Happy Reading
.
.
.
.
.
.
Teriakan kemarahan kembali terdengar di manshion Uchiha. Pelakunya pun selalu dari orang yang sama, Uchiha Sasuke. Bagaimana tidak? Perempuan yang sejak beberapa hari lalu menjadi istrinya, benar-benar menguji kesabarannya. Parasit! Mungkin kata itu cocok untuk menggambarkan keberadaannya.
Sasuke tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dia mencoba bersabar, tapi gadis idiot itu selalu membuat masalah. "Sudah kubilang jangan sentuh barang-barangku, sialan! Kau lihat apa yang sudah kau lakukan? Kau merusak laporan yang sudah kubuat semalaman."
Sasuke benar-benar murka saat ini. Laporan yang mati-matian ia buat, hancur karena ulah Sakura. Gadis itu menumpahkan kopi keatas kertas-kertas itu. Sakura hanya bisa menangis menerima amarah Sasuke sambil menunduk takut.
"Sasuke! Ada apa ini?" tanya Fugaku yang langsung buru-buru turun ke ruang makan. Kali ini ada apa lagi? Batinnya.
"Papa lihat ulah gadis ini. Dia sudah menghancurkan laporan yang sudah kubuat susah payah" jawab Sasuke emosi.
Fugaku menghela napasnya. "Apa masalahnya? Bukankah kau hanya perlu mencetak ulang?" tanya Fugaku.
Sasuke menggeleng, "Terus saja bela dia! Kadang aku heran kenapa papa sangat menyayanginya. Kalau papa menyukainya, kenapa bukan papa saja yang menikah dengan-"
-plakk, Pipi Sasuke langsung menoleh kesamping dengan paksa. Mikoto menutup mulutnya karena syok. Sedangkan Sakura segera memeluk tangan Fugaku. "Papa jangan marahi Sasuke. Sakura yang salah, Sakura bodoh hiks" isaknya bersalah.
Sasuke mendengus. "Papa menamparku hanya untuk gadis sialan ini?" tanyanya tak percaya. Ia menggeleng tak percaya, lalu pergi dengan diselimuti amarah.
Fugaku memejamkan matanya untuk meredakan emosinya. Setelah amarahnya menurun, ia melirik Sakura dengan senyumnya yang berwibawa. "Sakura, jangan dengarkan ucapan Sasuke oke? Ini bukan salahmu. Jadi jangan menangis..." ucap Fugaku. Namun Sakura tak kunjung berhenti menangis. Ia masih berpikir kalau ini salahnya.
"Sakura, kemari nak... Papa sebentar lagi harus berangkat kekantor" ucap Mikoto berusaha menurunkan suasana tegang yang sempat tercipta. Sakura menatapnya dan menurut dengan masih sesenggukan.
Walau Mikoto tidak menyukainya, tapi dia bukan orang yang jahat. Setidaknya ia tahu bagaimana harus memperlakukan seorang manusia dengan baik. Terlebih ia tahu kalau Sakura memiliki kekurangan. Berdosa rasanya kalau ia menghakimi orang seperti Sakura.
***
Sasuke memukul keras stir mobilnya. "Sialan! Aku bisa gila kalau si bodoh itu terus ada didekatku" umpatnya kesal.
Ini sudah kesekian kalinya dia meluapkan amarahnya. Dihari pernikahan mereka, Sakura terus mengekorinya sambil menggenggam tangannya dengan erat. Menunduk seharian, tanpa berani menatap orang disekitarnya. Sasuke masih bertahan hari itu.
Lalu dimalam harinya, saat mereka tidur. Sakura terus meminta Sasuke untuk menggenggam tangannya. Sasuke menurut, malam pertama mereka hanya dilalui dengan suasana ambigu. Sasuke tidak kecewa, dia bahkan tidak tergoda sedikitpun dengan Sakura. Ia hanya muak, sangat-sangat muak.
Belum cukup dengan semua itu, keesokan harinya ia terbangun dengan suasana paling menyebalkan dalam hidupnya. Gadis itu ngompol diranjang mereka, bantalnya bahkan basah oleh ilernya. Sasuke masih mencoba bersabar, walau suasananya seburuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Wife
FanfictionSasuke adalah pria dingin dengan ego tinggi. Dihadapkan dengan sebuah perjodohan yang tidak ia inginkan membuatnya muak. Terlebih gadis yang menjadi istrinya sedikit berbeda dari orang pada umumnya. Dia... Idiot... Bagaimana ia harus bersikap?