mengikhlaskan." Ulang Alif sembari berjalan pelan ke arah Bagus dan Atlas.

"Bucin sama siapa elu?!" tanya Alif galak. "Bacotnya udah kek bucin tingkat dewa aja," lanjut Alif.

"Ada Althaf, ngomongnya yang bener!" tegur Atlas.

"Mana bocil?" Alif mengedarkan pandangan dan menemuka Althaf yang tengah menenggelamkan kepalanya di dalam aquarium.

"Peta anak elu tuh!!!" Alif langsung berlari ke arah Althaf dan menarik bocah itu dengan rasa khawatir.

Air dari dalam aquarium bercucuran di lantai. Atlas tidak kalah panik, dia takut jika Althaf kesetrum lampu hias aquarium.

"Ya Allah..." Atlas langsung mengambilalih Althaf dari Alif.

"Kamu ngapain?"

"Lihat ikan lebih dekat lagi Papa, soalnya tadi waktu aku tanya kenapa meleka gak tidul, meleka gak jawab, aku pikir budeg. Jadi aku belusaha masuk dalam aqualium," jawab Althaf tanpa rasa bersalah karena telah membuat Atlas, Alif, dan Bagus, hampir terkena serangan jantung.

"Ini anak sape sih? Dora apa elu?!" geram Alif. Atlas hanya mengerjapkan mata.

Tiba-tiba Hafsah dan Pak Ummar datang karena mendengar keributan.

"Astaghfirullah..." Hafsah terkejut begitupun Pak Ummar.

"Kok basah begini?" tanya Hafsah.

"Hujan ya?" tanya Ummar.

"Masuk aquarium," jawab Atlas. Untuk kesekian kalinya Hafsah dan Ayahnya beristigfar.

"Ayo ganting baju." Hafsah langsung mengambilalih Althaf dari Atlas dan membawanya ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Ummar mendekat ke arah quarium.

"Ikannya ilang satu, kena telan Althaf," ucapnya pelan. Dan membuat Atlas, Alif, serta Bagus melongo. Mertua Atlas memang bobrok.

Bagus menghela napas lega, setidaknya saat ini Alif tak perlu tahu apa yang tengah dia alami, Alif hilang ingatan sejenak karena tingkah bobrok Althaf, tapi Bagus harus siap kapan saja saat Alif kembali membahas hal itu.

Tidak lama kemudian, Alfan muncul sembari membawa mainan berupa mobil tayo. Dia berlari ke arah aquarium.

"Bang Altan, ikannya kena telan Bang Atlhaf, benel kata biksu Ummar." teriak bocah itu. Atlas menggaruk rambutnya yang tidak gatal, sedangkan Bagus dan Alif. Masih mode melongo.

Tidak lama kemudian Altan muncul dengan wajah datar.

"Tuh hitung, tadi aku hitung cuma ada lima, atulan kan ada enam."

"Coba hitung lagi," balas Athan.

Altaf langsung menghitung. "Satu, dua, tiga, lima."

"Empatnya mana?"

"Hilang."

"Kok bisa?!" Altan terlihat panik.

Mata Altaf berkaca-kaca. "Aku gak tahu, bukan aku yang menculi."

Altan tidak menjawab, dia tampak mencari sesuatu. Kedua bola matanya itu menatap ke arah meja.

"Abang punya solusi," ucapnya sembari berjalan ke arah meja. Atlas, Bagus, dan Alif masih setia memperhatikan.

About Time [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang