Ya Allah, maaf karena aku tak bisa melupakan dia, diri ini terlalu lemah jika harus melupa. Dan ternyata sesungguhnya aku terlalu bodoh. Karena masih ada jutaan manusia di dunia ini tapi malah tetap suka sama satu orang yang selalu menyakiti hati.
•About Time•Karya Nadia Pratama
Diva menatap sengit ke arah Qilla, ternyata saingannya begitu cantik, anggun, menawan, dan berhijab. Sedari tadi gadis itu terus memperhatikan Qilla dari ujung kaki hingga kepala. Qilla tampak sempurna di mata Diva.
Apalah daya jika dia di sandingkan dengan Qilla, Diva bagaikan biji rambutan yang kalau kena gigit rasanya pahit, sedangkan Qilla daging buahnya. Manis.
“Eh tapi rambutan juga kadang ada yang asam,” ucapnya dalam hati.
Qilla datang karena dia mendapat pesan dari Bagus bahwa Randi dilarikan ke Rumah Sakit karena kejang, gadis itu sebenarnya tidak peduli, tapi bayangan wajah Randi terlintas. Akhirnya Qilla tancap gas menuju alamat Rumah Sakit yang diberikan Bagus.
“Wah… kalau Kak Randi tahu ada Kak Qilla, auto sembuh dan gak kejang lagi,” ucap Cindy. Qilla hanya tersenyum kecil mendengar penuturan itu.
Alif menoleh, menatap Nak Rosa. “Eh kok ada Nenek?” tanyanya kemudian menangkupkan kedua tangan di depan dada, begitupun Bagus dan Atlas.
“Randi gak cerita?” tanya Nek Rosa. Alif, Atlas, dan Bagus, kompak menggeleng.
“Ini cucu Nenek.” Nek Rosa merangkul Diva. “Tadi habis melamar Randi.” Lanjut Nek Rosa. Mata Qilla membulat kala mendengar penuturan itu, melamar Randi? Tapi sore tadi Randi melamarnya. Ini kenapa sih?!
“Belum jawab tapi Nak Randi kejang.” Imbuh Nek Rosa.
“Saya baru tahu Nenek punya cucu,” ucap Bagus.
“Karena selama ini Diva tinggal di Bali dengan Ayahnya,” jawab Nek Rosa. Bagus mengangguk.
Tidak lama kemudian tim dokter keluar sembari mendorong brankar Randi untuk memindahkan cowok itu ke ruang inap biasa. Ya malah seharusnya Randi dipindah ke Rumah Sakit Jiwa sekalian karena telah merepotkan dan memasukkan tim dokter menjadi teman aktingnya.
Tim dokter menghentikan langkah dan menatap orangtua Randi. “Kami akan memindahkan ke ruang inap biasa Pak, Bu,” ucap dokter yang beberapa menit lalu memanggil Ghozali untuk masuk ruang UGD.
“Baik dok,” balas Ghozali. Alif melihat siluman ular yang tengah akting sekarat di atas brankar itu. Seketika ide cemerlang muncul dalam otaknya.
“Ran, ada Kak Qilla.” Teriak Alif.
“Mana?!” Rafleks Randi langsung bangkit.
“Lho kok gak sekarat?!” tanya Diva syok. Hening sesaat… semua pasang mata menatap Randi yang duduk tegap di atas brankar.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilSpin-Off Atlas ⚠️ AWAS BAPER⚠️ Kala itu waktu terasa berhenti untukmu dan aku, kita sama-sama berbalik untuk saling meninggalkan satu sama lain. Tentang segalanya, aku belajar bahwa senyum dan tawa yang pernah hadir adalah sebuah adegan semu. Semu...