Bab. 7

8.5K 1.5K 447
                                    

Sedari tadi Qailla tak kunjung berhenti menangis, dia sesekali melirik laki-laki yang ada di sampingnya.

Qailla marah pada dirinya sendiri karena tak mampu untuk menjaga diri, dia malu.

Andai tadi dia mau diantar oleh Bagus, pasti tidak akan seperti ini kejadiannya. Dan andai dia mengesampingkan rasa tidak sukanya pada Bagus,  pasti saat ini dia telah sampai di rumah dengan selamat.

Dia sudah menghubungi Qilla, berharap kembarannya itu segera datang menjemput dan menghabisi orang yang telah membuatnya malu.

Qailla menunggu ojek online pesanannya, dia duduk di halte dekat Rumah Sakit. Tapi pandangan gadis itu tertuju pada seseorang laki-laki yang berjalan mendekat ke arahnya.  Qailla mulai waspada. 

Terlebih saat ini dia hanya seorang diri di halte.

Qailla beranjak dari duduknya, dia berniat untuk pindah lokasi dari pada duduk bersama seorang laki-laki yang tidak dia kenal.

“Tunggu Mbak!” Qailla menghentikan langkah kemudian menoleh.

“Iya?”

“Mbak penulis buku best seller About Time?” tanya laki-laki itu.

“Iya,”  balas Qailla singkat. Laki-laki itu tersenyum lalu mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dia bawa.

“Boleh minta tanda tangannya?” dia mengeluarkan novel karya Qailla beserta bolpoin. Qailla tersenyum tipis.

“Tentu.” Kemudian gadis itu menerima novel yang diberikan untuk memberi tanda tangan.

“Namanya siapa?”

Alvisyah,” jawabnya. Qailla mengangguk kemudian memberi kalimat. Happy reading Alvisyah. Dan mengembalikan bukunya pada sang pemilik.

“Terima kasih,” ucap Alvi.

“Sama-sama.”

“Bisa mengobrol sebentar?” Qailla melirik laki-laki itu.

“Maaf, tapi saya buru-buru.” Dalam hati Qailla berdoa agar ojek pesanannya cepat sampai.

"Saya mengikuti akun instagram kamu." Qailla diam.

"Saya suka karya kamu," lanjut Alvi. Laki-laki dengan stelan pakaian formal itu tersenyum tipis.

"Saya Alvisyah Amirullah, CEO dari penerbit AA redaksi." Qailla mengerjap, dia sedang merevisi naskah ke lima untuk di masukan dalam penerbit besar itu.

"Ini kartu nama saya." Alvi memberikan sepucuk kertas kecil pada Qailla. Gadis itu menerimanya lalu tersenyum tipis.

"Terima kasih."

Alvi tersenyum. "Kalau sudah punya naskah, kamu boleh hubungi saya dan saya akan menyuruh tim pencari naskah untuk meminang naskahmu untuk kami terbitkan." ucapan Alvi membuat hati Qailla berdebar. Dia benar-benar tidak menyangka bertemu langsung dengan CEO penerbit impiannya.

Rasanya ingin berteriak mengucap syukur atas apa yang Allah beri. Dulu Qailla pernah di tolak oleh salah satu penerbit mayor dan itu cukup membuat hatinya terluka.

Penolakan itu membuat Qailla insecure dengan naskah yang dia tulis. Qailla sempat down dan enggan untuk menulis lagi. Tapi dia mendapat dukungan dari orang terkasih, yaitu orangtua, kembaran serta adiknya.

About Time [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang