Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
Suara tangis sesenggukan terdengar memecah keheningan malam. Suara itu bahkan sudah mulai terdengar serak, karena menangis terlalu lama.
Shion, sosok yang menangis itu nyatanya masih betah untuk menumpahkan semua kesedihannya. Ia bergelung memeluk bantal, sambil terus mencerna dan memikirkan bahwa ia dan Sasuke sudah berakhir.
Ia sendiri bingung bagaimana menyebut kandasnya hubungan mereka ini. Putus? Mereka bahkan tidak berpacaran. Ia hanya diminta menunggu oleh Sasuke. Menunggu satu tahun hingga ia bercerai dengan Sakura.
Namun ini bahkan belum satu tahun, dan Sasuke sudah mengakhiri semuanya. Walau ia mengerti dan berusaha menerimanya, jauh dilubuk hatinya ia masih sering berharap kalau ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk.
Namun apa yang bisa ia lakukan? Semunya nyata dan tak terbantahkan. Kisahnya dan Sasuke benar-benar sudah berakhir...
***
Sasuke butuh waktu... Rasanya terlalu terburu-buru jika ia langsung menjelaskan semuanya kepada Gaara. Pria itu berbeda dengan Shion, Gaara sangat sensitif dengan urusan seperti ini. Sasuke sendiri tidak tahu sejak kapan, tapi sepertinya Gaara sangat benci kalah darinya.
Kalah? Ia bahkan tidak yakin bisa menyebutnya seperti itu. Mereka tidak sedang berkompetisi atau sejenisnya. Seharusnya tidak ada istilah menang dan kalah diantara mereka.
Sasuke mengenal Gaara jauh lebih lama dari Shion. Tapi ada lebih banyak hal yang tidak bisa ia mengerti dari Gaara, dibandingkan Shion. Shion mungkin akan menangis untuk beberapa waktu, tapi setelahnya ia akan memahami semuanya dengan pikiran jernih. Ini terbukti saat ia memutuskan keluar negeri dulu. Saat Gaara menjauh karena merasa dikhinanati.
Shion mengalah, ia tidak ingin menjadi penyebab rusaknya pertemanan mereka. Shion bilang, kalau ia dan Sasuke berjodoh, maka Tuhan akan menyatukan mereka kembali. Dan ternyata tidak...
Sedangkan Gaara? Dia rumit... Sangat rumit malah. Bahkan setelah kepergian Shion keluar negeri, ia masih marah. Sesekali bahkan mengungkit peristiwa itu saat ia kesal dengan Sasuke.
Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Ia tidak bisa menebak reaksi Gaara saat ia memberitahu pria itu, bahwa ia ingin mempertahankan pernikahannya dengan Sakura...
Tidak seperti Gaara yang blak-balakan dan mengungkapkan niatannya mendekati Sakura secara gamblang, Sasuke lebih tertutup. Pria itu selalu menunggu momen yang pas untuk menjelaskan semuanya. Tapi kapankah momen pas itu terjadi? Sasuke curiga, momen pas itu mungkin tidak akan pernah terjadi.
Dan soal Shion, Sasuke jelas merasa bersalah padanya. Ia benar-benar tidak bermaksud mempermainkan Shion. Semua berjalan begitu saja, tanpa bisa ia kendalikan.
Sasuke sudah membulatkan tekadnya untuk bersama Sakura sejak peristiwa dirumah Neji. Malam dimana Sakura menangis karena takut mengompol membuatnya terenyuh. Sakura membutuhkannya, ia tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Lagipula... Sasuke sadar, ia mulai jatuh pada ketulusan Sakura. Dan untuk bisa mencintai Sakura sepenuhnya, ia harus melepaskan Shion. Hatinya tidak bisa menggenggam dua hal sekaligus.
Ia benar-benar berterima kasih, karena Shion mampu menyikapi semuanya dengan dewasa. Meski ia akan menangis untuk beberapa waktu, Sasuke tahu... Shion akan mengikhlaskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Wife
FanfictionSasuke adalah pria dingin dengan ego tinggi. Dihadapkan dengan sebuah perjodohan yang tidak ia inginkan membuatnya muak. Terlebih gadis yang menjadi istrinya sedikit berbeda dari orang pada umumnya. Dia... Idiot... Bagaimana ia harus bersikap?