Chapter 5

7.1K 822 109
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

Tok tok tok.... Keheningan menyeruak setelah bunyi ketukan itu. Sakura yang mengetuk pintu, hanya diam untuk beberapa saat. Ia menunggu respon Sasuke dari dalam sana. Namun karena tak kunjung ada sahutan, Sakura memberanikan diri untuk membukanya sedikit dan mengintip. Sepertinya Sasuke tidak ada didalam sana, mungkin dia sedang ada dikamar mandi.

Sakura menghela napas dan berbalik ke kamarnya. Ia ingin masuk, tapi ia takut Sasuke marah. Jadi ia memutuskan untuk kembali lagi nanti.

Sakura berbaring dikasurnya sambil mengingat kejadian tadi, saat Sasuke mengajaknya jalan-jalan. Sakura benar-benar takut, dia tidak mau kejadian saat ia kecil terulang lagi.

"Sakura diam disini, papa pergi dulu..." Sakura mengingatnya. Waktu itu ia ke taman bermain bersama ayahnya. Ia pikir itu akan jadi perjalanan yang menyenangkan. Tapi tidak! Itu adalah mimpi buruk baginya. Ayahnya membawa Sakura kesana dengan maksud lain...

Saat ia bilang akan pergi sebentar, ia berbohong. Ia meninggalkan Sakura disana sendirian. Ayahnya melepas tautan tangan mereka dan meninggalkannya sendirian ditengah taman bermain yang ramai. "Tunggu disini sebentar yaa sayang... Papa tidak akan lama" begitu katanya.

Namun faktanya berbeda, lama ia menunggu tapi ayahnya tak kunjung kembali...

"Sakura... Sakura..." itu suara ayahnya. Saat matahari nyaris tenggelam, dia baru datang menjemputnya.  Papanya menangis saat itu. Ia terus meminta maaf sambil memeluknya erat. "Maafkan papa sayang, papa tidak sengaja melupakanmu..."

Bohong! Sakura tahu dia berbohong. Waktu itu papanya sengaja. Ia dibuang... Sakura tahu itu. Ia bisa merasakan semua keanehan sikap ayahnya saat itu. Bahkan setelahnya, sang ayah sering menangis tiba-tiba dan meminta maaf padanya—seolah merasa bersalah atas perbuatannya.

"Papa, tangan..." sejak waktu itu dia tidak bisa tidur tanpa memegang tangan sang ayah. Ia takut... Takut kalau saat ia tidur, sang ayah akan pergi dari sisinya. Meninggalkannya sendirian ditengah dunia kejam yang tidak menginginkannya.

Dalam hidupnya dia selalu mengalami penolakan. Di lingkungan tempat tinggalnya dia sering disebut si idiot. Masa-masa sekolah yang hanya beberapa tahun pun sama. Mereka semua membencinya. Mungkin bagi mereka ia hanya pengganggu yang merusak suasana.

Tidak ada yang bisa memahaminya sebaik sang ayah. Jadi... saat ia dibuang oleh orang yang paling ia percaya, rasa sakit hati yang ia alami meningkat berkali-kali lipat. Sandaran yang selama ini menopangnya, ternyata juga berniat lepas darinya. Memikirkan kalau ia tidak diinginkan membuatnya terluka...

"Papa, apa Sasuke akan membuangku juga?" ucap Sakura dengan mata memburam. Bukankah pria itu bilang akan pergi suatu hari nanti? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu. Tapi kalau dia boleh berharap, ia ingin Sasuke selalu ada disisinya. "Tuhan, bisakah Sakura bersama Sasuke selamanya? Sakura tidak jahat, Sakura janji tidak akan menyusahkannya..." ucap Sakura sambil menangis. Sepertinya ia tidak jadi kekamar Sasuke malam ini. Ia akan kembali tenggelam dalam tangisnya...

***

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Jangan khawatir Sakura..." ucap Sasuke. Setelah kejadian waktu itu, ini adalah kali pertama Sasuke kembali mengajak Sakura jalan-jalan. Kali ini dia mengajak Sakura ke restoran untuk makan siang.

Sasuke yang melihat keraguan Sakura langsung menghela napas. "Jangan takut... Kita kesini untuk makan. Tidak akan ada hal buruk" lanjutnya.

Sakura perlahan mengangguk dan mengekori Sasuke saat pria itu masuk kesebuah restoran. "Duduk disini..." ucap Sasuke sambil memegang bahu Sakura dan mendudukkannya dikursi. Sakura mengangguk pelan sambil terus mengikuti gerak-gerik Sasuke dengan matanya.

My Idiot WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang